Bagian 18

Hendriansyah, seorang usahawan mapan dan terkenal di sebuah kota, tampak sedang memijit keningnya di ruang tamu di rumah mewahnya. Pria itu terlihat sangat frustasi, beberapa minggu terakhir saham perusahaan nya menurun drastis, keuntungan yang di dapat sangat jauh dari target, bahkan bisa di katakan merugi, sementara hutang hutang perusahaan sudah sangat banyak, dan lebih parahnya lagi, baru saja asistennya memberi kabar kalau mereka kalah tender lagi dan itu berarti mereka akan semakin merugi dan kemungkinan besar perusahaan nya akan mengalami kebangkrutan.

"Akkh!" Hendriansyah atau yang lebih sering di panggil Hendri berteriak kesal. Ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, semua cara sudah di pakai untuk bisa memperbaiki keadaan, tapi hasilnya justru membuat perusahaannya semakin berada di jurang kehancuran.

Di tengah kekesalannya itu, seorang ibu muda yang sedang hamil yang tidak lain adalah istrinya datang dengan membawa segelas teh hangat, berharap bisa sedikit menenangkan suaminya yang sedang gundah.

"Minum dulu tehnya sayang," ucap istri Hendri setelah meletakan gelas teh di atas meja.

tanpa menjawab Hendri langsung meneguknya hingga hampir tandas, padahal teh nya masih panas, tapi sepertinya itu tidak di rasakan oleh Hendri.

"Bagaimana perkembangan perusahaan kita, apa sudah ada perubahan?"

Hendri menggeleng. "Belum, malah semakin parah, kemungkinan kita akan segera mengalami kebangkrutan, bersiaplah kalau kalau rumah ini juga mungkin akan di sita pihak Bank," jawab Hendri dengan mimik wajah sangat menyedihkan, Ia terlihat sangat putus asa.

Istri Hendri menepuk-nepuk pundak hendri seolah memberi kekuatan, meski dia sendiri sepertinya tidak kuat menerima kenyataan itu, terbukti dari air matanya yang mulai menetes. Ibu muda itu lalu mengusap perutnya yang sudah membuncit. Kehamilannya memang sudah memasuki bulan terakhir dan tinggal menunggu hari saja. Ini merupakan kehamilan yang kedua bagi pasangan itu, anak pertama mereka laki laki dan sudah berusia lima tahun.

Hendri menoleh pada istrinya, ia lalu menggenggam tangan istrinya dan mengusapnya pelan. "Maaf jika nanti kita benar benar akan kehilangan semuanya, aku berharap kau bisa menerimanya," ucap Hendri lirih, istrinya mengangguk dan tersenyum.

"Selama kita masih bisa bersama, apapun itu aku pasti bisa menerimanya," jawabnya tetap optimis, berusaha menguatkan diri dan juga suaminya, senyumnya pun masih ia paksakan mengembang, namun tak lama senyum itu hilang saat iya merasakan sakit di perutnya.

"Aduh!" pekiknya sambil memegang perutnya.

"Ada apa sayang?" tanya Hendri terkejut.

"Perutku sakit," jawab istri Hendri sambil tetap memegangi perutnya.

"Apa kau sudah mau melahirkan?"

"sepertinya iya, sebenarnya dari tadi aku sudah mulai sedikit mulas, tapi masih bisa ku tahan, tapi sekarang sakitnya semakin menjadi, aduh sakit sayang." Istri Hendri mulai merintih.

"Ya sudah ayo kita ke rumah sakit, aku siapkan perlengkapan nya dulu, kau tunggu di sini dulu," ucap Hendri, lalu dengan sigap dia menyiapkan keperluan untuk bersalin serta perlengkapan bayi.

Setelah selesai Hendri menuntun istrinya masuk ke mobil dan mereka pun meluncur ke rumah sakit. Di perjalanan Hendri menyempatkan diri untuk menelfon kedua orang tuanya agar bisa mendampingi istrinya saat proses persalinan nanti.

Di rumah sakit istri nya langsung di tangani oleh dokter khusus bersalin dan para perawat. Hendri sendiri selalu setia di samping istrinya. Sama seperti persalinan pertama, kali inipun istri Hendri ingin melahirkan secara normal, namun setelah beberapa saat menunggu, dokter mengatakan kalau istri Hendri harus di operasi karna pendarahan yang terus menerus. Hendri pun menyetujuinya, karena yang terpenting baginya adalah keselamatan istri dan anaknya.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya Dokter." pinta nya pada Dokter dengan nada khawatir.

Hendri menunggu dengan cemas di luar ruangan, ia mondar mandir kesana kemari dengan cemas. Di tengah kecemasannya dia mendengar sirene dari mobil ambulance yang baru datang berbunyi dengan kencang.

Saat kita berada di rumah sakit, mendengar Ambulance berbunyi tentu hal yang biasa, tapi entah mengapa, bagi Hendri suara itu begitu mengganggu pikirannya.

Tiba tiba ia merasa sangat penasaran dan ingin melihat siapa gerangan yang di bawa oleh Ambulance itu.

Hendri pun segera berlari kecil mencari sumber suara, saat sampai di koridor ia berpapasan dengan para perawat yang membawa jenasah dari mobil ambulance yang tadi di dengarnya. Ia pun bertanya kepada salah satu perawat..

"Maaf Sus, kalau boleh tahu siapa yang meninggal?"

"Sepasang suami istri pak, mereka korban kecelakaan," jawab suster ramah.

"Boleh saya melihatnya, siapa tahu saya mengenali mereka." Entah mengapa Hendri begitu penasaran ingin melihat jenazah itu.

"Oh silahkan."

Dengan tangan gemetar Hendri membuka kain penutup jenazah salah satu korban. Entah kenapa perasaannya sungguh tidak enak saat ini.Jantungnya juga berdebar sangat cepat.

Deg! jantung Hendri seperti berhenti berdetak melihat jenazah yang terbaring di depannya.

"Ayah !" pekik Hendri terkejut setengah mati, ia mundur beberapa langkah berusaha menguasai diri.

"Anda mengenali nya pak?" tanya suster, meskipun dia sudah mendengar sendiri Hendri menyebut Ayah pada salah satu jenazah, tapi dia tetap ingin memastikan, namun Hendri seolah tak mampu menjawab pertanyaan suster, dengan air mata yang mulai menetes dia mendekati dan membuka kain penutup jenazah yang ke dua. Dan benar saja, jika yang satu Ayahnya, tentu yang satu lagi pasti ibunya, karena mereka memang berangkat bersama.

Kaki Hendri terasa sangat lemas, dia merasa tidak mampu menopang badannya sendiri, dia berteriak histeris di depan kedua jenazah orang tuanya.

"Ayaaah! Ibuu! " jeritnya pilu.

"Ini tidak benar kan Yah, ini pasti mimpi kan Bu ? kalian tidak mungkin pergi secepat ini kan?" ratap Hendri tak percaya dengan kenyataan yang di terimanya.

Sementara itu di ruang operasi, Dokter telah berhasil mengoperasi dan mengeluarkan bayi dalam kandungan istri Hendri, bayi perempuan yang sangat cantik dan mungil. Istri Hendri pun tidak mengalami sesuatu yang buruk, operasinya berjalan lancar.

Dokter keluar dari ruang operasi setelah menyelesaikan pekerjaannya, seperti biasa dia akan memberi kabar gembira itu pada keluarga yang sudah menunggunya, namun saat keluar sang dokter tidak menemukan siapapun di luar ruangan.

"Kemana keluarga pasien, kenapa tidak ada satupun," gumamnya heran.

Hendri melangkah gontai memasuki ruangan tempat istrinya di rawat, ia melihat ibu dari anak anaknya itu nampak belum sadarkan diri akibat dari pengaruh obat bius.

Hendri mengecup kening istrinya lembut. Entah kenapa dia tidak begitu antusias ingin segera melihat wajah mungil buah hatinya yang baru di lahir kan, dia bahkan belum melihatnya sama sekali, dia hanya bertanya pada suster tentang kondisi anak dan istrinya, serta jenis kelamin anaknya. Saat suster menjawab semua baik baik saja, Hendri memutuskan untuk menunda dulu melihat anak keduanya, karna dia harus segera mengurus pemakaman kedua orang tuanya, dia pun terpaksa harus meninggalkan istrinya sendirian, namun ia berencana akan pulang terlebih dahulu untuk memberitahu pada anak sulung dan asisten rumah tangganya agar bisa menggantikan ia menjaga istrinya.

Di depan rumahnya Hendri di sambut oleh dua orang tamu yang tidak di kenal yang sepertinya sedang menunggu nya di teras depan.

"Anda yang bernama pak Hendri?" tanya salah seorang dari mereka.

"Iya saya sendiri, ada apa ya?" tanya Hendri bingung.

"Kami dari pihak Bank ingin menyampaikan kepada Bapak bahwa rumah Bapak sudah harus di kosongkan, kami memberi waktu dua kali dua puluh empat jam untuk anda mencari hunian baru. Ini surat perintahnya." Menyodorkan selembar kertas putih yang yang masih terlipat.

"Akhirnya terjadi juga." Bathin nya pilu, meski ia sudah dapat menduga ini akan terjadi, tapi tetap saja dia tak bisa menahan kesedihannya, air matanya lagi lagi harus mengalir. Bagaimana tidak, Ia masih sangat berduka atas kepergian kedua orang tuanya yang bahkan belum di kebumikan, sekarang dia harus menerima kenyataan getir, kehilangan rumah dan harta bendanya.

"Baiklah pak, rumah ini akan kami kosongkan dalam dua hari ke depan," ucapan nya pasrah, lalu dia masuk tanpa menghiraukan lagi tamu tak di undangnya itu.

Di dalam rumahnya Ia di sambut oleh putra sulungnya yang langsung lari menyongsongnya begitu melihat Ayahnya pulang.

"Ayaah !" panggilnya sambil menghambur ke pelukan ayahnya dan sang Ayah pun langsung sigap memeluk sambil membopongnya.

"Apa adik ku sudah lahir Yah, laki laki atau perempuan?" tanyanya antusias

"Sudah nak, adikmu perempuan," jawab Ayah sambil tetap berusaha tersenyum meski hatinya saat ini sedang sangat sedih.

Wah pasti adik ku sangat cantik sama seperti ibu, aku ingin cepat cepat melihatnya Yah." Bicara sambil turun dari gendongan Ayahnya.

"Baiklah, kau akan melihat nya nanti, sekarang kita akan ke rumah nenek dan kakek mu dulu, mereka meninggal dunia nak." Kali ini Ayah tak mampu menyembunyikan air matanya, ia kembali memeluk putranya sedangkan sang putra hanya bisa terdiam tidak mengerti, yang ia tahu meninggal itu berarti tidur dalam jangka waktu lama.

Tapi kenapa Ayah harus menangis sesedih ini. Bathin anak kecil itu.

Setelah mengantar asisten rumah tangganya ke rumah sakit tempat istrinya di rawat Hendri lalu bergegas mengurus jenazah kedua orang tuanya untuk segera di kebumikan. Tak terbayang kan betapa berduka nya dia menerima musibah beruntun itu, namun dia tetap selalu berusaha menguatkan diri.

Setelah proses pemakaman selesai, Hendri kembali ke rumah sakit. Hari sudah hampir malam waktu itu. Istrinya telah bebas dari pengaruh obat biusnya, dan putrinya yang baru saja di lahir kan juga telah berada di ruang perawatan bersama ibunya.

Istri Hendri tersenyum menyambut suaminya. Ia tahu saat ini suaminya sedang sangat berduka, asisten rumah tangganya sudah menceritakan semuanya tadi, namun demi menguatkan sang suami, Ia tetap berusaha tersenyum.

Hendri langsung memeluk istrinya begitu memasuki kamar, ia menangis sejadi jadinya, sejak tadi dia berusaha menahan semuanya, bahkan saat orangtuanya di kebumikan tadi, dia berusaha untuk tidak menangis, namun kali ini semuanya sudah tak terbendung lagi, air matanya tumpah ruah membasahi pakaian istrinya.

"Tidak apa apa sayang, tidak apa apa, semuanya pasti akan baik baik saja. Ayah dan ibu pasti sudah tenang di sana," ucap istri Hendri sambil menepuk-nepuk pundak suami nya yang saat ini berada di atas tubuhnya. Meski kondisinya saat ini masih sangat lemah, tapi sekali lagi demi suaminya wanita itu tetap berusaha kuat.

"Hey kau bahkan belum melihat putrimu kan, dia sangat cantik, lihatlah dulu."

Hendri melepaskan pelukannya lalu melangkah mendekati box bayi tak jauh dari tempat istrinya, ia memandangi bayi mungil itu dengan perasaan tak menentu, ada rasa bahagia yang tercipta namun kesedihan lebih mendominasi saat ini.

"Kenapa kehadiranmu membawa banyak kedukaan nak?" gumamnya lirih namun masih bisa di dengar oleh istrinya, meski terkejut mendengar ucapan suaminya namun dalam hati ia membenarkannya karena memang kehadiran putrinya di iringi dengan berbagai kejadian buruk.

Hendri hanya memandangi putri kecilnya tanpa menyentuhnya sama sekali. Entahlah, hatinya masih saja berduka atas semua yang sudah terjadi dan itu bahkan tidak bisa begitu saja terobati meskipun oleh kelahiran anaknya sendiri, justru anak sulungnya lah yang sangat antusias dan terlihat sangat bahagia melihat adik kecilnya.

Hendri meninggalkan box bayi dan kembali mendekati istrinya, sekali lagi, ia sama sekali tak menyentuh putrinya.

"Oh ya sayang, siapa Nama anak kita?" tanya istri Hendri.

"Terserah kau saja." Hendri bahkan tidak tertarik untuk memberi nama pada anaknya.

"Bagaimana kalau 'Nawang Wulan' ?"

"Yah, boleh juga." Hendri mengangguk mengiyakan.

Bersambung

Maaf ya Readers baru bisa up..

Minal Aidzin walfaidzin semua😊😊jangan lupa dukungannya ya,biar thornya jadi semangat nulisnya😊😊Terimakasih

Terpopuler

Comments

Ranny

Ranny

bukan salah nya Wulan saat lahir ke dunia kalian di timpa banyak masalah karena setiap anak itu membawa rezekinya masing² 🙄

2024-02-16

0

🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕

🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕

harusnya kamu mensyukuri nikmat Allah yg diberikan padamu bukan malah menyalahkan kehadiran anakmu.karna itu semua sudah takdir dr Nya

2022-01-27

0

Lisa Sasmiati

Lisa Sasmiati

bayi cantik yang malang dan sampai dewasa pun masih aja tetap tak mendapat kan kasih sayang dari orang tuanya Untung ada bibinya yg menyayangi nya

2021-12-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 Bagian 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90
91 Bagian 91
92 Bagian 92
93 Bagian 93
94 Bagian 94
95 Bagian 95
96 Bagian 96
97 Bagian 97
98 Bagian 98
99 Bagian 99
100 Bagian 100
101 Bagian 101
102 Bagian 102
103 Bagian 103
104 Bagian 104
105 Bagian 105
106 Bagian 106
107 Bagian 107
108 Bagian 108
109 Bagian 109
110 Bagian 110
111 Bagian 111
112 Bagian 112
113 Bagian 113
114 Bagian 114
115 Bagian 115
116 Bagian 116
117 Bagian 117
118 Bagian 118
119 Pengumuman
120 Pengumuman Novel baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
Bagian 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90
91
Bagian 91
92
Bagian 92
93
Bagian 93
94
Bagian 94
95
Bagian 95
96
Bagian 96
97
Bagian 97
98
Bagian 98
99
Bagian 99
100
Bagian 100
101
Bagian 101
102
Bagian 102
103
Bagian 103
104
Bagian 104
105
Bagian 105
106
Bagian 106
107
Bagian 107
108
Bagian 108
109
Bagian 109
110
Bagian 110
111
Bagian 111
112
Bagian 112
113
Bagian 113
114
Bagian 114
115
Bagian 115
116
Bagian 116
117
Bagian 117
118
Bagian 118
119
Pengumuman
120
Pengumuman Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!