Cinta bisa menembus ruang dan waktu, mungkin ungkapan itulah yang tepat untuk menggambarkan perasaan Nawang wulan saat ini, gadis cantik yang jatuh cinta pada Bayu samudra, pria dari alam yang berbeda.
Meski Wulan sudah berusaha sebisa mungkin untuk menjauhinya, melupakannya dan bahkan membencinya, namun kenyataannya dia justru semakin terjebak dalam jurang cinta yang semakin dalam. Cintanya pada Bayu justru semakin besar, semakin dalam, dan baik dia ataupun Bayu sudah tak mampu menghentikannya lagi, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tetap bersama, tak peduli apapun yang akan di lalui dan seberat apapun rintangan yang menghadang.
Mari kita lihat sekuat apa mereka mampu bertahan, pada cinta yang tidak masuk akal itu, yang bahkan sulit di terima oleh nalar.
***
Hari ini gadis berwajah lembut itu keluar dari kamarnya dengan hati riang dan wajah cemerlang. Menyapa Bibinya dengan senyum mengembang, tentu Bibi heran bercampur senang melihat keponakan cantiknya itu terlihat sangat bahagia, dan Bibi mengambil kesimpulan bahwa yang telah membuat suasana hati Wulan kembali membaik adalah Damar, sebab tadi malam Wulan dan Damar pergi berdua dan pagi harinya Wulan terlihat sangat gembira. Wajar saja jika Bibi berfikiran seperti itu.
Tak hanya Bibi Fatma, Maya sahabatnya pun melihat rona bahagia di wajah Wulan, namun Maya lebih bisa menerka apa yang terjadi.
"Kau terlihat bahagia sekali Wulan, apa yang membuatmu sebahagia itu, apa kau sudah berbaikan dengan Bayu?" tanya Maya pagi ini di tempat mereka biasa bekerja
"Apa aku terlihat sebahagia itu, sampai kau bisa menebaknya?" Wulan balik bertanya.
"Yah, di wajahmu itu seperti tercetak wajah Bayu yang sedang tersenyum." ledek Maya
Wulan cemberut mendengar jawaban Maya tapi tak urung dia tertawa juga.
"Apa tebakan ku benar?" tanya Maya lagi.
"Hmm." Wulan mengangguk
"Baguslah, jadi aku tidak perlu lagi melihat wajah murung mu itu."
"Mayaaa!" teriak Wulan kesal karena di ledek terus oleh Maya, dan Maya malah justru tertawa puas bisa menggoda Wulan.
"Aku akan ke pantai sore ini, apa kau mau ikut?"
"Apa kau akan merayakan bersatunya kembali cinta kalian?" Meski pertanyaan Maya di bumbui kalimat sarkas namun dia tetap memperlihatkan raut wajah bergurau.
"Kau ini," Wulan memukul pelan pundak Maya. "Aku hanya ingin bermain di pantai, pasti menyenangkan, apalagi ini akhir pekan, pantai pasti ramai."
"Bersama Bayu? lalu aku?"
"Ya kita bertiga," jelas Wulan.
"Ayolah, May ... " Wulan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Yah baiklah," jawab Maya akhirnya.
"Tapi kau tidak akan meninggalkan aku sendirian kan di sana?"
"Tidak akan, aku janji." Wulan mengangkat jari tengah dan telunjuknya.
"Baiklah." Maya mengangguk mengiyakan
***
Berbagi kebahagian dengan orang terdekat, itulah yang ingin di lakukan Wulan saat ini, Ia ingin tak hanya dia dan Bayu yang merasakan kebahagiannya, tapi juga Maya sahabatnya. Sahabat yang selalu ada dalam setiap suka dan dukanya, sahabat yang selalu bisa mengerti dirinya.
Sebenarnya dia juga ingin mengajak bibinya bermain di pantai, sekaligus mengenalkan Bayu, tapi takut bibinya menolak karena pantai sepertinya bukan tempat bermain yang cocok untuk orang seumuran bibi, namun Wulan berjanji suatu saat pasti akan mengenalkan Bayu pada bibi di tempat dan waktu yang tepat.
Seperti yang Wulan katakan di akhir pekan ini pantai memang cukup ramai, aktifitas wisata di tempat ini meningkat hampir seratus persen.
Tampak kerumunan orang memenuhi area sekitar pantai. Wulan dan Maya pun sudah sampai di sana, tapi mereka hanya memilih duduk duduk di bibir pantai, menikmati senja yang sudah mulai menyapa, beralaskan selembar kain khusus untuk duduk di pantai yang sengaja Wulan bawa dari rumah. Bayu belum nampak bergabung bersama mereka.
Setiap akhir pekan pantai memang selalu ramai, bahkan hingga malam hari, namun saat hari hari biasa jarang ada aktifitas di pantai ini saat malam.
"Di mana bayu, aku tidak melihatnya?" tanya Maya sambil celingukan mencari
"Belum datang, mungkin masih dalam perjalanan."
"Tapi kau sudah membuat janji dengannya kan?"
Wulan menggeleng. "Belum."
"Apa ! jadi kau belum membuat janji? kalau dia tidak datang bagaimana?" Maya kembali bertanya.
"Pasti datang," jawab Wulan yakin.
"Hari ini kan akhir pekan, pengunjung ramai dan penjaga pantai juga pasti datang."
"Ya benar, dia kan penjaga pantai, saat hari hari biasa saja pasti mereka ada di pantai, apalagi kalau sedang ramai begini," Sahut Maya membenarkan ucapan Wulan, namun tiba tiba Maya ingat akan sesuatu
Tapi kemaren kan temannya bilang kalau Bayu sedang mengunjungi ibunya dan baru akan kembali besok.
Bathin Maya, namun dia tidak mau mengatakan pada Wulan soal itu, karna dia tidak ingin Wulan tahu kalau kemarin dia mencari Bayu.
"Coba kau hubungi Bayu dulu, siapa tahu dia sedang ada keperluan jadi tidak bisa datang." Maya mencoba memberi saran namun langsung di tolak mentah mentah oleh Wulan.
"Tidak perlu." Wulan menggeleng.
"Itu dia Bayu sudah datang." Wulan menunjuk seorang pria tampan yang sedang berjalan ke arah mereka.
Pandangan Maya mengikuti arah telunjuk Wulan, dan memang benar, Bayu sudah datang dan sudah hampir sampai di tempat mereka.
Bayu memang sangat tampan, wajar kalau Wulan tergila gila padanya. Bathin Maya lagi mengagumi kekasih temannya itu.
Wulan berdiri menyambut kedatangan Bayu sembari tersenyum manis yang membuat Bayu menjadi gemas dan tidak bisa menahan diri untuk memeluk gadis cantiknya itu. Wulan pun menyambut hangat pelukan Bayu, sedangkan Maya hanya bisa menelan saliva sambil memalingkan muka tak ingin melihat adegan romantis itu.
"Kau menungguku?" tanya Bayu setelah melepaskan pelukannya.
"Hmm." Wulan hanya mengangguk lalu mengajak Bayu untuk ikut bergabung bersamanya dan juga Maya.
"Kau bersama Maya rupanya," kata Bayu sambil tersenyum pada Maya.
"Eh iya Bayu, ternyata kau masih mengingat ku, ku pikir sudah lupa," jawab Maya ber basa-basi-
"Tentu, kau kan sahabat Wulan, orang yang sangat ku cintai." Bayu menatap Wulan penuh cinta, membuat Maya kembali memalingkan muka, jiwa jomblonya terasa di cabik-cabik melihat kemesraan mereka. Ingin rasanya dia menggaruk-garuk pasir di depannya untuk mengusir rasa jengah nya.
"Tapi maaf, Wulan dan juga Maya, aku tidak bisa berlama lama di sini. Aku harus berpatroli, teman teman ku sudah menunggu ku," ujar Bayu tanpa mengalihkan pandangan nya dari Wulan.
"Oh tidak masalah, tenang saja, aku akan menemani Wulan di sini, ya kan Lan?" Maya meminta persetujuan Wulan.
Baguslah kalau kau pergi, jadi aku tidak perlu melihat kemesraan kalian lagi.
"Iya Bayu pergilah, aku akan bersenang senang dengan Maya di sini," sahut Wulan sambil tersenyum, meski sebenarnya dia masih ingin berlama lama dengan Bayu, tapi dia tidak ingin menahannya pergi.
"Kalau semuanya aman aku pasti akan secepatnya kembali ke sini," kata Bayu seolah mengerti isi hati Wulan.
"Iyaa, pergilah," ucap Wulan lagi.
Bayu baru akan beranjak dari tempat itu, namun sebuah suara menghentikan gerakannya.
"Bayuu!" panggil seorang pria sambil berjalan mendekat. Sontak Bayu, Wulan dan Maya menoleh bersamaan.
Ardian. Bathin Maya mengetahui siapa yang datang.
"Kau menyusul ku? padahal aku baru akan kembali," ucap Bayu setelah pria itu sampai di depan mereka.
"Kau terlalu lama Bayu,"
"Aku terlalu lama atau kau sebenarnya hanya ingin tahu kekasihku?"
"Keduanya, hehehe." Pria itu meringis malu karena maksud dan tujuannya sudah di ketahui oleh Bayu.
"Yang mana kekasihmu yang ini atau yaang --" pria itu menghentikan ucapannya saat melihat Maya.
"Kau, Maya kan?"
"Kau mengenalnya?" sebelum Maya sempat menjawab Bayu sudah terlebih dahulu bertanya dengan nada heran, Wulan juga terkejut meski tidak ikut bertanya.
"Ya, aku mengenalnya, oh iya aku lupa memberitahumu, kemarin sore dia mencari mu," jelas pria itu atau yang tidak lain adalah Ardian, kepala tim penyelamat di pantai ini.
"Kau mencarinya?" kali ini Wulan yang bertanya dengan nada heran.
"Ada apa mencari ku?" Bayu ikut ikutan bertanya, sedangkan Maya tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia merasa kikuk karena ketahuan mencari Bayu.
Yah ketahuan deh.
"Hey jangan melihatku seperti itu?" ketus Maya karena merasa pandangan Wulan dan Bayu sangat mengintimidasi.
"Aku mencari Bayu karena ingin mencari tahu kenapa kalian bisa berpisah." Maya memandang Bayu dan Wulan bergantian.
"Aku sedih melihat Wulan begitu terpuruk pasca berpisah darimu Bayu, itulah sebabnya aku mencari mu, tapi aku lega akhirnya kalian bersama lagi, meskipun aku belum sempat tahu apa masalahnya," jelas Maya panjang lebar.
Wulan yang terharu mendengar penjelasan Maya langsung memeluk Maya.
"Mayaa, terimakasih kau sudah sangat peduli padaku, kau memang sahabat terbaikku."
"Yaa, aku tahu itu, sudahlah, yang penting sekarang kau sudah bahagia." Maya menepuk-nepuk pundak Wulan lalu melepaskan pelukannya.
Ardian yang sedari tadi hanya jadi penonton diam diam mengagumi kepedulian Maya terhadap sahabatnya.
Gadis ini ternyata baik sekali.
"Oh ya Bayu." Tiba tiba Maya teringat sesuatu.
"Ardian bilang kau sedang mengunjungi ibumu dan baru kembali besok, kenapa sekarang kau sudah ada di sini?"
Bayu memandang Maya sekilas lalu menjawab.
"Yah seharusnya aku memnag baru kembali besok, tapi aku sudah sangat rindu pada Wulan, jadi aku mempercepat kepulangan ku." Bayu mendekati Wulan lalu mengacak puncak kepalanya.
Ardian dan Maya yang melihat kejadian itu lagi lagi hanya bisa memalingkan muka. Maya bahkan sampai menggerutu karena kesal.
"Akh ya Tuhan, kalian benar benar menyiksaku."
Sementara Ardian menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keromantisan Bayu dan tingkah konyol Maya.
Bayu itu ternyata romantis juga, dan Maya, gadis itu selain baik juga ternyata kocak. ucap Ardian dalam hati
Semakin sore pantai semakin ramai, dan itu membuat Bayu dan Ardian harus segera melakukan tugas mereka.
"Baiklah Bayu waktumu habis, ayo kita berpatroli, teman teman pasti sudah menunggu kita."
"Baiklah, ayo," jawab Bayu lalu berpamitan pada Wulan, di susul Ardian yang juga berpamitan pada Maya dan Wulan.
"Kami pergi dulu ya, Maya dan juga Wulan." Pamit Ardian kemudian berjalan mensejajari langkah Bayu yang sudah melangkah terlebih dahulu.
Wulan dan Maya mengangguk bersamaan.
Meskipun tanpa Bayu, Wulan tetap menikmati indahnya senja di tepi pantai dengan riang, ada Maya sahabatnya yang menemaninya menghabiskan waktu, mereka berlari lari kecil menyusuri pantai sambil sesekali bermain air. Sampai saat mentari telah benar benar tenggelam, Maya memutuskan untuk pulang sedangkan Wulan tetap setia menikmati keindahan pantai, sambil menunggu Bayu tentunya, tadi dia sudah meminta izin pada bibinya untuk berakhir pekan bersama Maya dan akan pulang malam.
Setelah Maya pulang, Wulan mendudukkan badannya kembali di atas pasir sambil menikmati beberapa makanan ringan yang ia beli bersama Maya tadi. Gadis itu memperhatikan orang orang di sekitarnya yang tampak begitu bahagia bersama keluarga mereka, dia membayangkan kalau keluarganya sebahagia itu. Ya, keluarganya memang bahagia, tapi jika tanpa dia.
"Huff." Wulan membuang nafasnya kasar, mencoba mengusir bayang bayang kelam dalam hidupnya, gadis itu terhanyut dalam lamun nya sampai sampai tak sadar kalau orang yang di tunggunya sudah berada di dekatnya.
"Wulan." Bayu menyentuh lembut pundak Wulan, dia tidak ingin Wulan merasa terkejut meskipun gadis itu tetap saja terkejut melihat kehadiran Bayu yang tiba tiba.
"Bayu?" Wulan menoleh, Bayu sudah berada beberapa centi di belakangnya.
"Kau selalu membuatku terkejut, kenapa kau selalu muncul tiba tiba?" tanya Wulan sedikit kesal.
"Aku tidak muncul tiba tiba, aku berjalan seperti biasa tadi, bukan melesat." Bayu berusaha membela diri.
"Kau sedang melamun tadi, jadi tidak sadar kalau aku sudah di sini."
"Aku tidak melamun, aku hanya termenung."
"Apa bedanya cantik?" Bayu mencubit hidung mancung Wulan dan tentu saja membuat pemilik hidung mancung itu melotot kesal, namun ekpresi kesal Wulan justru memancing gelak tawa Bayu.
Bayu lalu maju beberapa centi dan duduk tepat di samping Wulan.
"Kau terlihat sedih, apa yang kau pikirkan?" Bayu membelai rambut panjang Wulan.
"Tidak ada, aku sudah tidak sedih sekarang, selama ada kau di dekatku." Wulan menyandarkan kepalanya di pundak Bayu. Bayu tersenyum, sangat senang mendengar ucapan dan sikap manja Wulan.
"Apa ini tentang keluargamu? ayo ceritakan padaku."
"Kau tidak tahu? biasanya kau selalu tahu tentang banyak hal." Wulan balik bertanya.
Bayu menggeleng. "Tidak, Wulan, mengetahui masa lalu seseorang itu di luar batas kemampuanku, aku hanya tahu kau bermasalah dengan keluargamu, tapi apa persisnya itu, aku tidak tahu."
"Ini terlalu menyakitkan Bayu, aku takut tidak kuat menceritakannya."
Bayu mengangkat kepala Wulan dari bahunya, lalu memegang kedua pipinya, mereka saling berhadapan sekarang.
"Tenang saja, ada aku di sini, ayo bicaralah, kau pasti lega kalau sudah menceritakannya." Bayu membuka lebar kedua kakinya dalam posisi menekuk lalu menuntun Wulan untuk duduk di tengah tengah antara kedua kakinya.
Wulan mendongak menatap Bayu sehingga membuat keningnya menempel di bibir Bayu, lalu sebuah kecupan mendarat di keningnya. Wulan tersenyum mendapat perlakuan semanis itu dari Bayu, setelah itu dia menyandarkan tubuhnya di dada bidang Bayu, dengan posisi senyaman itu, sepertinya Wulan siap untuk bercerita.
Di hadapan lautan lepas, di bawah sinar rembulan dan di dalam pelukan Bayu, Wulan memulai ceritanya.
Bersambung...
Jangan lupa buat yang sudah singgah, mohon dukungannya. Like, komen, vote, bintang, apapun itu, penulis sangat berterimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕
baca bayu n wulan berasa muda inget jaman pacaran dulu,rindu menggebu klo pas jauhan
2022-01-27
0
Lisa Sasmiati
ooh bikin baper aja deh😮😍😍
2021-12-21
0
Rose Kanam
mesrax bikin iri hehehehe
2020-09-02
1