Part_16

Azka pergi meninggalkan Mika setelah mengecup kening Mika. Mika menangis sesenggukan. Hancur hati dan harapannya. Mika mengusap lembut perutnya.

"Maafin Mama, Nak. Mama gak pengen nangis tetapi ini menyakitkan. Kamu yang kuat, sayang," gumam Mika masih dalam isak nya.

"Mau kemana kamu?" tanya Oma Diana yang melihat Azka tergesa-gesa di loby rumah sakit.

"Sheryl, pingsan, Oma. Dia kritis," jawab Azka. Oma Diana menampar Azka.

"Kamu gila? ****** apa ****?" ucap Oma Diana dengan nada tenang tetapi dingin. Azka kaget Oma gak pernah ngomong se kasar itu sama Azka apalagi sampai menampar

"Oma ...," lirih Azka.

"Mika dan anak kamu juga lagi sekarat, mereka lebih berhak dari pada cinta gila kamu. Kamu mikir gak!"

"Tapi Mika udah ijinin Azka, Oma," jawab Azka.

"Mika hatinya lembut, tentu saja dia mengijinkan dan mengorbankan perasaanya. Balik kamu sekarang ke kamar Mika, lihat sendiri. Pasti Mika sedang menangis. Kamu bener-bener gak punya hati. Oma pikir kamu cuma gak punya otak," ketus Oma Diana yang geram dengan tingkah cucunya.

"Kalo sampai kejadian kaya gini terulang lagi. Kamu ninggalin Mika dan lebih milih wanita itu. Oma pecat kamu jadi cucu. Oma gak akan peduli lagi sama kamu. Oma malu punya cucu picik kaya kamu." Oma pergi meninggalkan Azka.

Azka berlari kembali ke kamar Mika. Dan benar saja dia mendapati Mika yang tengah menangis sambil mengusap perutnya. Mika menyeka air matanya, dan memejamkan mata berharap semua yang terjadi hanya mimpi.

Azka menyesal karena telah mengabaikan Mika. Melihat Mika sehancur ini membuatnya merasa tidak pantas karena sering sekali menyakiti Mika.

Melihat Mika yang sudah terlelap, Azka masuk dan duduk di samping ranjang Mika.

"Maafin abang, Dek. Abang egois, abang bodoh ngorbanin kalian buat A

abang sendiri," ucap Azka. Mika yang hanya tidur bohongan, menahan air matanya ada kelegaan karena Azka kembali. Air mata Azka menetes di tangan Mika. Mika benar-benar terlelap kali ini karena Azka berada di sampingnya.

Oma bernafas lega, melihat Azka kembali ke kamar Mika daripada ke tempat Sheryl.

Bu Tia yang terburu-buru hendak bertemu Mika di cegah Oma.

"Biarkan dulu, Bu," ucap Oma.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu dengan bayinya dan Mika?" Bu Tia cemas.

"Semua baik-baik saja. Biarin mereka berdua dulu ya, harus sering-sering. Biar makin deket," ujar Oma. Bu Tia tersenyum.

"Terima kasih, karena Bu Diana sangat baik sama Mika."

"Mika membawa perubahan besar buat Azka, saya yang harusnya berterima kasih," balas Oma Diana.

Sementara di tempat lain.

"Tante Azka, kok gak dateng-dateng," keluh Sheryl pada Mami Niar.

"Iya, nih padahal mami udah telpon dan Azka panik banget. Pasti si udik, deh yang bikin Azka gak ke sini," ucap Mami Niar.

"Yah ... gagal dong rencana kita."

"Mami coba telepon lagi, ya."

Mika terbangun dengan Azka yang juga terlelap di sampingnya. Oma, Bu Tia dan Raka seperti sedang piknik di rumah sakit. Di meja tertata banyak makanan dan buah.

"Mik, udah bangun. Gimana ada yang sakit?" tanya Bu Tia sambil menghampiri.

"Gak, Bu. Mika baik-baik aja. Maaf ya udah bikin Ibu cemas." HP Azka yang bunyi membuat dia terbangun dari tidurnya.

"Mami ...," gumam Azka.

"Biar oma yang angkat," ucap Oma merebut HP Azka.

"Azka, kamu gimana, sih Sheryl lagi kritis ini. Kenapa kamu gak ke sini?" Suara Mami Niar terdengar dari seberang telepon.

"Masih kritis 'kan belum mati. Jadi, kenapa Azka harus ke sana?" ketus Oma.

"Mama? Azka mana. Niar mau ngomong sama Azka."

"Mau ngomong apa, udah cukup kamu campuri urusan Azka. Biar dia menentukan hidupnya sendiri. Di sini mantu dan cucu kamu juga lagi berjuang buat hidup mereka, apa gak ada sedikitpun simpati dan empatimu!" ketus Oma Diana.

"Paling cuma akal-akalan." Oma yang geram segera menutup telepon dari Mami Niar. Karena di loud speaker semua yang ada di situ mendengar.

"Kamu lihat 'kan Azka. Mami mu orang seperti apa. Sekarang kalo bukan kamu yang jagain Mika dan anakmu siapa lagi," ketus Oma. Azka terdiam, gak nyangka maminya ngomong seperti itu. Selama ini memang mami yang selalu mendekatkan Azka dan Sheryl. Sampai akhirnya Azka benar-benar jatuh cinta sama Sheryl.

Azka menggenggam tangan Mika.

"Maafin abang, ya. Mulai sekarang kalo menurut kamu abang salah. Kamu jangan diem aja dan nangis sendiri. Kamu kasih tau abang, biar abang gak salah jalan," ucap Azka.

"Mika pikir itu buat kebahagiaan, Abang," balas Mika menunduk.

"Hey, mulai sekarang gak ada kebahagian sendiri tetapi menyakiti yang lain. Jadi, tolong biasain pake kata kita. Kebahagiaan kita," ucap Azka.

Semua yang di situ merasa lega. Seenggaknya Azka sudah selangkah lebih maju.

"Maem yang banyak ya, Dek," ucap Azka sambil menyuapi Mika. Oma dan yang lainya udah pamit pulang tinggal Azka yang menemani Mika.

Sarah masuk ke ruang rawat Mika. Azka terlihat geram.

"Mik ... gue minta maaf, gue gak tau lu kakak ipar Fariz," ucap Sarah sambil meraih tangan Mika.

"Iya, gak apa-apa semua udah terjadi. Dan Allhmdullillah baik-baik saja," balas Mika.

"Baik-baik saja apanya? Kita hampir kehilangan bayi kita," ketus Azka emosi.

"Udahlah, Bang. Mika cuma harus istirahat, kok."

"Aku, minta maaf, Bang. Aku nyesel," ujar Sarah ketakutan melihat ekspresi Azka.

"Lu harusnya bersyukur Mika berbaik hati gak bawa lu ke kantor polisi. Kalo gue, ya. Gue bakal langsung seret lu," ujar Azka.

"Ih, Abang gak usah nakut-nakutin anak orang, deh," ucap Mika sambil menarik baju Azka.

"Mik, please ... jangan laporin gue," kata Sarah ketakutan.

"Gue gak laporin, lu. Tapi, ini pelajaran buat lu biar gak terlalu posesif kalo mencintai cowo. Liat 'kan orang lain yang jadi korban," geram Azka.

"Dan, satu lagi. Gue black list lu dari calon adik ipar," imbuh Azka. Sarah pergi setelah minta maaf, harapannya pupus udah gak bisa ngedeketin Fariz nambah di-black list sama Azka.

"Abang pulang, gih," usir Mika.

"Gak! Abang mau nemenin istri abang sama dedek bayi di sini," jawab Azka.

"Mau tidur di mana, di sofa? ntar badan Abang pada sakit, gak bisa tidur."

"Biarin, sama aja di rumah juga gak bisa tidur kepikiran adek di sini. Ntar kita tidurnya barengan aja," ucap Azka genit.

"Mika kalo tidur muter kaya gangsing, ntar Abang ke tendang lagi." Mika masih berusaha menolak.

"Biar gak muter tidurnya kaya gini," ucap Azka sambil naik ke ranjang Mika dan memeluknya. Mika mengulum senyum, hatinya gak bisa dideteksi seperti apa. Yang jelas ini indah.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

stela

stela

semoga kalian bahagia nntnya ya

2022-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!