Semakin Terpuruk

Beberapa hari selanjutnya, meskipun sudah ditetapkan Poem sebagai satu-satunya tersangka

utama, orang tua Poem masih tetap kekeh membela anak nya, mereka menyebarkan beberapa panflet dijalanan kepada orang-orang, berisi beberapa kejanggalan mengenai kasus yang terjadi menimpa orang kaya tersebut.

Mereka terus-terusan melakukan hal itu, tentu saja tidak ada satupun orang-orang yang menggubris

usaha mereka, namun tindakan mereka sampai ditelinga beberapa orang elit yang terlibat dalam kasus pembunuhan lalu.

Alhasil orang penting yang tidak dikenal itu, memerintahkan beberapa bawahan nya, tepat

hari itu juga keluarga Poem tidak pernah lagi muncul, bahkan sekalipun tidak

menjenguk Poem dipenjara.

Hari ini kita fokus pada apa yang terjadi dengan Poem di penjara.

Lewat seminggu sudah, Poem berada di penjara, kini Poem terkenal sebagai pembunuh seorang pria kaya raya

dermawan negara, oleh karena bukan hanya diluar penjara, perlakuan buruk maupun

kebencian terpancar didalam penjara, tahanan lain nya merasa paling baik,

mereka mencemooh Poem tanpa tahu sebenarnya.

Ouh iya, Poem sendiri dianggap sebagai orang yang menciptakan kejahatan kelas berat, makanya dia kini

berada di penjara terpisah dari pulau utama, sebuah penjara yang cukup terkenal

berisi orang-orang paling bermasalah, yakni penjara Nusa Kambangan.

“Hey pecundang serahkan makanan lu sini!” ujar seorang bernama Fredy, dia adalah tahanan yang gemar

bermain senioritas di penjara, dibentak sekali, Poem yang memang latar belakang

nya sebagai orang baik, menurutinya begitu saja

“Hahaha… Bocah itu tunduk begitu saja!”

“Hey bro… Nanti lu harus mengurus bagian gua yak!”   ujar

Surandjie tahanan lain nya bertubuh besar bahkan dua kali nya dari tubuh Poem,

menyuruh Poem melakukan tugas sehari-hari bagi para tahanan, yakni.

Pada akhirnya seperti yang terlihat, keberadaan Poem yang sudah berada di penjara saja bak telah

jatuh kedalam jurang kegelapan yang akan membuat nya tidak memiliki masa depan

cerah, belum lagi dia tidak tahu nasib dari kedua orang tua nya selepas dirinya

dipenjara, kini kehidupan sehari-harinya pun  bagaikan berada ditaman sirkus, setiap hari Poem harus mengurus tingkah laku dari para hewan buas di penjara ini.

Bagaimana tidak? Poem terus-terusan mengalami yang nama nya perundungan antar sesame tahanan, di pagi

hari nya semua tahanan akan berkumpul di lapangan terbuka, untuk berolahraga,

nah biasanya sesudah itu, para tahanan akan menyuruh beberapa tahanan lain

nya  yang lebih rendah kedudukan nya untuk membawakan minum buat mereka, hal ini lah yang menimpa kepada Poem, nasib nya dia harus berkali-kali bulak-balik mengambilkan minuman untuk mereka.

Siang  harinya dia pun tidak lepas dari siksaan mereka, begitupun menjelang sore hari, mereka akan kembali dibiarkan bebas begitusaja, berolahraga, nah dimomen ini lah biasanya para tahanan yang suka

menindas akan melakukan hal-hal  lebih menyeramkan, mereka akan menjadikan tubuh tahanan yang dianggap lemah sebagai samsak atau pun target dari lemparan bola.

Oleh karena hal ini jugalah, Poem tidak pernah tidak babak belur menjelang malam hari, pasti ada

salah satu titik ditubuhnya yang mengalami luka memar.

Hari-hari Poem mengalami berbagai rundungan seperti ini, tidak ada yang bisa Poem lakukan

selain menerima kenyataan ini, mungkin saja suatu saat keadaan nya dapat berubah, setidak nya ada satu hal penting yang pasti bahwa didalam hatinya dia masih memiliki semangat untuk tumbuh.

Satu tahun kemudian,

Namun ternyata, Keoptimisan nya tidak lah bertahan lama, menerima perlakuan yang sama terus

menurus, perlahan-lahan memunculkan titik hitam dihati nya, seorang bocah lugu

yang tidak mengenal arti kebusukan kini telah bermandikan kegelapan.

Entah sudah sedalam mana kegelapan dihatinya, tapi yang pasti dia bahkan hampir tidak mengenal

dirinya yang dulu pernah merasakan kehangatan dari kasih sayang.

Suatu hari kebencian tersebut telah memuncak, Poem sendiri sudah tidak bisa menahan amarah nya lagi,

namun disisi lain dia harus tetap menerima kenyataan atas perundungan yang dia

alami, apalagi ketika sore hari saat semua tahanan berkumpul untuk melakukan

olahraga sore, biasanya Poem akan diajak bermain bola voli ketua-ketua gang

ditahanan ini, terutama si Fredy dan Surandjie.

Mereka memerintahkan Poem agar tetap berdiri ditengah lapangan, lalu secara bergantian mereka berdua akan

melakukan sebuah smash, tapi bukan pakai bola voli, melainkan menggunakan bola

basket, tanpa belas kasihan, mereka berdua mengincar kepala Poem, disisi lain Poem

sendiri tidak boleh menahan nya sama sekali.

“Smashh!” Bola basket itu menghantam kepala Poem hingga mengenai bagian pelipis nya,  nah karena itu didetik ini muncul sebuah niatan di hati Poem, dia lantas berjalan, mengambil bola basket

yang terlempar kepinggir lapangan, dia kemudian akan memberikan bola itu kepada Fredy,

perlahan mendekat, sampai hanya berjarak dua Langkah, Poem melemparkan kembali

bola basket itu dengan kencang kearah Fredy, Fredy lantas langsung reflek mengunakan kedua tangan nya untuk menghalau bola basket tersebut, selepas itu Fredy kembali membuka tangan nya, dan disaat itu pula Poem sudah siap menggunakan jari-jari tangan nya menusuk mata nya.

“Srakkk!!!” menggunakan 3 jari tangan kanan nya, Poem berhasil melukai mata kiri dari Fredy.

“Argghhhh!”

“Bocah sialan!” Fredy naik pitam, hingga dia mendaratkan tendangan ke perut Poem, beruntung Poem

bereaksi sigap menangkap ayunan kakinya, dan berjalan mundur begitu cepat,

sehingga Fredy yang berdiri menggunakan satu kaki nya, terpelentang kebelakang.

Para tahanan  lain nya yang melihat adegan ini, hanya bisa diam membantu, kecuali si Surandjie, dia meraih pundak Poem, sesaat Poem menengok nya, Surandjie melepaskan tinjunya, barulah disini Poem terpental dan

mengalami luka yang cukup parah diwajah nya lagi.

“Brengsek, bocah kau jangan kelewatan!!!” bentak Surandjie.

‘Urghhh… Sial pal aini mulai berkunang-kunang hanya sesudah satu pukulan saja,’ ucap Poem di pikiran

nya, tubuhnya langsunhg tumbang akibat pukulan kencang yang dilepaskan oleh

Surandjie.

Bahkan Surandjie langsung menginjak kepala Poem, tidak hanya itu saja, lepas itu, dia menjabak

kepala Poem, dan dia benturkan beberapa kali kepala Poem ketanah, sampai-sampai

membuat Poem menajdi setengah sadar, dia masih bisa merasakan sakit, tapi tidak

memiliki energi lagi untuk membuka mata nya atau pun mengucapkan beberapa patah

kata.

Bersyukur para sipir datang, dan membuyarkan kegaduhan yang terjadi, Poem juga dipindahlan ke gedung

Kesehatan di penjara agar menerima perawatan lebih lanjut.

Sementara itu, nasib Fredy juga tidak lebih baik dari Poem, Surandjie melihat hal itu, dia pun

bertanya kepada Fredy, “Hey Fred, kenapa kau masih berbaring saja dan menutupi

satu mata mu?”

Fredy pun menujukan mata kiri nya yang tadi bekas dicolok oleh Poem, tampak bola mata nya sedikit

keluar dari kelopak mata, juga ada darah mengalir keluar, “Sepertinya mata kiri ku dibuat tidak berfungsi oleh bocah brengsek itu!”

“Hahahah… ketua kita telah buta sebelah!” ledek Surandjie.

“Sesudah bocah itu sembuh, akan aku buat dia buta di kedua mata nya!”

“Sayang nya kau harus menunda hal ini, seperti nya sesudah dia disembuhkan, dia akan dikirim ke

penjara isolasi selama dua bulan!

“Kalau begitu jadinya, aku ingin pertarungan hiburan sampai mati!!!”

Terpopuler

Comments

Bakoel Endock

Bakoel Endock

bab ini kayaknya terinspirasi dari sebuah film China atau Korea ya?
lupa... hehehe.

Wa pernah nonton soalnya. keren...

cerita tentang seorang ibu yang membela anak laki-lakinya dengan menyebar pamflet pada semua orang dijalan serta membentang sebuah spanduk. anaknya itu difitnah atau dijebak hingga dipenjara.

2023-06-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!