Another Gundala
Sebuah kisah berpusat kepada seorang pria muda berusia 18 tahun bernama Poem Pamungkas, dia adalah seorang pelajar, dikalangan teman sekolahnya, Poem dikenal sebagai anak rajin, baik hati,
juga selalu menunjukan catatan sikap baik.
Poem lumayan disukai oleh teman-teman perempuan di sekolahnya, sebab dia memiliki wajah yang lumayan
tampan, meskipun dia mempunyai tinggi badan terbilang standar, ditengah-tengah antara tinggi atau pendek.
3 tahun telah berlalu, kini Poem sudah lulus dari sekolah menengah atas, ketika semua teman sebaya
nya berniat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Poem hanya bisa mengubur keinginan yang sama itu,
bukan tanpa alasan, murni sebab keadaan, apalagi manusia tidak bisa mengubah situasi begitu saja, karena Poem hidup serba seadanya, dirinya tinggal bersama bapak, ibu, dan adik perempuan nya, kelaurganya termasuk kedalam keluarga kelas mengah kebawah, dia saja bisa sekolah karena harus membiarkan adik nya tidak
sekolah.
Nah sesudah lulus karena dia memang anak rajin ditambah perilakunya pun baik, tidak
butuh waktu lama baginya memperoleh pekerjaan, hanya dalam waktu 2 minggu sesudah lulus dia diterima kerja sebagai pelayan salah satu restoran cukup ternama di Ibukota Jakarta ini.
Sayangnya kehidupan yang dialami Poem tidak berjalan mulus, awal dari lika-liku kehidupannya ialah, dimulai oleh seorang karyawan satu atap kantor dengannya, karyawan itu memiliki sifat senioritas, namanya Bim Kalur, rekan kerja Poem yang selalu saja membuat rusuh, setiap bekerja pada waktu shift yang sama, pasti saja selalu Poem kena semprot, hingga hal-hal sudah dilakukan Poem akan tetap kurang di mata Bim Kalur.
“Poem! Biasakan tersenyum lebar ketika memberikan sambutan bagi pelanggan yang datang!” ucap Bim meminta Poem lebih murah senyum lagi, padahal mah Poem sudah melakukan itu.
Pada akhirnya meskipun dia selalu mendapatkan perlakuan tidak mengetakan tersebut, Poem masih tetap bekeja 3 bulan lamanya di tempat kerjanya, dan selama itu syukurlah belum ada masalah serius, paling hanya sikap buruk yang ditunjukan oleh senior nya itu, selain hanya itu, rekan-rekan Poem lainnya selainBim Kalur, ramah terhadap Poem.
Alasan lebih dari itu, hasil gajian Poem juga cukup mendukung keuangan keluarga nya, intinya kehidupan Poem berjalan lancar, namun tidak ada yang namanya kepastian bukan? itupun yang dialami Poem, suatu ketika restoran tempat nya bekerja kedatangan sebuah keluarga besar, yang sepertinya keluarga ini termasuk keluarga kalangan kelas atas di negara ini.
Permasalahan nya bukan terletak di keluarga tersebut, melainkan seberapa pentingnya mereka, pasti akan selalu ada orang yang menargetkan mereka, dan benar saja gelagat aneh tampak ditunjukan oleh beberapa karyawan di restoran ini, Poem tahu akan hal ini, hanya saja karena orientasinya bekerja, bekerja, dan bekerja, dia tidak terlalu memikirkan apa yang tengah dilakukan pekerja yang bisa saja memecaynya kapanpun.
agi membawa nampan diatas nya ada menu makanan yang dipesan oleh keluarga besar itu, tapi entah apa alasan nya, Bim menyerahkan nya ke Poem dan menyuruh Poem yang harus mengantarkan makanan itu, disini Poem belum mikir buruk, maka nya Poem tentu saja tidak bisa menolak nya.
“Terima kasih,” ucap keluarga itu dengan ramah kepada Poem yang baru saja datang membawa makanan
nya.
“Sama-sama,” balas Poem tersenyum.
Sesudah mengantarkan menu makanan ke meja pelanggan, Poem kembali bekerja membersihkan meja-meja
lain nya yang sudah tidak ada pelanggan nya, tak lama teriakan begitu kencang pun
terdengar hingga ke seluruh ruangan.
“Uaaaaaa!!!”
“Tolong!!!”
Sontak Poem yang mendengar teriakan nya, segera menghampiri keluarga tadi, karena memang itu
juga bagian dari pekerjaan Poem sebagai pelayan restoran.
Namun, saat Poem menghampiri meja mereka, seorang wanita tua adik dari pria tua dari pria tua
yang keracunan itu menghampiri Poem, wanita itu juga mengangkat kerah baju
milik Poem, seraya berkata, “Apa yang telah kau masukan kedalam makanan ini?”
Poem langsung memahami situasi ini, maka dari itu Poem tampak panik jika dilihat dari raut wajah nya
dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dirinya terus didorong-dorong agar ia berbicara, namun Poem tidak menggubris nya, dia bingung
mau melakukan apa, dan hanya bisa terpaku diam membantu disana, sambil dalam hati
melihat tangis haru keluarga pria tua yang keracunan itu, dia pun juga jadi teringat sosok ayah yang selalu memimpin keluarga dan kini ayah keluar ga orang lain terbaring lemas, dalam keadaan mulut nya keluar busa.
Pihak menejer segera bergerak cepat, mereka memanggil ambulan dan menggotong pria yang keracunan
itu, sayang nya nyawa nya tidak dapat ditolong, dan masalah ini tidak berakhir sampai disini saja.
Usut punya usut pria itu ialah seorang pengusaha kaya raya, yang tengah menghabiskan malam ini bersama
keluarga nya, oleh karena itu para polisi datang begitu cepat ke restoran ini,
mereka juga menangkap Poem dan Bim.
Berita ini pun dengan cepat menyebar ke media masa, bagaimana tidak, sebab korban nya ialah salah
satu orang terkaya di negara ini.
3 hari kemudian, di gedung persidangan negara, telah banyak orang berkumpul mengerumuni tempat ini,
disisi lain Poem baru saja turun dari mobil tahanan dalam keadaan terikat dikedua tangan nya, bersamaan akan kehadiran Poem orang-orang yang dari tadi memang menunggu kedatangan nya, tanpa mengetahui kebenaran, langsung melemparkan sampah kepada nya.
Orang tua Poem melihat kejadian anak nya diperlakukan seperti itu, tidak terima sebab mereka percaya
bahwa anak nya tidak mungkin melakukan hal demikian, berlari menuju Poem, lalu kedua orang tua Poem
memasang badan mereka demi menghalau lemparan-lemparan sampah dari orang-orang.
“Ibu!”
“Ayah!”
“Jangan kau pedulikan aku!” ucap Poem hanya bisa menangis saja.
“Tapi nak, Ibu yakin kau tidak bersalah!” ujar sang ibu menunjukan kasih sayang nya, meskipun
seluruh orang membenci anak nya.
Orang-orang biasa yang melihat adegan ini, bukan nya merasa iba mereka malah makin menjadi mensoraki Poem.
“Dasar anak biadab!”
“Kurang ajar!”
“Anak dajjal!”
Karena tidak mau media terlalu mengekspos kedua orang tua nya, Poem sama sekali tidak memperdulikan
mereka dan dengan cepat bergerak memasuki ruangan siding.
Baru selangkah masuk, dia kembali diteriaki oleh orang yang berada didalam ruangan, apalagi yang
lebih menyakitkan ialah saat dirinya melihat rekan kerja nya Bim, duduk dengan santai tanpa mengenakan seragam tahanan, ya tiba-tiba saja sehari sebelum dimulai nya siding, tersangka Bim berubah jadi saksi entah alasan nya apa.
Dimulai lah persidangan yang hanya berlangsung selama sekali ini saja karena memang sejak awal semua
sudah direncanakan, jadi bukan hal mustahil siding ini berjalan begitu lancer tanpa pertimbangan diberbagai aspek nya.
Kemudian, seakan tidak peduli akan nasib Poem kedepan nya, para hakim badut itu mengtuk palu mereka,
dan memutuskan bahwa Poem akan dihukum selama 20 tahun.
Spontan kedua orang tua nya menangis sejadi-jadi nya, bapak nya bahkan mencoba menyerang hakim itu, tapi ditahan oleh pihak keamanan, sementara Poem langsung dibawa ke penjara lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
youngdumb
aku juga kesini ah. penasaran
2022-05-25
0
Kaweruh Jiwa
Emm bisa kali dibaca novel nya,
Saya harap juga bisa memberikan like dan Love nya
2021-11-10
0