Part_4

#Mikhayla

Part_4

Azka menghubungi Mikha dan meminta untuk bertemu di sebuah cafe tetapi bukan cafe We o We.

"Gimana kabar lu, Dek?" tanya Azka basa-basi.

"Baik," ketus Mikha.

"Jangan gitu terus donk, oke gue bakal tanggung jawab," ucap Azka.

Mikha yang menunduk mendadak menatap Azka.

"Serius ...?" Mikha masih nggak percaya.

"Iya tapi, ini bentuk tanggung jawab gue sama anak kita, kita lakuin percobaan nikah selama dua tahun."

"Apa? Percobaan pernikahan? Serem amat kaya percobaan pembunuhan tau nggak? Jangan-jangan lu mau bunuh gue sama bayi gue, ya, makanya lu ngajakin gue nikah biar gampang lakuinnya," tuduh Mikha bertubi-tubi.

"Gak usah kebanyakan nonton drakor, deh, halu 'kan jadinya. Maksudnya kaya nikah kontrak gitu, Dek," ucap Azka menjelaskan

"Gak mau, gue masih bisa gedein anak ini sendiri," tolak Mikha.

"Plis, Dek, ngertiin gue," mohon Azka.

"Ngertiin lu mulu. Kapan lu ngertiin gue?" ketus Mikha.

"Maaf, gue cuma mikir yang penting anak kita dulu, gue nggak bisa lah langsung cinta sama lu, anggap aja kontrak kita yang dua tahun ini waktu yang gue kasih buat lu biar bisa bikin gue jatuh cinta sama lu," ujar Azka.

"Kenapa harus gue yang bikin lu cinta. Kenapa gak dibalik lu yang bikin gue cinta. Emang lu pikir, gue nyuruh lu nikahin gue. k

Karena gue lagi kecintaan sama lu, kalo bukan karena bayi ini gue juga ogah," ketus Mikha.

Azka menyugar rambutnya frustrasi cewe polos ini berubah jadi menyeramkan sekarang. Mungkin bawaan dedek bayi.

"Oke ... oke ... membuat kita saling jatuh cinta, jujur gue pengen pernikahan itu cuma sekali seumur hidup. Tapi, dalam kasus kita 'kan beda. Makanya kita harus antisipasi apa yang bakal terjadi nantinya."

"Kalo saat itu tiba kita tetep nggak bisa cinta kita harus gimana?"

"Tentu aja keputusan semua di kita, mau berpisah atau bertahan," ucap Azka.

Mikha manggut-manggut setuju sama ucapan Azka.

"Tidak ada sentuhan di antara kita sampai kita bener-bener yakin sama perasaan kita, apalagi hubungan suami istri jangan harap," ucap Mikha.

"Oke gue setuju," kata Azka.

"Terus cewe lu gimana?" tanya Mikha.

"Panggil gue abang, ya, jangan lu lu bae. Soal Sheryl gue bakal atur. Tapi, jangan salahin gue kalo dia nempel terus, gimana juga nggak mungkin segampang itu jauhin dia, apalagi dia kesayangan mami."

"Dan juga kesayangan lu," ucap Mikha.

"Ya, hati ini masih buat dia, gue mending jujur sama lu, daripada bohongin lu di belakang,"

Mikha diam. Pernikahan rumit ini harus dia jalani karena hamil. Masalah hati dan cinta, Mikha udah putusin, bakal bangun tembok yang tinggi dan kokoh di hatinya. Biar dia nggak sampe cinta duluan ke Azka.

Mikha dan Azka menandatangani surat perjanjian yang mereka buat. Seadanya pakai tulisan tangan toh udah pake materai 6000. Jadi sah secara hukum.

"Ya udah pulang, yuk, Dek. Abang anter kamu."

Mendadak Mikha mual medengar Azka berbicara seperti itu. Udah kaya orang pacaran beneran.

"Sebenernya abang pengen beli itu." Tunjuk Azka pada tukang permen kapas di depan cafe.

"Dih, emang lu bocah!"

"Call me abang," ketus Azka sambil menjitak kepala Mikha.

"Emang, Abang bocah," ulang Mikha sambil meringis.

"Abang pengen aja, nih, ampe ileran, buru beliin," rajuk Azka.

"Pake nyuruh lagi, Mikha yang hamil kenapa  Abang yang ngidam," ketus Mika sambil pergi membeli permen kapas.

"Nih, abisin," ucap Mika sambil menyerahkan permen kapas.

"Makasih, ya, Dek," balas Azka sambil mengusap rambut Mikha.

Kenapa, sih, Azka gampang banget bikin Mikha jadi baper.

"Ya udah Mikha pulang, ya, Bang. Mikha bakal kasih tau ibu sama Raka kalo Abang mau nikahin Mikha," ujar Mika.

"Abang anter, ya!"

"Serius?"

"Iya abang masih pengen sama anak kita. Nggak tau, deh, kok abang jadi pengen deket Adek terus."

Mika merona benarkah Azka udah mulai buka hati buat Mikha.

"Jangan GR, abang ngomong gitu karena anak abang di perut Adek," ucap Azka yang bikin Mikha lemes.

"Udah buru, katanya mau nganter pulang," ucap Mikha jutek ngumpetin kekecewaannya.

"Iya. Tapi, abang gak mampir, ya, masih belum siap ketemu ibu."

"Terserah."

Mikha pulang di antar Azka sampai gang. Setelah itu Mikha lanjut jalan kaki. Azka melajukan mobilnya ke rumah. Di rumah udah kumpul oma, papi Leo sama mami Niar. Azka tau banget pasti oma udah ngadu.

"Duduk, kita omongin sekarang!" titah oma Diana.

"Azka Oma sudah bilang sama Papi kamu dan dia setuju segera melaksanakan pernikahan. Oma harap kamu udah ngomong sama Mikha," ucap oma.

"Udah Oma, Mikha juga setuju sebelum perut Mikha makin besar," balas Azka.

"Bagus, papi bangga kamu bertanggung jawab," ucap papi.

"Alaaah, apa bagusnya, sih, ngapain juga repot-repot kenapa nggak dikasih duit aja beres, nggak usah pake nikah-nikahan," cletuk mami Niar.

"Siapa yang nyuruh kamu bicara. Sekali lagi kamu hina cucu mantu oma. Oma deportasi kamu," ancam oma.

"Mi, Mikha itu gak serendah itu dia perempuan baik-baik," bela Azka.

"Perempuan baik kok hamil duluan. Kamu itu ketipu Azka, dia palingan udah biasa kaya gitu sampai akhirnya kamu yang di tuduh. Perempuan udik kaya dia kan emang gak punya sopan santun," ucap mami Niar kasar.

"Mami cukup, Mami nggak kenal Mikha nggak seharusnya ngomong kaya gitu, asal Mami tau, Mika jadi kaya gitu 'kan juga karena Azka. Jadi salahin Azka juga," ujar Azka. Oma Diana tersenyum cucu nya ternyata udah dewasa.

"Azka bener, Mi, jangan menyakiti Mikha lebih jauh. Gimana juga masa depan Mikha hancur gara-gara anak kita," timpal papi Leo.

"Tuh, kan belum orangnya di sini kalian udah belain semua, apalagi kalo ada dia bakal kaya neraka rumah ini," ucap mami Niar kesal.

"Udah brisik kamu mantu, sekarang kita bahas yang penting aja kapan dan mau bagaimana acaranya!" tukas oma Diana.

"Acara apaan tinggal ijab qabul beres," cletuk mami Niar.

"Leo sumpal mulut istrimu pake tissue, dari tadi yang dia omongin nggak ada yang bermanfaat," titah oma.

Mami Niar segera membekap mulutnya pake tangan. Ngeri disumpal beneran.

"Udahalah, Ma, sekarang ini mau kapan ke rumah Mikha?" ucap papi Leo menyudahi kemarahan oma Diana.

"Lebih cepat lebih baik. Kamu coba kasih tau Mikha, lusa, kan Sabtu kira-kira mereka sibuk ngga?" tanya oma.

"Halaah orang kismin sibuk apa sih?" ejek mami Niar.

"Mereka punya toko kue, biasanya ibu sama adeknya di toko, Mi," ucap Azka.

"Palingan warung kecil," ejek mami Niar.

"Astaga, Leo sumpal sekarang juga!" bentak oma.

"Mama kenapa si? Azka itu anak Niar, Niar mau Azka menikah dengan yang selevel, bukan gadis miskin seperti Mikha," ketus mami Niar

"Emang kamu pikir kamu selevel sama Leo, inget asal kamu dari mana, jangan karena kamu sekarang dibalut barang branded, membuat kamu berpikir kamu lebih layak dari Mikha. Darah yang mengalir tetap sama, inget asal kamu juga dari pedalaman!" ucap oma dingin.

"Pokoknya Niar mau Azka sama Sheryl bukan Mikha," pungkas mami Niar.

"Terserah, siapa yang bakal rugi kalo nggak setuju sama keputusan oma, dengan satu kali pencet oma bisa buat kamu hibernasi di kutub utara," ancam oma Diana.

Mami Niar menggerutu sebal.

Akhirnya diputuskan Sabtu Azka dan keluarga bakal ke rumah Mikha buat lamaran sekalian nentuin tanggal dan mau pesta kaya apa. Mami Niar terpaksa setuju, walaupun dia dalam hati menyusun rencananya sendiri.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Cici Syakirarayya

Cici Syakirarayya

dih mami nya azka kok gitu padahal dia orang kampung juga

2020-06-17

0

Yanti Damayanti

Yanti Damayanti

oma daebak jinja 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2020-05-06

0

Endang Rianii

Endang Rianii

awalanny mirip terpaksa menikah

2020-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!