Part_5

#Mikhayla

Part_5

Hari ini Mika mulai beresin barang yang ada di kos. Dia mau balik ke rumah orang tuanya. Pernikahan yang mendadak ini pasti bakal ribet. Makanya, Mika mending di rumah aja, walaupun jarak kampus sama rumah jadi jauh. Nggak kaya kosan yang kalo lagi bokek bisa jalan kaki.

"Yah, gue sendirian dong, Mik," ucap Celi sedih.

"Gue juga nggak mau sebenarnya tapi gimana lagi," balas Mika.

"Lu kudu kuat, ya, yang sabar buat anak lu. Btw, ferguso ganteng banget, ya," ujar Celi yang emang punya penyakit gantiin nama orang kalo orang itu cakep.

"Ck, gue udah putusin gak pake hati jadi istrinya dia. Dia ganteng apa ngga gue mau pura-pura buta,"

"Kenapa?"

"Dia udah punya cewe, Cel, dan nggak tau juga 'kan mungkin suatu saat dia ninggalin gue, inget semua ini terjadi karena gue hamil. Bukan karena saling cinta," ucap Mika.

"Lu kok mikir gitu, masa sih Azka sepicik itu buat pernikahan jadi maenan."

"Ya gue, sih cuma mikir hal terburuk aja, biar pas gue di tinggalin gue nggak ngerasa sakit!"

Celi memeluk sahabatnya. Ini emang rumit banget.

"Apa pun keputusan lu, gue dukung Mik," ucap Celi.

"Makasih, ya, Cel, lu selalu ada buat gue."

"Kak, udah packing-nya?" Suara Raka mengaggetkan Celi dan Mika.

"Udah ayo, gue cabut,ya Cel, bae-bae lu di sini. Kapan aja kangen gue lu cap cus aja ke rumah oke," ucap Mika sambil pergi meninggalkan Celi.

Sampai di rumah Bu Tia sudah menunggu, hari ini toko tutup karena Mika pulang ke rumah.

"Perut kamu nggak apa-apa 'kan, diajak naik motor?" tanya Bu Tia cemas.

"Nggak Bu, baik-baik aja."

"Syukurlah ibu udah wanti-wanti Raka biar bawa motornya pelan-pelan."

"Pantesan, Bu, Raka kaya keong tadi, Mika tepuk baru, deh rada kencengan," ujar Mika.

"Raka 'kan cuma nurutin perintah Ibu," bela Raka.

"Ya nggak gitu juga kali masa sama orang yang jalan kaki aja kita kalah," ketus Mika.

"Udah ... udah nggak usah berantem. Raka bawa barang-barang Kakak kamu ke kamarnya!" titah Bu Tia. Raka pun menuruti perintah Ibunya.

"Kamu capek, Nak, mau istirahat di kamar?" tanya Bu Tia lembut.

"Nggak Bu, Mika mau di sini aja sama Ibu."

"Mik, apa semua ini bener terjadi. Ibu kok kaya masih mimpi kamu bakal nikah dan sebentar lagi jadi seorang

ibu. Ibu sangat sedih dan ngerasa bersalah sama almarhum ayahmu karena nggak bisa jagain kamu," ucap Bu Tia sambil terisak.

"Bu, jangan seperti ini. Ini salah Mika bukan Ibu, Maafin Mika bikin Ibu sedih," Mika memeluk Ibunya.

"Berjanjilah Mika, walaupun ini pernikahan bukan karena keinginan mu. Tapi kamu harus selalu patuh dan ikhlas sama suamimu. Ibu nggak mau kamu jadi istri yang ingkar. Setelah khilaf yang kamu pernah lakukan, jangan lagi kamu buat dosa dengan tidak patuh pada suami."

Nasehat Ibu membuat Mika tersadar, lalu bagaimana dengan perjanjian itu. Kepala Mika mendadak pusing, mukanya berubah pucat.

"Kamu sakit, Nak?" tanya Bu Tia cemas.

"Mika pusing Bu."

Dan Mika langsung pingsan. Bu Tia dan Raka langsung membawa Mika ke rumah sakit.

"Gimana, Dok?" tanya Bu Tia.

"Allhamdullillah baik, cuma jangan terlalu di bikin stress, ya, sepertinya anak Ibu memikirkan banyak masalah, takutnya membahayakan janin," jawab Dokter.

Mika masih pingsan. Di pojokan Azka mendengar ucapan Dokter dan dia merasa bersalah karena di kehamilan Mika dia gak pernah ada di sampingnya.

"Kamu udah hubungi Azka, Ka?" tanya Bu Tia.

"Udah, Bu, tadi bilang mau langsung ke sini mingkin macet," tambah Raka.

Azka merapikan bajunya yang tidak kusut, dan membuka pintu kamar Mika. Pertama kali dia bertemu dengan Ibu dan Adik Mika.

"Assalamualaikum, Bu, saya Azka," ucap Azka sambil mencium tangan Bu Tia.

Dan entah kenapa Bu Tia langsung menangis dan memeluk Azka.

"Waalaikumsalam. Terima kasih, Nak, karena mau bertanggung jawab. Ibu tau ini berat buat kalian. Tapi Ibu bangga kalian bisa bersikap dewasa," isak Ibu Tia.

"Sama-sama, Bu, maafin Azka kalo tidak ceroboh semua ini gak akan terjadi. Mika gak akan melalui hal seberat ini," ucap Azka.

Mika yang telah sadar namun pura-pura pingsan. Mencoba menahan air matanya. Iya memang ini berat untuk Azka dan Mika.

"Ini takdir, Nak, semua harus di jalani dengan ikhlas dan sabar."

"Terima kasih, Bu, Azka janji jagain Mika," ucap Azka.

"Ferguso di sini," ucap Celi tiba-tiba nyembul dari balik pintu.

"Calon suami yang bertanggung jawab," tambah Celi.

"Brisik lu, Cel, ganggu gue aja," cletuk Mika yang langsung Melek denger suara sahabatnya.

"Omegot, gue kaya obat buat lu ya Mik, begitu gue nongol lu langsung auto sadar," ujar Celi.

"Serah lu dah, lu ke sini bawa apa? Nengok orang sakit mana hamil nggak bawa teng-tengan. Ck, pelit banget lu," gerutu Mika.

"Lu ngidam, Mik? Pengen apa. Eh calon suami bini lu ngidam tuh!" ujar Celi.

"Iya Dek? Pengen apa?" tanya Azka.

Mika menghela napas kasar. Gak tau kenapa suka meleleh kalo Azka panggil Dek.

"Pengen apa, Kak?" tanya Raka.

"Orang cuma godain Celi doank kok, nggak pengen apa-apa," jawab Mika.

"Eh, Mik, calon laki lu tuh kaya gak mungkin dia bangkrut timbang beliin lu rujak ulek," timpal Celi.

"Raka bawa Celi pergi dari sini. Amit-amit anak gue jangan mirip sama Aunty Celi, ya sayang," ucap Mika sambil mengelus perutnya.

"Iya deh yang pengen di tungguin Bebep," ujar Celi sambil keluar di ikuti Raka dan Bu Tia.

Hening. Bingung mereka mau mulai dari mana.

"Lu pingsan kenapa, Dek, apa ada yang sakit?" tanya Azka memulai pembicaraan.

"Gak papa kok, Bang. Mungkin Mika cape tadi abis dari kos ke rumah naik motor sama Raka," jawab Mika.

"Loh, kok gak kasih tau Abang, sih, Dek. Kan Abang bisa anterin pake mobil. Jadi lebih enak," keluh Azka.

"Kirain nggak kaya gini. Maaf ya Bang udah bikin Abang panik," ucap Mika menyesal.

"Bang, jangan terlalu perhatian sama Mika. Mika gak mau berharap lebih sama Abang. Apalagi Mika tau, di hati Abang ada orang lain."

Sebelum Azka menjawab Hp Azka bunyi dan ada nama Sheryl. Azka ragu.

"Pergilah Bang, jangan buat dia menunggu. Mika janji bakal jagain anak kita baik-baik," usir Mika tanpa memandang Azka.

"Maafin Abang, Dek," Azka pergi meninggalkan Mika. Namun entah kenapa ada yang berdenyut sakit di hatinya. Seperti menyuruh dia kembali. Namun panggilan dari Sheryl membuat dia mantap untuk pergi meninggalkan Mika.

Mika meneteskan air mata, rumit sungguh berada di hubungan Sheryl sama Azka sangat gak nyaman. Berasa jadi pelakor.

"Sayang Oma ... are you okay," ucap Oma Diana tiba-tiba nongol bareng Mami Niar. Untuk pertama kali Mika dan Mami ketemu.

"Oma, Mika baik Oma," ucap Mika sambil senyum. Oma memeluk Mika. Mika menatap Mami Niar.

"Ini Maminya Azka." Mika hendak mencium tangan Mami Niar namun ditepis.

"Udah nggak usah dipikirin anggep aja dia nggak ada. Oh iya, bukannya Azka di sini mana dia?" tanya Oma.

Mika diem, nggak mungkin 'kan dia bilang Azka ketemu Sheryl.

"Abang, ada urusan tadi Oma, ada masalah di cafe," jawab Mika.

"Yakin masalah di cafe. Paling ketemu Sheryl," cletuk Mami Niar.

Mika melongo, sebisa mungkin dia bohong. Eh, di bongkar sama si Mami.

"Mika, kamu tau gak kenapa Oma berumur panjang?" tanya Oma. Mika menggeleng.

"Karena Oma gak pernah peduliin omongan atau tindakan orang ini. Jadi kamu harus sama kaya Oma. Cuekin aja dia, anggap nggak ada," tegas Oma.

"Mama, tega ya bikin Niar gak ada harga diri di depan dia!" seru Mami Niar.

"Tindakkan dan ucapan kamu yang bikin kamu nggak ada harganya. Udah mending kamu pergi. Biarin cucu mantu dan cicit Oma istirahat," titah Oma Diana.

Mami Niar meninggalkan ruangan dengan kesal.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

stela

stela

yg sabar ya mika.

2022-09-20

0

Nur Afifah Pulungan

Nur Afifah Pulungan

mampir kk

2020-05-26

1

FuJie Aryani

FuJie Aryani

ya ampun itu ibu azka koplak amat sipatnya,peng gua tabok kali tuh mulut sampe penyon😤

2020-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!