Azka berniat kembali ke rumah Mika setelah pertemuannya dengan Arya. Namun tanpa sengaja dia malah bertemu dengan Sheryl yang juga di cafe yang sama. Sheryl menghampiri Azka. Azka menutup hidung karena menurut dia Sheryl bau.
"Beb, aku kangen sama kamu," Sheryl memeluk Azka. Azka gak bisa menghindar.
"Lepasin gue, Shey gue laki orang gak pantes." Azka mendorong tubuh Sheryl menjauh.
"Kamu jahat, secepat itu kamu move on dari aku. Tujuh tahun kita bareng gak ada artinya buat kamu," ucap Sheryl geram.
"Bukan begitu, itu masa lalu. Semua sudah berbeda."
"Pokonya aku gak mau lepasin kamu." Sheryl kembali memeluk Azka.
"Duduk aja, ya, kita ngomong baik-baik," usul Azka sambil masih menutupi hidungnya. Sheryl menurut.
"Shey, bersikaplah dewasa. Hubungan kita tidak bisa berlanjut, semua udah selesai."
"Gak bisa, ini cuma keputusan sepihak. Gak adil buat aku!" tolak Sheryl.
"Gue mesti gimana, gue gak bisa nyakitin lu atau Mika."
"Aku bakal tunggu sampai anak itu lahir, setelah itu ceraiin dia, dan kembalilah ke aku." Sheryl meraih tangan Azka.
Azka bimbang, hatinya memang milik Sheryl, tetapi Mika, dia sangat polos dan baik hati, gak tega kalo selain menghancurkan hidupnya dia juga menghancurkan hatinya.
"Shey, cukup gue gak bisa." Azka pergi meninggalkan Sheryl. Namun, Sheryl memeluk Azka dari belakang. Tepat saat itu di cafe yang sama Mika dan Celi muncul dari balik pintu.
"Ferguso buaya buntung ...," teriak Celi.
Azka melepaskan pelukan Sheryl dan berlari ke arah Mika.
"Ini gak seperti yang kamu pikirkan, Dek." Azka meraih tangan Mika, namun Mika menepisnya dan malah berjalan ke arah Sheryl.
"Wah, ternyata omongan lu yang di pesta kemaren gak maen-maen, ya! Lu beneran praktekkin buat godain suami gue," ucap Mika sambil melayangkan tatapan intimidasi.
"Kenapa? Lu takut?" balas Sheryl.
"Gue? Takut sama lu? Iya lu setan gue takut. Tapi bedanya setan yang asli di bacaan ayat kursi langsung kabur kalo lu, gue lempar kursi baru kabur," ucap Mika sambil mengambil kursi yang ada di sampingnya. Sheryl lari dan berlindung di balik Azka. Mika tertawa jahat.
"Beb, dia mau nyakitin aku," rengek Sheryl sambil menarik baju Azka.
"Heh, lu Maemunah, lu itu gak sepadan buat ngajakin gue musuhan. Jauh-jauh dari suami gue. Atau lu mau gue jadiin piring ini pengganti shuriken gue lempar ke kepala lu!" ancam Mika.
"Beb, dia jahat," tambah Sheryl.
"Shey, lepasin gue," ucap Azka sambil melepaskan pegangan Sheryl. Azka ngeri juga lihat Mika kaya gitu.
"Dek, udah ya jangan marah lagi, kasian dedek bayi," bujuk Azka.
"Ini dedek bayi yang nyuruh, biar Papanya di jauhin dari pelakor," balas Mika.
Azka pias, bingung mau berkata apa. Dia juga sering menjadikan anak sebagai alasan, sekarang Azka seperti skak matt dibalas Mika.
"Lu mending pergi, Shey. Mika ngamuk, bisa-bisa lu botak kalo kelamaan di sini," usir Azka.
"Oke, gue pergi. Ini bukan akhir ya, gue bakal balik lagi," ancam Sheryl sambil pergi.
"Dasar mak lampir!" teriak Mika.
"Gak boleh ngomong gitu, Dek kamu lagi hamil," ujar Azka.
"Abang belain dia. Abang gitu bikin dedek bayi sedih," Mika pergi sambil manyun, yakin, deh Azka kalo Mika pasti ngambek. Mana dia gak tau lagi caranya membujuk Mika.
"Ferguso, lu jadi laki keterlaluan tau gak, masih pengantin baru, lagi anget-angetnya malah selingkuh. Gue bilangin, ya, di rumah ada yang halal kenapa lu nyari yang haram di luar. Sehat lu?" ucap Celi kemudian lari mengejar Mika.
Azka frustrasi, dia mengacak rambutnya kasar. Mika sampai di depan rumah, merapikan rambut dan pakaiannya. Mika gak mau terlihat sedih di depan Ibunya, takut dia kepikiran.
"Assalamualaikum ...." Mika mengucap salam tetapi tidak ada jawaban. Ternyata di pintu kulkas ada note kalo Ibu sedang di toko dan Raka pulang sore karena ada les.
Mika mendengar suara mobil. Itu pasti Azka, Mika buru-buru masuk ke kamar. Dan sial dia lupa mengunci pintu saking buru-burunya.
"Dek ...," panggil Azka setelah masuk kamar, Azka tau Mika ngumpet di balik selimut.
"Wah, Adek di mana ya? Kok Abang gak lihat coba kita tanya peta. Ucapkan peta." Azka menirukan tokoh kartun Dora.
Mika terkikik di dalam selimut, tetapi dia menutup mulutnya kuat-kuat biar gak kedengaran suaranya. Ternyata Azka eror juga.
"Apakah kamu melihat Adek Mika?" ucap Azka lagi.
"Baiklah, karena gak ada yang melihat. Berarti orangnya gak ada, aku mau tidur aja, ah," kata Azka sambil memeluk selimut yang isinya Mika. Mika diam tak bergeming, jujur ada rasa yang aneh, nyaman rasanya saat marah ada seseorang yang memeluknya. Menenangkan.
"Maafin, abang, ya, Dek. Cukup sbang hancurin kehidupan kamu hati kamu bakal abang jaga, buat abang pernikahan itu sekali seumur hidup, mungkin niat awal kita berbeda dengan orang lain. Tapi, setelah ijab qabul diucapkan. Abang bukan cuma janji sama kamu, sama orang tua kita. Tapi, abang janji langsung sama Alloh. Jadi, abang gak pernah maen-maen dengan semua ini. Ya, walaupun belum ada cinta di antara kita. Namun, abang pengen anak kita nanti lahir penuh dengan cinta," terang Azka. Mika masih diam, bukanya Mika gak percaya sama Azka. Tapi, Sheryl bukan orang yang mudah buat dihilangkan dari hati Azka.
Mika membuka selimutnya sampai leher. Azka masih memeluk Mika dari belakang.
"Lepasin Mika, Bang. Mika sesak," ucap Mika.
"Nggak bisa kalo belum di maafin," balas Azka.
"Iya, Mika maafin. Sekarang lepas," titah Mika.
"Gak mau sebelum dicium," ucap Azka.
"Abaaaaang ...," pekik Mika kesal sambil mencoba melepaskan pelukan Azka.
"Kata Celi, yang halal aja ada di rumah ngapain abang nyari yang haram di luar. Kalo kamu gak mau di cium, berarti kamu dosa. Dzolim sama abang," ucap Azka.
"Dasar, Celi ngomong apa, sih dia," geram Mika.
"Mau ya," bujuk Azka.
"Ogah!" tolak Mika.
"Ya udah abang paksa." Saat Azka hendak mencium Mika terdengar suara ketokan pintu. Mika bernafas lega sementara Azka mendengus kesal. Mika beranjak ke arah pintu. Ada Raka muncul di baliknya.
"Ada apa?"
"Ibu bilang Kakak suruh masak buat makan malam, takutnya kesorean pulangnya," jawab Raka.
"Kok, gak telpon kakak langsung, sih?"
"Orang udah bolak-balik. Ibu sampai khawatir takut Kakak kenapa-kenapa. Taunya lagi ekhm ... ekhm," sinis Raka.
"Ekhm ... ekhm apaan, sih," ketus Mika.
"Ya, ekhm ... ekhm, Raka masih kecil mana tau," sungut Raka sambil pergi ninggalin Mika.
"Kenapa sih, pada rese sama gue sekarang," gumam Mika sambil pergi ke dapur.
Azka yang menunggu lama Mika di kamar gak sabar. Dan nyamperin Mika ke dapur. Di sana dia melihat Mika sedang memotong sayuran. Mika kaget, tiba-tiba Azka memeluknya dari belakang.
"Ya ampun apalagi ini," keluh Mika.
"Kenapa?" tanya Azka ****. Mika geli karena Azka mengelus perutnya.
"Bang, Mika lagi megang peso, ya, jadi jangan macem-macem. Inget perjanjian," ucap Mika.
"Perjanjiannya udah batal," jawab Azka seenaknya.
"Dih, kata siapa?"
"Kata aku barusan," jawab Azka.
Mika masih mencoba melepas pelukan Azka. Mika risih dan malu kalo Raka melihat. Bisa-bisa bakalan di cengin tujuh turunan.
"Lepas, Bang Mika susah motong sayurnya,"
"Hust ... diem kaya gini dulu sebentar saja," ucap Azka semakin membenamkan wajahnya di leher Mika. Mika udah membayangkan yang aneh-aneh segera Mika menginjak kaki Azka kuat-kuat. Azka meringis kesakitan.
"Lagian di bilangin baik-baik gak mau. Nngeyel sih," ketus Mika.
"Kamu galak banget, sih, Dek?" ucap Azka sambil memegangi kakinya.
"Masih untung gak aku tusuk pake pisau," ketus Mika kembali memotong sayuran. Raka yang diam-diam mengintip tertawa geli melihat kelakuan pasangan aneh.
Bersambung .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Aisah Aisah
bagus mikayla jgn jdi lemah lawan serly
2020-03-26
3
Mujinawati Cahyo
author nya kayanya lulusan stand up dech
2020-03-22
9
Fifi Dwi Purtranti
thor klo ngebanyol kira2 dong.. sakit ni perut tawa mulu
2020-03-19
7