"Gwen!" Teriak Dewi.
"Ada apa sih ibu teriak teriak," tanya Daniel sambil menuruni tangga.
"Kemana istri kamu itu." Ucapnya dengan nada masih tinggi. "Memangnya Ibu ini kambing di kasih makanan beginian hah!" Sambungnya sambil menunjuk ke arah meja makan.
Daniel pun melihat meja makan dan menurut nya tidak ada yang salah. Gwen memasak Nasingoreng, tumis kangkung dan ayam goreng serta ada lalapan dan juga salad untuk Gwen.
"Kambing gimana sih Bu." Ucap Daniel menghela napasnya pelan. "Kami tidak biasa sarapan dengan nasi. Menurut Daniel itu lauk sudah cukup buat Ibu."
"Kenapa kamu malah membelanya. Kamu sudah tidak menyayangi ibu mu lagi hah!" Peliknya membuat Daniel pusing sendiri.
"Ibu mau apa?" Tanya Daniel lembut. Bila boleh jujur ia sendiri sudah lelah menghadapi keegoisan sang Ibu. Bahkan Ayahnya pun angkat tangan lebih memilih diam.
"Suruh istri kamu masakin ayam kecap buat ibu sama ikan kuah kuning." Ucap Dewi.
"Bu, Gwen sudah mau berangkat bekerja ini sudah siang. Bagaimana kalau itu buat menu nanti malam saja." Ucap Daniel.
"Gak! Kalau dia gak mau masak buat Ibu, Ibu tidak akan makan seharian. Dasar menantu tidak berguna. Sudah mandul pemalas pula!" Kata Dewi lalu segera pergi meninggalkan meja makan. Bertepatan dengan Gwen yang baru saja menuruni tangga.
"Sayang ... " ucap Daniel ikut sedih melihat Gwen. "Tidak perlu kamu ambil hati yah."
Gwen menarik nafasnya dalam lalu menghempaskan nya dan perlahan. "Apa aku sanggup bila kamu tinggal keluar kota lagi mas." Gumam Gwen lirih.
"Apa mas harus menghubungi Ayah agar kesini dan menjemput Ibu?" Tanya Daniel meminta pendapat.
"Kalau kamu nelfon Ayah, yang ada Ibu semakin marah kepadaku." Lirih Gwen.
"Sudahlah kamu sarapan dulu, biar aku masak lagi." Ucap Gwen mencoba tersenyum.
"Gak perlu sayang, kamu juga mau berangkat bekerja kan. Biarkan ibu makan apa yang ada yang sudah kamu masak tadi." Ucap Daniel sambil mengusap rambut Gwen dengan lembut.
"Lagi pula nanti ada mbok Marni kan beberes. Biar mbok Marni aja yang masak buat Ibu."
"Enggak mas. Aku gak mau membuat Ibu semakin membenciku." Ucap Gwen mencoba kuat dan tersenyum meskipun hatinya terasa sangat perih dan teriris.
🍁🍁🍁
"Sorry ya Rat telat." Ucap Gwen yang baru saja masuk kedalam butik.
"Tumben mbak Gwen telat." Kata Ratna. "Pasti abis lembur yah makanya kesiangan." Ucapnya lagi terkekeh.
"Sialan kamu. Masih kecil jangan mikir macem macem." Kata Gwen sambil tersenyum malu. Memang benar semalam ia lembur namun bukan karena itu dia telat ke butik. Melainkan karena harus memasak dua kali untuk mertuanya.
"Ih mbak Gwen, Ratna itu udah 24 tahun masa masih dibilang kecil mulu." Ucap Ratna kesal.
"Oh iya ya lupa. Kamu udah 24 tahun bentar lagi merried cieee ... " goda Gwen membuat Ratna tersipu. Ratna bekerja sebagai asisten Gwen sudah hampir 5 tahun. Ratna cuma sebatas lulusan SMA dan dia merasa beruntung saat tidsk sengaja bertemu dengan Gwen dan mendapatkan pekerjaan daru Gwen.
"Ihh mbak Gwen apaan sih." Ucap Ratna malu. Ratna sudah menganggap Gwen sebagai kakak nya begitupun sebaliknya, Gwen sudah menganggap Ratna sebagai adiknya.
Ratna pun tau bahwa Gwen dan Daniel sudah menikah lama, dan di umurnya yang hampir mencapai kepala tiga Gwen belum juga du karuniai anak. Ratna merasa kasian kepada Gwen terlebih saat ia sering mendengar Gwen menangis sendirian di dalam ruangannya namun begitu ceria dan santai bila di depan orang lain. Gwen selalu menutupi kesedihannya seorang diri. Bahkan dari Daniel pun ia selalu berusaha baik baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nami chan
untung bijak, walau kurang tegas. krn daniel serba salah juga.
cm ttp kalo di dunia nyata tegas itu perlu
2024-04-18
1
Diana diana
kalo mamah Dedeh liat kelakuan mertuamu , Gwen
alamat d semprottttt tuch mertua lucknutttt
2024-02-19
1
anna
padahal gwen jg kerja loh,gitu dibilang pemalas,,
harusnya mertuanya tuh yg masak, kbdia pengangguran hhhh
2023-02-18
1