Mika menuju kampus dengan menggunakan taksi online. Sebelumnya Azka bolak-balik telepon memastikan Mika berangkat pakai taksi online bukan ojol. Karena takut kandungan Mika kenapa-kenapa. Dan sekarang Azka makin cerewet dan bawel.
''Iya ini Mika udah sampai kampus, Bang. Dih, gak usah lebay, deh. Mika baik-baik aja udah ya, Abang santai aja kerjanya.'' Mika menutup telepon dari Azka.
"Gue mau ngomong sama lu," ucap Sarah sambil menarik Mika ke tempat yang sepi. Sarah pacar Fariz.
"Ada apa?" tanya Mika.
"Lu suka sama Fariz?" tanya Sarah. Mika menggeleng. Di kampus emang gak ada yang tau Mika udah nikah kecuali Celi.
"Fariz putusin gue. Gue gak terima ini semua pasti gara-gara lu." Sarah mendorong Mika.
"Jangan kasar dong," ucap Mika menyeimbangkan tubuhnya.
"Lu duluan yang kasar. Lu rebut Fariz dari gue," teriak Sarah.
"Gue gak pernah lakuin itu. Percuma ngomong sama lu. Mending gue cabut," ucap Mika sambil pergi. Namun Sarah mencekal Mika dan kembali mendorongnya. Mika yang gak siap terjatuh.
"Aww ... perut gue sakit banget. Darah?" Mika kaget. Mika terus meringis kesakitan. Darah keluar dari sela kakinya. Rok selutut yang Mika pakai membuat darah yang mengalir terlihat jelas. Mika pingsan. Sarah yang panik segera menelepon Fariz.
Mika membuka matanya dia sekarang berada di rumah sakit. Kesadarannya kembali. Dia melihat ada Celi di sampingnya.
"Anak gue gimana Cel?" lirih Mika.
"Alhamdullillah masih bisa di selamatkan. Tapi, lemah lu harus tenang, rileks jangan banyak pikiran," ucap Celi. Mika tersenyum lega.
Fariz masuk ke dalam kamar rawat Mika dengan muka sangat menyesal.
"Maafin gue Mikhayla, ini gara-gara gue. Kalo sampai terjadi sesuatu, gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri," ucap Fariz sambil memegang tangan Mika.
"Udahlah, semua baik-baik aja inih," balas Mika sambil tersenyum.
Azka menerobos masuk ke dalam. Fariz yang masih memegang tangan Mika segera di singkirkan.
"Mulai sekarang gak boleh kuliah lagi. Harus nurut sama abang. Adek gak boleh bandel lagi," ketus Azka. Mika tersenyum, senang rasanya melihat muka Azka cemas kaya gitu.
"Adek, ketawain abang. Abang serius. Abang gak mau terjadi apa-apa sama kamu. Anak kita juga!" Azka mencium pucuk kepala Mika dan mengusap lembut perut Mika.
"Dedek yang kuat, ya, meski dibuat dalam waktu satu malem, itu ngebuktiin kalo kamu ada karena bibit yang strong," ucap Azka sambil terus mengusap perut Mika.
"Ferguso, anak lu masih di dalem perut tetapi otaknya udah lu racunin. Mik, mumpung masih di rumah sakit lu bawa ke psikolog," ujar Celi. Mika hanya tersenyum. Mika udah paham kalo Azka emang rada eror.
Fariz melihat Mika dan Azka dengan perasaan aneh. Fariz lega karena sepertinya Azka mulai membuka hati buat Mika. Tapi, dia juga sedih. Karena berarti gak ada lagi harapan buat ngedapetin Mika. Fariz pergi meninggalkan Mika. Tanpa dia sadari Azka mengikutinya dan meraih pundak Fariz.
"Apa yang sebenarnya terjadi, lu cerita sama gue," tanya Azka.
"Gue minta maaf, Bang. Ini salah gue, mantan cewe gue ngelabrak Mika dan ngedorong dia sampe jatuh. Sarah salah paham mengira Mika merebut gue dari dia, gue yang salah, Bang," jawab Fariz menyesal. Azka mengacak rambutnya Frustasi.
"Udahlah, ini juga bukan salah lu semua. Mending lu jelasin sama mantan lu. Siapa Mika dan apa hubungannya sama lu. Gue takut Mika di sakiti lagi, terlalu banyak yang udah dia lewati. Jangan sampai dia sakit lagi, apalagi kalo itu menyangkut anaknya. Gue harap lu paham," ujar Azka.
"Lu belum ngasih tau Ibu, kan?" tanya Mika pada Celi.
"Belum. Kata, Bang Azka jangan dulu. Nunggu lu siuman takutnya Ibu panik," jawab Celi sambil memasukan jeruk ke mulut Mika.
"Bagus, deh. Gue takut Ibu sedih, gak kehitung gue berapa kali masuk rumah sakit akhir-akhir ini," keluh Mika.
"Emm ... apa terjadi sesuatu antara lu sama Ferguso?" tanya Celi sambil mengereling genit.
"Apa?"
"Ya, bunga-bunga cinta udah mulai tumbuh 'kan?"
"Dih, gak jelas, deh," ketus Mika.
"Ayolah, cerita sama gue. Gue pengen tau," bujuk Celi.
"Jangan pikir gue udah gak marah ya, lu yang nuker baju gue 'kan. Jadi gak usah sok pengen tau lu," ketus Mika.
"Ck, gak seru, ah. Gue itu cuma pengen bantuin lu, gimana caranya bikin Ferguso megap-megap," ujar Celi.
"Gak usah sok ngerti, deh. Lu itu sama aja kaya Raka ngeselin," ketus Mika sambil menarik selimutnya dan merem.
"Mik, ayo dong cerita. Gue pengen tau, biar nambah pengalaman." Celi masih membujuk Mika. Namun Mika diam tak bergeming. Percuma juga ngeladenin Celi gak ada gunanya.
"Cel, lu apain bini gue, kenapa dia kaya lontong tutupan gini?" tanya Azka yang kaget melihat Mika rapat di balik selimutnya.
"Dih, kok nuduh, sih. Mika cuma istirahat," ujar Celi.
"Awas kalo lu bohong," ketus Azka sambil menatap mata Celi tajam.
"Ferguso, please ... please, stop liatin gue kaya gitu, ngeri meleleh gue, tuh," ujar Celi. Azka garuk-garuk kepala.
"Lu mau jadi pelakor di antara gue sama, Bang Azka," cletuk Mika dari dalam selimutnya.
"Gak, Beb. Sorry gue kelepasan. Udah, ah gue pulang aja. Ntar sekalian mampir ke toko lu, deh. Bilang sama Bu Tia, lu di sini," ucap Celi sambil kabur.
Mika membuka selimutnya. Bibirnya manyun.
"Kenapa?"
"Abang modusin Celi," ketus Mika.
"Hah? Gak pernah kepikiran juga."
"Terus barusan.''
"Itu, mah si Celi yang salah paham. Orang abang melotot dia meleleh. Emang mata abang ada lasernya." Mika tertawa.
"Gimana udah mendingan?" tanya Azka. Mika mengangguk.
"Jangan sakit lagi ya, ada rasa yang aneh setiap liat kamu sakit, maafin abang, ya masih belum bisa jagain kamu," ucap Azka.
"Ini salah Mika, Bang. Mika yang gak nurut. Maafin Mika juga ya."
"Salah kita ternyata," ucap Azka sambil tersenyum dan memeluk Mika.
HP Azka bunyi dan tiba-tiba mukanya pucat setelah menerima telepon itu.
"Ada apa?" tanya Mika.
"Sheryl ditemukan pingsan setelah minum obat tidur. Kemungkinan dia overdosis. Dia kritis, Abang harus gimana?"
"Pergilah, kalo memang abang harus pergi. Mika udah baikan, kok," ucap Mika sambil memaksa tersenyum menahan tangis. Dadanya bergemuruh, jangan sampai ada air mata yang menetes.
Hatinya sakit, baru aja Azka bikin Mika terbang sekarang Mika dibikin terjatuh bahkan terjembab hingga paling dasar. Ekspresi Azka yang cemas membuktikan kalo Azka masih sangat peduli pada Sheryl.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Maida Wati
lucu banget siceli😀😀😀
2020-04-16
1
Ningsih Ningsih
mata ada laser nya..hahahaha
2020-04-13
1
Sagu_gulaaaaa
aduh sumpehhh yaa.
ni cerita bikin ngakak😁
tapi seruuu, aku sukaaa
2020-04-04
1