Hendriansyah, seorang usahawan mapan dan terkenal di sebuah kota, tampak sedang memijit keningnya di ruang tamu di rumah mewahnya. Pria itu terlihat sangat frustasi, beberapa minggu terakhir saham perusahaan nya menurun drastis, keuntungan yang di dapat sangat jauh dari target, bahkan bisa di katakan merugi, sementara hutang hutang perusahaan sudah sangat banyak, dan lebih parahnya lagi, baru saja asistennya memberi kabar kalau mereka kalah tender lagi dan itu berarti mereka akan semakin merugi dan kemungkinan besar perusahaan nya akan mengalami kebangkrutan.
"Akkh!" Hendriansyah atau yang lebih sering di panggil Hendri berteriak kesal. Ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, semua cara sudah di pakai untuk bisa memperbaiki keadaan, tapi hasilnya justru membuat perusahaannya semakin berada di jurang kehancuran.
Di tengah kekesalannya itu, seorang ibu muda yang sedang hamil yang tidak lain adalah istrinya datang dengan membawa segelas teh hangat, berharap bisa sedikit menenangkan suaminya yang sedang gundah.
"Minum dulu tehnya sayang," ucap istri Hendri setelah meletakan gelas teh di atas meja.
tanpa menjawab Hendri langsung meneguknya hingga hampir tandas, padahal teh nya masih panas, tapi sepertinya itu tidak di rasakan oleh Hendri.
"Bagaimana perkembangan perusahaan kita, apa sudah ada perubahan?"
Hendri menggeleng. "Belum, malah semakin parah, kemungkinan kita akan segera mengalami kebangkrutan, bersiaplah kalau kalau rumah ini juga mungkin akan di sita pihak Bank," jawab Hendri dengan mimik wajah sangat menyedihkan, Ia terlihat sangat putus asa.
Istri Hendri menepuk-nepuk pundak hendri seolah memberi kekuatan, meski dia sendiri sepertinya tidak kuat menerima kenyataan itu, terbukti dari air matanya yang mulai menetes. Ibu muda itu lalu mengusap perutnya yang sudah membuncit. Kehamilannya memang sudah memasuki bulan terakhir dan tinggal menunggu hari saja. Ini merupakan kehamilan yang kedua bagi pasangan itu, anak pertama mereka laki laki dan sudah berusia lima tahun.
Hendri menoleh pada istrinya, ia lalu menggenggam tangan istrinya dan mengusapnya pelan. "Maaf jika nanti kita benar benar akan kehilangan semuanya, aku berharap kau bisa menerimanya," ucap Hendri lirih, istrinya mengangguk dan tersenyum.
"Selama kita masih bisa bersama, apapun itu aku pasti bisa menerimanya," jawabnya tetap optimis, berusaha menguatkan diri dan juga suaminya, senyumnya pun masih ia paksakan mengembang, namun tak lama senyum itu hilang saat iya merasakan sakit di perutnya.
"Aduh!" pekiknya sambil memegang perutnya.
"Ada apa sayang?" tanya Hendri terkejut.
"Perutku sakit," jawab istri Hendri sambil tetap memegangi perutnya.
"Apa kau sudah mau melahirkan?"
"sepertinya iya, sebenarnya dari tadi aku sudah mulai sedikit mulas, tapi masih bisa ku tahan, tapi sekarang sakitnya semakin menjadi, aduh sakit sayang." Istri Hendri mulai merintih.
"Ya sudah ayo kita ke rumah sakit, aku siapkan perlengkapan nya dulu, kau tunggu di sini dulu," ucap Hendri, lalu dengan sigap dia menyiapkan keperluan untuk bersalin serta perlengkapan bayi.
Setelah selesai Hendri menuntun istrinya masuk ke mobil dan mereka pun meluncur ke rumah sakit. Di perjalanan Hendri menyempatkan diri untuk menelfon kedua orang tuanya agar bisa mendampingi istrinya saat proses persalinan nanti.
Di rumah sakit istri nya langsung di tangani oleh dokter khusus bersalin dan para perawat. Hendri sendiri selalu setia di samping istrinya. Sama seperti persalinan pertama, kali inipun istri Hendri ingin melahirkan secara normal, namun setelah beberapa saat menunggu, dokter mengatakan kalau istri Hendri harus di operasi karna pendarahan yang terus menerus. Hendri pun menyetujuinya, karena yang terpenting baginya adalah keselamatan istri dan anaknya.
"Lakukan yang terbaik untuk istri saya Dokter." pinta nya pada Dokter dengan nada khawatir.
Hendri menunggu dengan cemas di luar ruangan, ia mondar mandir kesana kemari dengan cemas. Di tengah kecemasannya dia mendengar sirene dari mobil ambulance yang baru datang berbunyi dengan kencang.
Saat kita berada di rumah sakit, mendengar Ambulance berbunyi tentu hal yang biasa, tapi entah mengapa, bagi Hendri suara itu begitu mengganggu pikirannya.
Tiba tiba ia merasa sangat penasaran dan ingin melihat siapa gerangan yang di bawa oleh Ambulance itu.
Hendri pun segera berlari kecil mencari sumber suara, saat sampai di koridor ia berpapasan dengan para perawat yang membawa jenasah dari mobil ambulance yang tadi di dengarnya. Ia pun bertanya kepada salah satu perawat..
"Maaf Sus, kalau boleh tahu siapa yang meninggal?"
"Sepasang suami istri pak, mereka korban kecelakaan," jawab suster ramah.
"Boleh saya melihatnya, siapa tahu saya mengenali mereka." Entah mengapa Hendri begitu penasaran ingin melihat jenazah itu.
"Oh silahkan."
Dengan tangan gemetar Hendri membuka kain penutup jenazah salah satu korban. Entah kenapa perasaannya sungguh tidak enak saat ini.Jantungnya juga berdebar sangat cepat.
Deg! jantung Hendri seperti berhenti berdetak melihat jenazah yang terbaring di depannya.
"Ayah !" pekik Hendri terkejut setengah mati, ia mundur beberapa langkah berusaha menguasai diri.
"Anda mengenali nya pak?" tanya suster, meskipun dia sudah mendengar sendiri Hendri menyebut Ayah pada salah satu jenazah, tapi dia tetap ingin memastikan, namun Hendri seolah tak mampu menjawab pertanyaan suster, dengan air mata yang mulai menetes dia mendekati dan membuka kain penutup jenazah yang ke dua. Dan benar saja, jika yang satu Ayahnya, tentu yang satu lagi pasti ibunya, karena mereka memang berangkat bersama.
Kaki Hendri terasa sangat lemas, dia merasa tidak mampu menopang badannya sendiri, dia berteriak histeris di depan kedua jenazah orang tuanya.
"Ayaaah! Ibuu! " jeritnya pilu.
"Ini tidak benar kan Yah, ini pasti mimpi kan Bu ? kalian tidak mungkin pergi secepat ini kan?" ratap Hendri tak percaya dengan kenyataan yang di terimanya.
Sementara itu di ruang operasi, Dokter telah berhasil mengoperasi dan mengeluarkan bayi dalam kandungan istri Hendri, bayi perempuan yang sangat cantik dan mungil. Istri Hendri pun tidak mengalami sesuatu yang buruk, operasinya berjalan lancar.
Dokter keluar dari ruang operasi setelah menyelesaikan pekerjaannya, seperti biasa dia akan memberi kabar gembira itu pada keluarga yang sudah menunggunya, namun saat keluar sang dokter tidak menemukan siapapun di luar ruangan.
"Kemana keluarga pasien, kenapa tidak ada satupun," gumamnya heran.
Hendri melangkah gontai memasuki ruangan tempat istrinya di rawat, ia melihat ibu dari anak anaknya itu nampak belum sadarkan diri akibat dari pengaruh obat bius.
Hendri mengecup kening istrinya lembut. Entah kenapa dia tidak begitu antusias ingin segera melihat wajah mungil buah hatinya yang baru di lahir kan, dia bahkan belum melihatnya sama sekali, dia hanya bertanya pada suster tentang kondisi anak dan istrinya, serta jenis kelamin anaknya. Saat suster menjawab semua baik baik saja, Hendri memutuskan untuk menunda dulu melihat anak keduanya, karna dia harus segera mengurus pemakaman kedua orang tuanya, dia pun terpaksa harus meninggalkan istrinya sendirian, namun ia berencana akan pulang terlebih dahulu untuk memberitahu pada anak sulung dan asisten rumah tangganya agar bisa menggantikan ia menjaga istrinya.
Di depan rumahnya Hendri di sambut oleh dua orang tamu yang tidak di kenal yang sepertinya sedang menunggu nya di teras depan.
"Anda yang bernama pak Hendri?" tanya salah seorang dari mereka.
"Iya saya sendiri, ada apa ya?" tanya Hendri bingung.
"Kami dari pihak Bank ingin menyampaikan kepada Bapak bahwa rumah Bapak sudah harus di kosongkan, kami memberi waktu dua kali dua puluh empat jam untuk anda mencari hunian baru. Ini surat perintahnya." Menyodorkan selembar kertas putih yang yang masih terlipat.
"Akhirnya terjadi juga." Bathin nya pilu, meski ia sudah dapat menduga ini akan terjadi, tapi tetap saja dia tak bisa menahan kesedihannya, air matanya lagi lagi harus mengalir. Bagaimana tidak, Ia masih sangat berduka atas kepergian kedua orang tuanya yang bahkan belum di kebumikan, sekarang dia harus menerima kenyataan getir, kehilangan rumah dan harta bendanya.
"Baiklah pak, rumah ini akan kami kosongkan dalam dua hari ke depan," ucapan nya pasrah, lalu dia masuk tanpa menghiraukan lagi tamu tak di undangnya itu.
Di dalam rumahnya Ia di sambut oleh putra sulungnya yang langsung lari menyongsongnya begitu melihat Ayahnya pulang.
"Ayaah !" panggilnya sambil menghambur ke pelukan ayahnya dan sang Ayah pun langsung sigap memeluk sambil membopongnya.
"Apa adik ku sudah lahir Yah, laki laki atau perempuan?" tanyanya antusias
"Sudah nak, adikmu perempuan," jawab Ayah sambil tetap berusaha tersenyum meski hatinya saat ini sedang sangat sedih.
Wah pasti adik ku sangat cantik sama seperti ibu, aku ingin cepat cepat melihatnya Yah." Bicara sambil turun dari gendongan Ayahnya.
"Baiklah, kau akan melihat nya nanti, sekarang kita akan ke rumah nenek dan kakek mu dulu, mereka meninggal dunia nak." Kali ini Ayah tak mampu menyembunyikan air matanya, ia kembali memeluk putranya sedangkan sang putra hanya bisa terdiam tidak mengerti, yang ia tahu meninggal itu berarti tidur dalam jangka waktu lama.
Tapi kenapa Ayah harus menangis sesedih ini. Bathin anak kecil itu.
Setelah mengantar asisten rumah tangganya ke rumah sakit tempat istrinya di rawat Hendri lalu bergegas mengurus jenazah kedua orang tuanya untuk segera di kebumikan. Tak terbayang kan betapa berduka nya dia menerima musibah beruntun itu, namun dia tetap selalu berusaha menguatkan diri.
Setelah proses pemakaman selesai, Hendri kembali ke rumah sakit. Hari sudah hampir malam waktu itu. Istrinya telah bebas dari pengaruh obat biusnya, dan putrinya yang baru saja di lahir kan juga telah berada di ruang perawatan bersama ibunya.
Istri Hendri tersenyum menyambut suaminya. Ia tahu saat ini suaminya sedang sangat berduka, asisten rumah tangganya sudah menceritakan semuanya tadi, namun demi menguatkan sang suami, Ia tetap berusaha tersenyum.
Hendri langsung memeluk istrinya begitu memasuki kamar, ia menangis sejadi jadinya, sejak tadi dia berusaha menahan semuanya, bahkan saat orangtuanya di kebumikan tadi, dia berusaha untuk tidak menangis, namun kali ini semuanya sudah tak terbendung lagi, air matanya tumpah ruah membasahi pakaian istrinya.
"Tidak apa apa sayang, tidak apa apa, semuanya pasti akan baik baik saja. Ayah dan ibu pasti sudah tenang di sana," ucap istri Hendri sambil menepuk-nepuk pundak suami nya yang saat ini berada di atas tubuhnya. Meski kondisinya saat ini masih sangat lemah, tapi sekali lagi demi suaminya wanita itu tetap berusaha kuat.
"Hey kau bahkan belum melihat putrimu kan, dia sangat cantik, lihatlah dulu."
Hendri melepaskan pelukannya lalu melangkah mendekati box bayi tak jauh dari tempat istrinya, ia memandangi bayi mungil itu dengan perasaan tak menentu, ada rasa bahagia yang tercipta namun kesedihan lebih mendominasi saat ini.
"Kenapa kehadiranmu membawa banyak kedukaan nak?" gumamnya lirih namun masih bisa di dengar oleh istrinya, meski terkejut mendengar ucapan suaminya namun dalam hati ia membenarkannya karena memang kehadiran putrinya di iringi dengan berbagai kejadian buruk.
Hendri hanya memandangi putri kecilnya tanpa menyentuhnya sama sekali. Entahlah, hatinya masih saja berduka atas semua yang sudah terjadi dan itu bahkan tidak bisa begitu saja terobati meskipun oleh kelahiran anaknya sendiri, justru anak sulungnya lah yang sangat antusias dan terlihat sangat bahagia melihat adik kecilnya.
Hendri meninggalkan box bayi dan kembali mendekati istrinya, sekali lagi, ia sama sekali tak menyentuh putrinya.
"Oh ya sayang, siapa Nama anak kita?" tanya istri Hendri.
"Terserah kau saja." Hendri bahkan tidak tertarik untuk memberi nama pada anaknya.
"Bagaimana kalau 'Nawang Wulan' ?"
"Yah, boleh juga." Hendri mengangguk mengiyakan.
Bersambung
Maaf ya Readers baru bisa up..
Minal Aidzin walfaidzin semua😊😊jangan lupa dukungannya ya,biar thornya jadi semangat nulisnya😊😊Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ranny
bukan salah nya Wulan saat lahir ke dunia kalian di timpa banyak masalah karena setiap anak itu membawa rezekinya masing² 🙄
2024-02-16
0
🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕
harusnya kamu mensyukuri nikmat Allah yg diberikan padamu bukan malah menyalahkan kehadiran anakmu.karna itu semua sudah takdir dr Nya
2022-01-27
0
Lisa Sasmiati
bayi cantik yang malang dan sampai dewasa pun masih aja tetap tak mendapat kan kasih sayang dari orang tuanya Untung ada bibinya yg menyayangi nya
2021-12-21
0