#Mikhayla
Part_2
Mikha dan Azka kembali ke Jakarta, mereka sudah sampai di bandara.
"Mik, makasih, ya, udah ngertiin gue. Sama jadi temen gue di sana," ucap Azka sebelum berpisah.
"Iya sama-sama," balas Mikha.
"Maaf, ya, buat semua yang terjadi," lirih Azka.
"Iya, gue tau ini sama beratnya buat lu," ucap Mikha
"Ini alamat cafe gue, maen-maen ke sana kalo lu ada waktu, atau kalo lu bosen ama kerjaan lu yang sekarang, pindah ke tempat gue juga boleh," ucap Azka sambil menyerahkan kartu nama.
"Oke, thanks Azka," ujar Mikha sambil menerima kartu nama itu.
"Hey, anak kecil sopan, ya, lu panggil gue nama doang, panggil abang oke Adek kecil!" titah Azka sambil tersenyum.
"Iya, Abang Azka," balas Mikha sambil tersenyum pula.
"Anak pintar," ucap Azka sambil mengacak rambut Mikha gemas.
"Ah, Abang jadi kusut, deh, rambut Mikha," keluh Mikha manyun.
"Iya maaf, ya, udah abang pergi dulu, ya, Dek, bye ...," ucap Azka sambil pergi meninggalkan Mikha.
Mikha menatap punggung Azka yang semakin menjauh, ada rasa berat hati berpisah dengannya, tentu saja karena satu malam di Bali itu. Mikha memasukan kartu nama milik Azka ke dalam tasnya.
Dua bulan setelah kejadian di Bali, Mikha kembali mencoba menata hidupnya. Walaupun berat dan masih teringat semua yang terjadi. Namun, Mikha memendamnya sendiri. Termasuk dari Celi, Mikha merahasiakan hal ini baik-baik.
Mikha juga tak sedikit pun ingin ke cafe milik Azka. Pokoknya Mikha ingin buang dan hapus semua hal tentang Azka.
Seperti biasa, hari ini Mikha bekerja di restoran. Kebetulan jadwalnya kerja bareng Celi.
"Mik, anterin pesenan ini ke meja tiga, ya!" titah Celi.
Mikha hendak mengambil nampan isi pesanan, tetapi tiba-tiba berubah menjadi gelap. Mikha jatuh pingsan. Semua makanan yang tak sengaja l tersenggol itu tumpah. Celi dan yang lainnya panik langsung membawa ke rumah sakit.
Mikha membuka matanya, ada Celi yang sedang menangis di sampingnya.
"Lu kenapa, Cel, gue masih idup," lirih Mika.
"Lu ngomong sama gue, Mik, siapa yang ngelakuin ini sama lu," ucap Celi sambil terus menangis.
"Maksud lu apa?"
Belum Celi menjawab, bu Tia--ibunya Mikha datang bersama Raka adiknya.
"Mik, kamu jawab siapa yang nglakuin ini?" tanya bu Tia sambil mencengkeram ke dua bahu Mikha.
"Sakit Bu, apaan, sih, Bu," ucap Mika yang masih tak mengerti dengan apa yang Celi dan bu Tia tanyakan.
"Kamu hamil Mikha! Apa kamu nggak tau!" ucap bu Tia dengan suara yang bergetar menahan tangis
"Apaaaa ... gue hamil?! Nggak mungkin, gue nggak mungkin hamil. Cel, ini bohong 'kan! Gue nggak mungkin hamil!" teriak Mikha histeris sambil memukuli perutnya.
Raka mencoba menahan kakaknya yang menyakiti dirinya sendiri. Celi memanggil dokter, sementara bu Tia menangis di samping ranjang. Karena shock, Mikha pingsan kembali.
"Bu, sepertinya anak Ibu tidak menyadari dia dalam kondisi hamil, sehingga dia merasa sangat terpukul. Saya harap Ibu pelan-pelan kasih pengertian agar dia tidak stres," ucap dokter setelah memeriksa Mikha.
Bu Tia hanya menangis, tak menjawab ucapan dokter. Dia tak percaya Mikha yang lugu bisa melakukan hal seperti itu.
"Bu, yang sabar, ya, Celi tau banget Mikha nggak pernah ngelakuin hal-hal aneh. Kemana-mana selalu bareng Celi. Kecuali ...."
"Kecuali apa?" tanya bu Tia dan Raka bersamaan.
"Kecuali saat Mikha dua hari pergi ke Bali," jawab Celi mantap.
"Bener, Bu, pasti pas di Bali itu," ucap Raka setuju.
"Kalo denger kata dokter, emang usia kandungan Mikha sama kaya pas dia abis ke Bali, dua bulan. Ya Alloh Mikha, apa yang terjadi, Nak," ucap Bu Tia sambil menangis.
"Ibu yang sabar, kita bakalan cari jalan yang terbaik. Sekarang Kak Mikha butuh dukungan dari kita," ucap Raka menenangkan. Ya, walaupun Raka masih SMK tetapi dia sangat dewasa, karena setelah kematian ayahnya, dia anak laki-laki yang bertanggung jawab menjaga bu Tia dan Mikha.
Mikha mulai sadar dan dia mulai mengingat tentang apa yang terjadi.
"Jadi gue hamil," lirih Mikha sambil menangis.
"Ceritain sama ibu, Nak, kenapa semua ini bisa terjadi?" kata bu Tia sambil memeluk Mikha.
Mikha menceritakan semua kejadian yang di Bali, Celi melongo nggak percaya gara-gara sabun colek sahabatnya bisa hamil. Raka mengusap pundak Mikha menguatkan kakanya yang bercerita sambil menangis.
"Berarti, kamu nggak tau di mana Azka tinggal?" tanya bu Tia setelah Mikha menyelesaikan ceritanya. Mikha hanya menggeleng. Semua yang ada di situ langsung mengembuskan napas kasar.
"Tunggu, ransel iya tas ransel yang gue pake buat ke Bali. Di situ ada alamat cafe milik Azka, sebelum pisah di bandara Azka ngasih ke gue," ucap Mikha tiba-tiba.
"Lu taro di mana? Biar gue ambilin," ucap Celi yang memang satu kamar kos bersama Mikha.
"Gue taro di lemari paling bawah," kata Mikha.
"Ya udah gue cabut ya ambil ransel lu, mudah-mudahan masih ada, masa depan lu itu," ucap Celi.
"Biar gue anter, Kak," pinta Raka.
Raka dan Celi bergegas menuju kosan buat ngambil Ransel.
"Mik, kamu yang sabar, ya, apapun yang terjadi bayi yang kamu kandung itu nggak salah, bahkan denger cerita kamu ibu juga tau kamu nggak salah. Ibu harap kamu kuat, ya, jangan menyakiti diri kamu sendiri atau bayi kamu," ucap Bu Tia menasehati Mikha.
"Mikha bingung, Bu, Azka bilang dia udah punya cewe. Kalo dalam dua bulan ini dia udah nikah. Mikha kudu gimana?" sesal Mikha sambil menangis.
"Kamu berdoa sama Allah, mohon ampun atas salah dan khilaf. Percaya, semua ini terjadi juga karena takdir Allohy. Kamu yang sabar, yang kuat." Bu Tia memeluk Mikha erat. Mikha makin nangis sesenggukan.
Setelah sejam Celi kembali ke rumah sakit bersama Raka dan tas ransel milik Mikha.
"Ini tas lu, coba lu cari mudah-mudahan ada," ujar Celi sambil menyerahkan tas ransel pada Mikha.
Mikha mencari dan mengorek tasnya. Panik, kartu nama itu nggak ada. Sampai akhirnya kertas itu nyempil di lubang kecil tas yang sobek.
"Alhamdullillah ada," pekik Mika.
"Ya, udah Mik, ibu sama Raka langsung ke sana," kata bu Tia.
"Gak usah, Bu, biar Mikha aja," tolak Mika.
"Kamu yakin?" ujar bu Tia.
"Yakin, Bu, nanti setelah ke luar dari rumah sakit Mikha bakal langsung ke sana di temenin sama Celi," balas Mika
Mikha bakalan nemuin Azka sendiri, gimana juga masalah ini bermula karena mereka. Mikha bakal lihat apakah Azka akan tanggung jawab atau mengelak dari bayi ini.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
FuJie Aryani
sabun colek ganas juga ya,langsung tokcer aja si ntong🤭
2020-05-23
1
Yanti Damayanti
gara gara sabun colek licin jadi tergelincir hhhhh😄😄😄😄
2020-05-06
1
Yuliana Ana
gara"sabun colek,akhirx kn colek deh😀😀👍👍♥️
2020-04-16
2