Sebuah kisah berpusat kepada seorang pria muda berusia 18 tahun bernama Poem Pamungkas, dia adalah seorang pelajar, dikalangan teman sekolahnya, Poem dikenal sebagai anak rajin, baik hati,
juga selalu menunjukan catatan sikap baik.
Poem lumayan disukai oleh teman-teman perempuan di sekolahnya, sebab dia memiliki wajah yang lumayan
tampan, meskipun dia mempunyai tinggi badan terbilang standar, ditengah-tengah antara tinggi atau pendek.
3 tahun telah berlalu, kini Poem sudah lulus dari sekolah menengah atas, ketika semua teman sebaya
nya berniat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Poem hanya bisa mengubur keinginan yang sama itu,
bukan tanpa alasan, murni sebab keadaan, apalagi manusia tidak bisa mengubah situasi begitu saja, karena Poem hidup serba seadanya, dirinya tinggal bersama bapak, ibu, dan adik perempuan nya, kelaurganya termasuk kedalam keluarga kelas mengah kebawah, dia saja bisa sekolah karena harus membiarkan adik nya tidak
sekolah.
Nah sesudah lulus karena dia memang anak rajin ditambah perilakunya pun baik, tidak
butuh waktu lama baginya memperoleh pekerjaan, hanya dalam waktu 2 minggu sesudah lulus dia diterima kerja sebagai pelayan salah satu restoran cukup ternama di Ibukota Jakarta ini.
Sayangnya kehidupan yang dialami Poem tidak berjalan mulus, awal dari lika-liku kehidupannya ialah, dimulai oleh seorang karyawan satu atap kantor dengannya, karyawan itu memiliki sifat senioritas, namanya Bim Kalur, rekan kerja Poem yang selalu saja membuat rusuh, setiap bekerja pada waktu shift yang sama, pasti saja selalu Poem kena semprot, hingga hal-hal sudah dilakukan Poem akan tetap kurang di mata Bim Kalur.
“Poem! Biasakan tersenyum lebar ketika memberikan sambutan bagi pelanggan yang datang!” ucap Bim meminta Poem lebih murah senyum lagi, padahal mah Poem sudah melakukan itu.
Pada akhirnya meskipun dia selalu mendapatkan perlakuan tidak mengetakan tersebut, Poem masih tetap bekeja 3 bulan lamanya di tempat kerjanya, dan selama itu syukurlah belum ada masalah serius, paling hanya sikap buruk yang ditunjukan oleh senior nya itu, selain hanya itu, rekan-rekan Poem lainnya selainBim Kalur, ramah terhadap Poem.
Alasan lebih dari itu, hasil gajian Poem juga cukup mendukung keuangan keluarga nya, intinya kehidupan Poem berjalan lancar, namun tidak ada yang namanya kepastian bukan? itupun yang dialami Poem, suatu ketika restoran tempat nya bekerja kedatangan sebuah keluarga besar, yang sepertinya keluarga ini termasuk keluarga kalangan kelas atas di negara ini.
Permasalahan nya bukan terletak di keluarga tersebut, melainkan seberapa pentingnya mereka, pasti akan selalu ada orang yang menargetkan mereka, dan benar saja gelagat aneh tampak ditunjukan oleh beberapa karyawan di restoran ini, Poem tahu akan hal ini, hanya saja karena orientasinya bekerja, bekerja, dan bekerja, dia tidak terlalu memikirkan apa yang tengah dilakukan pekerja yang bisa saja memecaynya kapanpun.
agi membawa nampan diatas nya ada menu makanan yang dipesan oleh keluarga besar itu, tapi entah apa alasan nya, Bim menyerahkan nya ke Poem dan menyuruh Poem yang harus mengantarkan makanan itu, disini Poem belum mikir buruk, maka nya Poem tentu saja tidak bisa menolak nya.
“Terima kasih,” ucap keluarga itu dengan ramah kepada Poem yang baru saja datang membawa makanan
nya.
“Sama-sama,” balas Poem tersenyum.
Sesudah mengantarkan menu makanan ke meja pelanggan, Poem kembali bekerja membersihkan meja-meja
lain nya yang sudah tidak ada pelanggan nya, tak lama teriakan begitu kencang pun
terdengar hingga ke seluruh ruangan.
“Uaaaaaa!!!”
“Tolong!!!”
Sontak Poem yang mendengar teriakan nya, segera menghampiri keluarga tadi, karena memang itu
juga bagian dari pekerjaan Poem sebagai pelayan restoran.
Namun, saat Poem menghampiri meja mereka, seorang wanita tua adik dari pria tua dari pria tua
yang keracunan itu menghampiri Poem, wanita itu juga mengangkat kerah baju
milik Poem, seraya berkata, “Apa yang telah kau masukan kedalam makanan ini?”
Poem langsung memahami situasi ini, maka dari itu Poem tampak panik jika dilihat dari raut wajah nya
dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dirinya terus didorong-dorong agar ia berbicara, namun Poem tidak menggubris nya, dia bingung
mau melakukan apa, dan hanya bisa terpaku diam membantu disana, sambil dalam hati
melihat tangis haru keluarga pria tua yang keracunan itu, dia pun juga jadi teringat sosok ayah yang selalu memimpin keluarga dan kini ayah keluar ga orang lain terbaring lemas, dalam keadaan mulut nya keluar busa.
Pihak menejer segera bergerak cepat, mereka memanggil ambulan dan menggotong pria yang keracunan
itu, sayang nya nyawa nya tidak dapat ditolong, dan masalah ini tidak berakhir sampai disini saja.
Usut punya usut pria itu ialah seorang pengusaha kaya raya, yang tengah menghabiskan malam ini bersama
keluarga nya, oleh karena itu para polisi datang begitu cepat ke restoran ini,
mereka juga menangkap Poem dan Bim.
Berita ini pun dengan cepat menyebar ke media masa, bagaimana tidak, sebab korban nya ialah salah
satu orang terkaya di negara ini.
3 hari kemudian, di gedung persidangan negara, telah banyak orang berkumpul mengerumuni tempat ini,
disisi lain Poem baru saja turun dari mobil tahanan dalam keadaan terikat dikedua tangan nya, bersamaan akan kehadiran Poem orang-orang yang dari tadi memang menunggu kedatangan nya, tanpa mengetahui kebenaran, langsung melemparkan sampah kepada nya.
Orang tua Poem melihat kejadian anak nya diperlakukan seperti itu, tidak terima sebab mereka percaya
bahwa anak nya tidak mungkin melakukan hal demikian, berlari menuju Poem, lalu kedua orang tua Poem
memasang badan mereka demi menghalau lemparan-lemparan sampah dari orang-orang.
“Ibu!”
“Ayah!”
“Jangan kau pedulikan aku!” ucap Poem hanya bisa menangis saja.
“Tapi nak, Ibu yakin kau tidak bersalah!” ujar sang ibu menunjukan kasih sayang nya, meskipun
seluruh orang membenci anak nya.
Orang-orang biasa yang melihat adegan ini, bukan nya merasa iba mereka malah makin menjadi mensoraki Poem.
“Dasar anak biadab!”
“Kurang ajar!”
“Anak dajjal!”
Karena tidak mau media terlalu mengekspos kedua orang tua nya, Poem sama sekali tidak memperdulikan
mereka dan dengan cepat bergerak memasuki ruangan siding.
Baru selangkah masuk, dia kembali diteriaki oleh orang yang berada didalam ruangan, apalagi yang
lebih menyakitkan ialah saat dirinya melihat rekan kerja nya Bim, duduk dengan santai tanpa mengenakan seragam tahanan, ya tiba-tiba saja sehari sebelum dimulai nya siding, tersangka Bim berubah jadi saksi entah alasan nya apa.
Dimulai lah persidangan yang hanya berlangsung selama sekali ini saja karena memang sejak awal semua
sudah direncanakan, jadi bukan hal mustahil siding ini berjalan begitu lancer tanpa pertimbangan diberbagai aspek nya.
Kemudian, seakan tidak peduli akan nasib Poem kedepan nya, para hakim badut itu mengtuk palu mereka,
dan memutuskan bahwa Poem akan dihukum selama 20 tahun.
Spontan kedua orang tua nya menangis sejadi-jadi nya, bapak nya bahkan mencoba menyerang hakim itu, tapi ditahan oleh pihak keamanan, sementara Poem langsung dibawa ke penjara lagi.
Beberapa hari selanjutnya, meskipun sudah ditetapkan Poem sebagai satu-satunya tersangka
utama, orang tua Poem masih tetap kekeh membela anak nya, mereka menyebarkan beberapa panflet dijalanan kepada orang-orang, berisi beberapa kejanggalan mengenai kasus yang terjadi menimpa orang kaya tersebut.
Mereka terus-terusan melakukan hal itu, tentu saja tidak ada satupun orang-orang yang menggubris
usaha mereka, namun tindakan mereka sampai ditelinga beberapa orang elit yang terlibat dalam kasus pembunuhan lalu.
Alhasil orang penting yang tidak dikenal itu, memerintahkan beberapa bawahan nya, tepat
hari itu juga keluarga Poem tidak pernah lagi muncul, bahkan sekalipun tidak
menjenguk Poem dipenjara.
Hari ini kita fokus pada apa yang terjadi dengan Poem di penjara.
Lewat seminggu sudah, Poem berada di penjara, kini Poem terkenal sebagai pembunuh seorang pria kaya raya
dermawan negara, oleh karena bukan hanya diluar penjara, perlakuan buruk maupun
kebencian terpancar didalam penjara, tahanan lain nya merasa paling baik,
mereka mencemooh Poem tanpa tahu sebenarnya.
Ouh iya, Poem sendiri dianggap sebagai orang yang menciptakan kejahatan kelas berat, makanya dia kini
berada di penjara terpisah dari pulau utama, sebuah penjara yang cukup terkenal
berisi orang-orang paling bermasalah, yakni penjara Nusa Kambangan.
“Hey pecundang serahkan makanan lu sini!” ujar seorang bernama Fredy, dia adalah tahanan yang gemar
bermain senioritas di penjara, dibentak sekali, Poem yang memang latar belakang
nya sebagai orang baik, menurutinya begitu saja
“Hahaha… Bocah itu tunduk begitu saja!”
“Hey bro… Nanti lu harus mengurus bagian gua yak!” ujar
Surandjie tahanan lain nya bertubuh besar bahkan dua kali nya dari tubuh Poem,
menyuruh Poem melakukan tugas sehari-hari bagi para tahanan, yakni.
Pada akhirnya seperti yang terlihat, keberadaan Poem yang sudah berada di penjara saja bak telah
jatuh kedalam jurang kegelapan yang akan membuat nya tidak memiliki masa depan
cerah, belum lagi dia tidak tahu nasib dari kedua orang tua nya selepas dirinya
dipenjara, kini kehidupan sehari-harinya pun bagaikan berada ditaman sirkus, setiap hari Poem harus mengurus tingkah laku dari para hewan buas di penjara ini.
Bagaimana tidak? Poem terus-terusan mengalami yang nama nya perundungan antar sesame tahanan, di pagi
hari nya semua tahanan akan berkumpul di lapangan terbuka, untuk berolahraga,
nah biasanya sesudah itu, para tahanan akan menyuruh beberapa tahanan lain
nya yang lebih rendah kedudukan nya untuk membawakan minum buat mereka, hal ini lah yang menimpa kepada Poem, nasib nya dia harus berkali-kali bulak-balik mengambilkan minuman untuk mereka.
Siang harinya dia pun tidak lepas dari siksaan mereka, begitupun menjelang sore hari, mereka akan kembali dibiarkan bebas begitusaja, berolahraga, nah dimomen ini lah biasanya para tahanan yang suka
menindas akan melakukan hal-hal lebih menyeramkan, mereka akan menjadikan tubuh tahanan yang dianggap lemah sebagai samsak atau pun target dari lemparan bola.
Oleh karena hal ini jugalah, Poem tidak pernah tidak babak belur menjelang malam hari, pasti ada
salah satu titik ditubuhnya yang mengalami luka memar.
Hari-hari Poem mengalami berbagai rundungan seperti ini, tidak ada yang bisa Poem lakukan
selain menerima kenyataan ini, mungkin saja suatu saat keadaan nya dapat berubah, setidak nya ada satu hal penting yang pasti bahwa didalam hatinya dia masih memiliki semangat untuk tumbuh.
Satu tahun kemudian,
Namun ternyata, Keoptimisan nya tidak lah bertahan lama, menerima perlakuan yang sama terus
menurus, perlahan-lahan memunculkan titik hitam dihati nya, seorang bocah lugu
yang tidak mengenal arti kebusukan kini telah bermandikan kegelapan.
Entah sudah sedalam mana kegelapan dihatinya, tapi yang pasti dia bahkan hampir tidak mengenal
dirinya yang dulu pernah merasakan kehangatan dari kasih sayang.
Suatu hari kebencian tersebut telah memuncak, Poem sendiri sudah tidak bisa menahan amarah nya lagi,
namun disisi lain dia harus tetap menerima kenyataan atas perundungan yang dia
alami, apalagi ketika sore hari saat semua tahanan berkumpul untuk melakukan
olahraga sore, biasanya Poem akan diajak bermain bola voli ketua-ketua gang
ditahanan ini, terutama si Fredy dan Surandjie.
Mereka memerintahkan Poem agar tetap berdiri ditengah lapangan, lalu secara bergantian mereka berdua akan
melakukan sebuah smash, tapi bukan pakai bola voli, melainkan menggunakan bola
basket, tanpa belas kasihan, mereka berdua mengincar kepala Poem, disisi lain Poem
sendiri tidak boleh menahan nya sama sekali.
“Smashh!” Bola basket itu menghantam kepala Poem hingga mengenai bagian pelipis nya, nah karena itu didetik ini muncul sebuah niatan di hati Poem, dia lantas berjalan, mengambil bola basket
yang terlempar kepinggir lapangan, dia kemudian akan memberikan bola itu kepada Fredy,
perlahan mendekat, sampai hanya berjarak dua Langkah, Poem melemparkan kembali
bola basket itu dengan kencang kearah Fredy, Fredy lantas langsung reflek mengunakan kedua tangan nya untuk menghalau bola basket tersebut, selepas itu Fredy kembali membuka tangan nya, dan disaat itu pula Poem sudah siap menggunakan jari-jari tangan nya menusuk mata nya.
“Srakkk!!!” menggunakan 3 jari tangan kanan nya, Poem berhasil melukai mata kiri dari Fredy.
“Argghhhh!”
“Bocah sialan!” Fredy naik pitam, hingga dia mendaratkan tendangan ke perut Poem, beruntung Poem
bereaksi sigap menangkap ayunan kakinya, dan berjalan mundur begitu cepat,
sehingga Fredy yang berdiri menggunakan satu kaki nya, terpelentang kebelakang.
Para tahanan lain nya yang melihat adegan ini, hanya bisa diam membantu, kecuali si Surandjie, dia meraih pundak Poem, sesaat Poem menengok nya, Surandjie melepaskan tinjunya, barulah disini Poem terpental dan
mengalami luka yang cukup parah diwajah nya lagi.
“Brengsek, bocah kau jangan kelewatan!!!” bentak Surandjie.
‘Urghhh… Sial pal aini mulai berkunang-kunang hanya sesudah satu pukulan saja,’ ucap Poem di pikiran
nya, tubuhnya langsunhg tumbang akibat pukulan kencang yang dilepaskan oleh
Surandjie.
Bahkan Surandjie langsung menginjak kepala Poem, tidak hanya itu saja, lepas itu, dia menjabak
kepala Poem, dan dia benturkan beberapa kali kepala Poem ketanah, sampai-sampai
membuat Poem menajdi setengah sadar, dia masih bisa merasakan sakit, tapi tidak
memiliki energi lagi untuk membuka mata nya atau pun mengucapkan beberapa patah
kata.
Bersyukur para sipir datang, dan membuyarkan kegaduhan yang terjadi, Poem juga dipindahlan ke gedung
Kesehatan di penjara agar menerima perawatan lebih lanjut.
Sementara itu, nasib Fredy juga tidak lebih baik dari Poem, Surandjie melihat hal itu, dia pun
bertanya kepada Fredy, “Hey Fred, kenapa kau masih berbaring saja dan menutupi
satu mata mu?”
Fredy pun menujukan mata kiri nya yang tadi bekas dicolok oleh Poem, tampak bola mata nya sedikit
keluar dari kelopak mata, juga ada darah mengalir keluar, “Sepertinya mata kiri ku dibuat tidak berfungsi oleh bocah brengsek itu!”
“Hahahah… ketua kita telah buta sebelah!” ledek Surandjie.
“Sesudah bocah itu sembuh, akan aku buat dia buta di kedua mata nya!”
“Sayang nya kau harus menunda hal ini, seperti nya sesudah dia disembuhkan, dia akan dikirim ke
penjara isolasi selama dua bulan!
“Kalau begitu jadinya, aku ingin pertarungan hiburan sampai mati!!!”
“Ouh pertarungan hidup sampai mati?” tanya balik salah satu sipir untuk memastikan tekad dari Fredy tersebut.
“Iya, aku dengar di penjara terburuk negara ini, ada yang namanya duel antara dua orang hingga salah satu nya ada yang mati,”
Pertarungan hidup dan mati, konon sudah banyak narapidana yang mati, pertarungan ini sendiri adalah pertarungan antara dua narapidana yang saling berselisih paham, yang dahulu tujuan diadakan nya pertarungan ini, supaya mempersingkat pihak polisi dalam mempersiapkan hukuman mati para tahanan, dan juga tentu saja niat lain nya mengurangi biaya pengeluaran makanan maupun fasilitas lain nya.
Mendengar hal itu, dari pihak polisi setuju, sementara itu karena Poem yang cukup parah, meskipun begitu, Poem tidak dalam kondisi yang bisa menolak, sebab Poem termasuk orang yang memiliki hukuman lama dipenjara, alhasil keputusan cepat yang dipertimbangkan hanya dalam 10 menit oleh para petinggi penjaga penjara, pertarungan ini pun dizinkan mereka, dan dijanjikan akan dilaksanakan 2 hari
dari sekarang.
Akhirnya waktu yang pertarungan pun tiba, ring berbentuk lingkaran digelar disebuah ruangan yang cukup luas, nanti nya pertarungan itu akan disaksikan oleh seluruh jajaran kepolisian yang mengurus penjara Nusa Kambangan.
Saat ini meskipun Poem dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, dia tetap didorong untuk bertarung melawan Fredy, Poem dan Fredy memasuki ring, mereka saling berhadapan, hingga hasil akhirnya sudah ditebak, karena bertubuh lebih kecil dari Frey, diri Poem diangkat, lalu dijatuhkan dan dibenturkan dengan keras ke dengkul dari Fredy, menyebabkan luka yang cukup serius pada bagian dada nya.
Sesudah menerima serangan cukup fatal itu, Poem tampak seperti masih sadar, tapi tidak mampu untuk menggerakkan tubuh nya, atau sekedar membuka mata nya, saking kesakitan
tubuh nya, Fredy juga tidak hanya sampai disana, karena ini pertarungan permainan kematian, polisi menyetujui apapun yang dilakukan oleh kedua orang yang saling bertarung apapun cara nya.
Fredy lantas menginjak tangan-tangan Poem, sampai terdengar suara tulang yang bergeser, dengan sadis menekukan kaki Poem kearah yang salah secara paksa, “Krakk!” detik itu pula
menurut pandangan orang lain, kesadaran Poem telah menghilang, meski sebenarnya dibatas hidup dan mati, sebab suatu alasan, dia mampu menyikap takbir masa lalu, dan sebuah rahasia mengenai dirinya yang ternyata adalah seseorang yang pernah terlahir dimasa lalu.
Bersamaan dengan cuplikan-cuplikan hidupnya, datanglah seorang pria tua misterius menghampirinya.
“Dimana ini? apa yang terjadi pada tubuh ku?” ujar Poem panik, soalnya seingat dirinya ia tengah mempertaruhkan nyawa nya.
“Tenang saja tuan, kini anda berada di alam artefak, waktu di dunia ini berjalan begitu cepat,”
“Siapa kau sebenarnya? Kenapa ada didalam sini? dan juga tidak ada satupun pihak polisi yang menyadari keberadaan kau?”
Orang misterius itu kemudian menjelaskan mengenai keberadaan dirinya, ia adalah seorang pelayan dari salah satu penguasa kota langit 100 tahun yang lalu, dihadapan Poem dia
merendahkan dirinya, orang misterius ini juga menjanjikan sesuatu kekuatan, bahwa sesungguhnya Poem adalah salah satu dari penguasa kota langit, yang ikut berperang dalam perang besar ribuan tahun lalu, sementara dia sendiri adalah pelayan Poem.
Adapun saat ini jiwa Poem tengah berada disebuah alam milik artefak angkasa, yang dahulu menjadi salah satu artefak pemberian raja kota langit, diakhir menuju peperangan, demi menutup lubang teleportasi milik para Alien, Poem bersama Cain satu pelayan setia nya dengan mengorbankan dirinya, bergerak maju agar bisa menutup lubang teleportasi, sekaligus berniat meledakan dirinya menggunakan energi Kied untuk menghancurkan kapal induk alien.
Memang strategi itu berhasil, Poem dimasa lalu pun berhasil, sayang nya bersamaan pada misi tersebut, dia dengan pelayan setia nya harus meregang nyawa, namun ternyata bukan nya mati, jiwa Poem dikirim kemasa depan untuk bangkit kembali, sementara garis darah nya disimpan di alam artefak ini, nah lalu pelayan nya ditugaskan untuk menjaga alam artefak ini sampai Poem terlahir kembali, dan hampir mati ( hanya ini satu-satunya pemicu, yang bisa membuka gerbang alam artefak)
“Nah kenapa jiwa ku bisa terhubung dengan alam artefak ini?” tanya Poem tidak mengetahui garis besar nya.
Cain si pelayan pun menjelaskan kepada Poem seperti diibaratkan oleh pasangan sejati, artefak ini telah menyatu dengan jiwa Poem, jadi meskipun jasad Poem berbeda, jiwa anda kan tetap sama, asalkan ada pemicu nya, maka dalam sekejap waktu anda dapat
memasuki alam artefak ini.
Pemicu nya ialah keinginan Poem untuk menjadi lebih kuat, dan rasa marah yang tenggelam begitu
deras di dalam hati, jika kedua hal itu terpenuhi, maka alam artefak itu sendiri nya akan merespon dan membawa Poem kedalam nya.
Beberapa detik kemudian, alam artefak yang tadi hanya berisi gambaran-gambaran mengenai masa lalu Poem itu, dan dengan lingkungan yang serba gelap itu, kini berubah menjadi dua area, bagian atas yang masih menampakan cuplikan hidup Poem, dan dataran tempat Poem berpijak berubah menjadi perairan berwarna merah darah yang dangkal
sejajar sama mata kaki, dan lebih lagi itu memang benar sebuah darah, lebih
tepat nya darah milik Poem, yang dahulu sebelum kematian nya, darah Poem
disedot dan tersegel sampai sekarang di dalam alam artefak ini.
Pria tua itu pun berkata, “ Tuan, apakah anda siap menanggung beban ini kembali?”
Poem pun memahami situasinya dan tanpa pikir panjang menyetujuinya, ritual pun dimulai, telapak tangan pria misterius itu menyentuh jidat Poem, Perlahan cairan merah darah itu
merembak masuk ke tubuh Poem dari sela-sela jari kaki nya.
“Argghhh!!!”
“Arghhhh!!!”
“Tu… Tunggu dulu… Aku ingin tahu, manfaat yang akan aku dapatkan jika aku memang reinkarnasinya?”
“Sebuah kekuatan kuno dan mungkin saja beberapa bawahan tuan masih ada di dunia ini, kau bisa saja menjadi kaya mendadak!”
Poem pun menyetujui nya, dia tidak peduli jika nantinya dia menjadi gila, hidup nya memang telah hancur, terkurung ditempat ini selama 20 tahun, apalagi jika memang benar dia
akan memiliki sebuah kekuatan super, dia bisa membalaskan dendam nya.
Poem merasakan sakit, tentu saja itu bagian dari proses mencerna ingatan nya, jadi hal ini ialah wajar, hingga seluruh cairan disekeliling nya terserap sampai tidak tersisa sedikit pun.
Poem yang masih dialam artefak sedang mencoba mengamati perubahan pada tubuh nya, sementara itu pria tua asing yang berada di samping nya, langsung merendahkan badan nya, bermaksud untuk bersujud kepada tuan nya yang telah balik, Poem yang melihat hal ini segera meminta pria tua itu berdiri pasal nya meskipun Poem tahu mengenai identitas dirinya dimasa lalu, tapi Poem menganggap bahwa dia yang sekarang adalah Poem Pamungkas.
“Tuan ku… Tidak peduli seperti apa wujud mu… Bagiku kau tetap lah sama!” ujar pria tua yang tiba-tiba berlaku sopan santun dihadapan Poem.
“Ehhh… Hentikan tindakan mu itu, aku sudah katakan aku ini Poem, yah meski aku senang menerima berkah kekuatan ini!”
‘Tampak nya tuan masih belum menerima dirinya seutuhnya!’ pikir pria tua itu.
“Bisakah kau beri tahu kepada ku, apa itu kota langit?”
“Sebuah kota terbang di angkasa yang mengitari dunia ini, lokasinya selalu secara acak, dan sulit sekali bagi manusia di era sekarang mengetahui informasi mengenai kota langit ini! meski ada beberapa yang sering berhubungan dengan penduduk kota langit,”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!