Penyergapan & Panah Petir Langit

Tapi Divya tidak tahu, kalau kata-kata maupun perlakuan dingin pama Ranjaitan ialah sebuah kebenaran, Divya hanya tidak memahami bahwa di dunia ini akan ada orang-orang yang akan tiba-tiba berubah sikap nya ketika dihadapkan pada situasi yang menyulitkan,“Ya

itu kan dulu… Kau tahu tidak kalau sekarang kau diincar oleh beberapa organisasi besar diluar kemampuan ku?”

Poem yang mendengar ucapan dari Ranjaitan pun kesal, padahal Divya dari sejak perjalanan sangat mengharapkan bantuan dari paman yang dia kenal, tapi malah balasan nya begini,

lantas Poem pun berkata, “Divya ayok kita pergi saja dari sini, sebuah pion yang tidak berguna akan tetap menjadi pion yang tidak berguna apalagi jika mereka pengecut, bukankah aku seorang sudah cukup?” Poem secara tersirat

menyinggung keberanian dari kelompok Ranjaitan ini.

Ya tentu saja respon Ranjaitan pun jadi emosi, namun disini dia sambil tertawa seraya berkata,

“Hahahaha… Memang nya apa yang bocah cecenguk seperti dirimu bisa lakukan?”

tanya balik Ranjaitan kepada Poem, mengenai kapasitas apa yang membuat Poem

membanggakan dirinya sendiri, Ranjaitan juga tahu musuh yang dihadapi oleh nona

nya bukan lah sembarangan, jadi bukan tanpa alasan dia menganggap remeh Poem,

walaupun memang dia belum mengetahui kekuatan dari Poem.

Sambil tersenyum Poem pun membalas nya, “Setidak nya aku bisa mengalahkan ratusan ribu Ranjaitan

sekalipun bersama anjing-anjing nya,” penjaga Ranjaitan yang sedari tadi berdiri rapih di samping Poem, mereka pun secara spontan menodongkan senjata api mereka

ke arah Poem.

“Bagaimana nak? kau pasti mau kencing dicelana kan melihat dua senjata api ini,” ujar Ranjaitan lagi-lagi meremehkan Poem, sementara itu Poem tersenyum, seakan tidak takut sama sekali jika mereka melepaskan amunisi senjata api tersebut ke diri Poem.

Poem pun hanyatersenyum lebar, dia juga menantang kepada para bawahan nya Ranjaitan, mana yang lebih cepat antara pukulan nya atau peluru dari senjata api itu, mendengar balasan Poem itu, Ranjaitan pun mengerutkan keningnya, Ranjaitan juga terkenal ialah orang yang tidak bisa berkompromi jika ad orang yang menantang diri nya, oleh sebab itu dia akhirnya memerintahkan bawahan nya untuk menembak Poem.

“Nona jangan salahkan saya, rekan anda saja yang tengil!” ujar Ranjaitan kepada Divya, sementara itu Divya pun hanya mengangguk kan kepala nya sambil tersenyum tanda dia tidak masalah jika anak buah Ranjaitan melepaskan tembakan nya.

Ranjaiatan pun mengangkat satu tangan nya, bermaksud memberikan sebuah aba-aba, lantas karena sudah diperintahkan, dua bawahan Ranjaitan pun bergegas mengangkat senjata mereka, namun hal menakjubkan pun terjadi, “Swishh!!” diluar dari kemampuan

yang mampu dilihat oleh mata, dalam sekejap salah satu bawahan Ranjiatan jatuh

tersungkur ke tanah, “Thud!” “Bam!” satu nya lagi terpental bahkan sampai menghancurkan dan menembus dinding ruangan.

Poem pun tahu-tahu sudah berada dihadapan dari Ranjaitan, “Apakah aku juga harus memukul nya, Divya?” tanya Poem ke Divya, Poem benar-benar kesal melihat sifat belagu nya Ranjaitan, dia ingin sekali memukul kepala nya.

“Tidak mungkin! mata biru itu, kau, apa kau seorang yang dibangkitkan?” tanya Ranjaitan dengan mata melongo tidak percaya sama sekali, akan tetapi karena dia sejak awal termasuk kedalam orang yang akan mengikuti orang yang lebih kuat dari nya, maka karena

sudah tahu kekuatan Poem, dia pun lantas seketika berubah pikiran nya.

“Baiklah aku menyerah… Aku akan membantu anda nona!” ucap Ranjaitan begitu, namun saat Divya dan Poem menganggap Ranjaitan menyerah lalu semuanya selesai, malah tiba-tiba muncul dari samping ruangan merangsak dan merusak tembok mengepung Poem juga Divya.

“Eh… Tapi bohong!!!” kata Ranjaitan lagi sambil mengangkat jari tengah nya.

“Poem!”

“Divya!”

Poem agak lengah persekian detik, sampai beberapa orang yang jika dihitung jumlah mereka ada 6, 3 diantara nya yang merusak pertemuan itu berhasil mendekati Divya, makanya disini pergerakan Poem pun terkunci, karena mereka menjadikan Divya sebagai

sandera.

Tidak sampai disana, datanglah seseorang yang amat Poem benci, ya dia adalah Bim, senior nya dahulu ditempat kerja, pertemuan terakhir mereka memang Poem sukses memojokkan dirinya, sayang nya keburu datang petugas PLN, sehingga Poem membiarkan nya pergi. Namun kini Bim muncul kembali dihadapan Poem.

“Yo… Adik junior, apa kabar mu?” tanya Bim kepada Poem dengan nada meledek nya.

“Cih… Kau lagi!” ucap Poem karena sudah muak melihat muka Bim, tanpa basa basi, tadi nya dia mau menerjang Bim, Bim yang tahu, dia lantas berkata, “ Eitssss… Tunggu dulu… Nomor 1, 2, 3,

4, 5, 6, laksanakan sekarang!” sontak 6 orang yang sejak awal sudah merangsak masuk ke ruangan ini, bergerak menjadi dua arah, dimana nomor 4, 5, 6, membawa pergi Divya secara paksa, sedangkan nomor 1, 2, 3, mereka mengangkat pedang dipunggung mereka, menghimpit sekaligus mengelilingi Poem.

“Kau pikir bisa menghentikan ku dengan para babu ini?” ujar Poem meremehkan anggota kelompok rahasia tersebut, ya wajarlah soalnya kan Poem sudah beberapa kali menyingkirkan mereka dengan mudah, Ranjaitan pun melarikan diri juga dari sana, jadi di ruangan ini tersisa Poem dan musuh-musuhnya.

Tapi Bim yang melihat Poem bersikap enteng begitu juga tersenyum seakan meremehkan Poem balik, tidak lama Poem mengaktifkan kekuatan nya, dia bermaksud membuat tiga orang yang menahan nya itu seketika menjadi

abu, oleh karena itu Poem melepaskan petir-petir yang kali ini volt nya lebih

kuat dariapda kemampuan yang Poem keluarkan sebelum-sebelumnya ini, bahkan sampai menggores dinding hingga lantai ruangan, tetapi sama sekali tidak memberikan

efek sedikit pun pada mereka.

Bim pun berkata lagi, “ Mereka adalah mahakarya terbaik milik bos ku Poem, hahaha,”

Kini giliran Poem yang tersenyum, tahu sudah tidak ada orang yang harus Poem

lindungi disekelilingnya, dia pun mengangkat 1 lengan nya, seraya berkata “Sudah lama aku ingin menggunakan kemampuan ku secara maksimal,” kata Poem begitu, “Clench!!!” lalu bukan hanya mata nya saja yang berubah menjadi biru, namun tubuh Poem keseluruhan nya terlapisi oleh petir biru ini, dan tak kala Poem menjentikkan  jarinya.

“Huffff!!!” Udara seakan berkurang, dan suasan menjadi dingin, “Duarrrr!!!!”  “Gelegar!!!” Petir yang begitu besar dari atas bak sebuah busur panah hukuman dari langit menghantam tepat diposisi Poem berada, menembus atap gedung, menyebabkan lantai ruangan yang dipijak Poem pun bergetar, “Bruakk!!!” dan ternyata lantai tertinggi pun tidak dapat menahan

serangan Poem itu, bahkan petir itu terus-menerus menghancurkan setiap lantai

yang dia lewati, hingga Poem dan musuhnya pun ikut terbawa jatuh ke lantai

paling dasar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!