Sesuai janjinya, sepulang kerja Wulan menemui Bayu di pantai. Saat ini gadis itu sudah berdiri di bibir pantai memandangai lautan lepas yang entah di mana ujungnya. Kebetulan cuaca hari ini tidak terlalu panas atau bahkan boleh di bilang mendung, jadi Wulan tidak takut kulitnya akan terpanggang sinar matahari.
Tak sampai sepuluh menit menunggu sosok yang di tunggu sudah nampak berjalan menghampiri Wulan dari arah kanan nya.
Bayu berjalan di antara genangan air yang sesekali mengenai kakinya membuat celananya menjadi sedikit basah, senyum mengembang mengiringi langkah kaki pria tampan itu.
Wulan menatap Bayu tanpa ekspresi, tidak ada lesung pipi yang tercipta seperti biasanya saat iya melihat Bayu.
"Hay, kau sudah dari tadi?" tanya Bayu begitu sampai di dekat Wulan. Sebenarnya dia tahu kalau Wulan baru datang, tapi itu hanya basa basinya saja untuk membuka obrolan supaya tidak terlalu canggung, apalagi melihat air muka Wulan yang sepertinya sedang tidak bersahabat.
"Tidak, aku baru datang," jawabnya tanpa melihat ke arah Bayu, tatapannya tetap lurus menghadap laut.
"Wulan, aku--" Bayu baru akan memulai bicara namun Wulan susah langsung memotong.
"Siapa kau sebenarnya?" kali ini Wulan menoleh menatap Bayu, namun tatapannya tajam seperti menyimpan kemarahan.
"Akan ku ceritakan semuanya, kau mau kan mendengarkan sampai aku selesai bicara?" Bayu tetap berusaha bersikap lembut, meski Wulan sudah seperti hendak mengeluarkan taringnya.
"Aku kesini memang untuk itu, cepat katakan, jangan buang buang waktuku," ucap Wulan masih dengan nada ketus.
"Baiklah, namaku memang Bayu Samudra." Bayu memulai ceritanya.
"Aku berasal dari Istana bawah laut, kau dan orang orang mungkin tidak bisa melihat itu, meskipun kalian berada di dalam laut." Bayu berhenti sejenak.
"Duduklah, ceritaku mungkin panjang, dan kau mungkin akan lelah jika mendengarkannya sambil berdiri." Bayu memberikan Jaketnya sebagai alas dan Wulan hanya menurut saja tanpa bersuara. Mereka duduk berdempetan karna memang alas yang mereka pakai tidak terlalu lebar.
Bayu lalu merangkul Wulan dan meletakan tangannya di pundak Wulan, namun Ia segera menarik kembali tangannya karna melihat Wulan sepertinya tidak suka akan sikapnya, gadis itu melirik Bayu dengan lirikan tajam seolah mengatakan 'Tolong kondisikan tanganmu Bayu.'
"Aku memang sering keluar dari dalam laut saat hari mulai petang." Bayu memulai lagi ceritanya.
"Aku suka melihat orang orang yang tampak begitu bahagia menikmati senja di tepi laut, tapi aku tidak pernah mengganggu mereka, pun tidak pernah menampakan diri di depan mereka, kecuali kalau mereka membuat ulah di sini."
"Seperti?" tanya Wulan memotong cerita Bayu.
"Yah seperti melakukan hal hal mesum di luar batas, kau tahu kan apa maksudku?"
"Tentu, aku bukan anak kecil." Wulan menjawab cepat, membuat Bayu melirik gadis di sampingnya sambil tersenyum.
"Lalu?" Wulan tidak sabar ingin mendengar kelanjutan cerita Bayu.
"Lalu aku menakuti mereka dengan membuat benda benda di sekitar mereka seolah olah bergerak sendiri. Tentu itu akan membuat mereka lari ketakutan dan membatalkan niat mesum mereka." Bayu terkekeh membayangkan kejadian yang sering di alaminya itu, Wulan pun sedikit tersenyum namun bayu tidak bisa melihatnya.
"Sampai suatu hari, aku melihat seorang gadis cantik sedang mematung di tepi laut, dengan tatapan penuh luka seperti sedang menyimpan beban berat." Bayu melirik Wulan, pun sebaliknya Wulan juga melirik Bayu, Wulan tahu gadis yang di maksud itu pasti dirinya.
"Jujur saja aku terpesona dengan kecantikan gadis itu, aku terus saja menatapnya, sampai aku tak sadar kalu ternyata gadis itu bisa melihatku. Aku baru tersadar saat ponselmu berbunyi, aku langsung lari agar kau tidak lagi bisa melihatku."
"Lari? bukanya Waktu itu kau menghilang?" Wulan mengerutkan keningnya, mengingat kejadian saat pertama kali bertemu Bayu.
Bayu menggelengkan kepalanya.
"Selama ini aku tidak menghilang Wulan, aku hanya lari, lebih tepatnya melesat secepat kilat, jadi seolah olah seperti menghilang."
"Oh ya Wulan, sampai sekarang aku masih tidak tahu kenapa kau bisa melihatku, padahal orang lain tidak bisa, kecuali aku memakai cincin ini." Bayu menunjukan cincin di jari tengahnya." Apa kau memang bisa melihat mahkluk seperti ku?"
"Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa melihatmu, aku tidak pernah melihat makhluk dari dunia lain. Awalnya aku bahkan tidak percaya kalau mereka itu ada," jelas Wulan, kali ini, nada bicara nya mulai melembut.
"Ayo lanjutkan ceritamu."
"Tentu, selama kau masih mau mendengarnya." Bayu lalu memulai lagi ceritanya.
"Keesokan harinya aku kembali melihatmu, aku senang sekali bisa kembali melihatmu, apa lagi saat kau membalas senyumku, meski sebenarnya heran karena kau bisa melihatku, tapi aku tidak perduli, mungkin karna aku sudah jatuh cinta padamu.
"Aku tahu namamu dari orang orang yang memanggilmu, karna jujur setelah pertama bertemu aku langsung jatuh cinta padamu dan mulai mengikutimu.
"Jadi yang sering memanggilku tanpa wujud itu kamu?" tanya Wulan lagi lagi memotong cerita Bayu.
Bayu mengangguk mengiyakan.
"Di pertemuan kita yang ketiga aku memutuskan untuk mendekatimu, karna aku tidak sanggup jika hanya melihatmu dari jarak jauh, waktu itu aku lupa siapa aku dan siapa kau, aku lupa kalau hanya kau yang bisa melihatku, aku tidak sadar kalau ada yang melihat kita dan menganggapmu aneh karena bicara sendiri." Bayu berhenti sejenak, melirik ke arah Wulan yang masih setia mendengarkan.
"Sejak saat itu aku memutuskan untuk bisa terlihat oleh semua mata, lalu aku meminta tolong pada ibuku, awalnya ibu tidak setuju, namun demi melihat cintaku yang sangat besar akhirnya ibu menyetujuinya, dia memberikan cincin ini." Bayu kembali memperlihatkan cincinp di jarinya.
"Jika cincin ini terlepas maka tidak ada yang bisa melihatku. Ibuku juga heran kenapa kau bisa melihatku, apa mungkin itu pertanda kalau kita di takdirkan untuk bersama. "Bayu menoleh kepada Wulan, Wulan pun demikian, gadis itu menghela nafasnya lalu menghembuskannya perlahan.
"Entahlah," jawabnya singkat.
"Kemarin saat mengganti pakaian selam cincinku terlepas, itulah sebabnya mereka tidak bisa melihatku, dan bodohnya aku tidak menyadari itu. Maafkan aku ya, mereka jadi menganggapmu aneh," ucap Bayu lagi.
"Justru karena kejadian itu aku jadi tahu siapa kau sebenarnya." Suara Wulan kembali terdengar sinis.
"Kenapa kau tidak berterus terang padaku?"
"Karna aku takut kau tidak mau menerimaku," jawab Bayu sambil tertunduk, Ia merasa bersalah kepada Wulan, tapi dia sendiri tidak bisa berbuat apa apa, rasa cintanya yang begitu besar yang membuatnya melakukan itu.
"Aku sudah berusaha menyembunyikan identitasku dan bersikap normal di hadapan mu Wulan, tapi pada akhirnya kau tetap tahu siapa aku." Mendongak menatap laut lepas sambil melempar batu batu kecil di sekitarnya .
"Sekarang aku lega kau sudah mengetahuinya, tapi juga takut kau tidak bisa menerimanya."
Bayu menghadap ke arah Wulan, memegang tangan Wulan lalu menggenggam jemarinya.
"Apa kau tetap bisa menerimaku setelah tahu semuanya.?"
Wulan melepaskan tangannya. "Jadi kau itu sebenarnya apa?"
"Terserah kau mau menyebutku apa, yang jelas aku berasal dari alam bawah laut," jawab Bayu meminta Wulan menyimpulkan sendiri.
"Kalau kau percaya di luar angkasa atau di planet lain itu ada penghuninya, maka di dalam laut pun demikian, selain ikan tentunya." Bayu menarik sudut bibirnya, menciptakan lengkung senyum yang menawan.
Wulan manggut manggut mulai memahami.
"Tunggu dulu, masih ada yang mau ku tanyakan," ucap Wulan seperti baru mengingat sesuatu.
"Apa itu?"
"Ponsel yang waktu itu kau pake untuk menelfon ku itu milik siapa, lalu motor sport yang keren itu juga milik siapa?"
"Ponsel itu entah milik siapa, aku meminjamnya saat pemiliknya sedang tidur." Bayu meringis menahan malu mengingat kejadian itu.
"Maksudmu kau masuk ke rumah orang tanpa permisi?"
"Hehe, iya, tapi orang itu kan tidak melihatku Wulan, jadi dia tidak tahu kalau ada penyusup."
"Lalu nomerku kau tahu dari mana?" Wulan terus saja bertanya, Ia ingin semua rasa penasarannya terjawab hari ini.
"Oh itu, tidak sulit bagiku untuk mencari tahu nomermu."
"Ya benar, kau kan bukan manusia," ketus Wulan dengan senyum sinisnya, membuat Bayu merasa tertohok, meskipun ucapan Wulan benar adanya.
"Sepeda motornya?" Wulan mengulang pertanyaan nya, namun sebelum Bayu sempat menjawabnya, langit yang memang sejak tadi terlihat mendung akhirnya menumpahkan isinya. rintik hujan mulai turun membasahi bumi.
"Hujan, Wulan, nanti kau kedinginan, bisakah kita sambung ceritanya besok?" Bayu beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Wulan namun Wulan mengabaikannya.Ia berdiri tanpa Bantuan Bayu.
"Ya sudah, kita sambung besok lagi, itupun kalau kita masih bisa bertemu." Wulan berlari meninggalkan Bayu, mencari tempat untuk berteduh. Kebetulan di sekitar pantai itu juga terdapat banyak Warung warung kecil yang menyediakan berbagai makanan, minuman dan juga berbagai souvenir. Wulan singgah di salah satu warung yang menjual makanan dan minuman, Bayu pun menyusul Wulan.
"Teh hangatnya satu Bu," ucap Wulan pada ibu penjual.
"Cuma satu.l, Non, apa temannya tidak mau minum?" Si Ibu melihat ke arah Bayu.
"Dia tidak haus Bu," Jawab Wulan sambil menatap Bayu.
"Kalaupun haus saya juga tidak tahu apa minumannya," gumam gumam kecil yang hanya terdengar olehnya sendiri dan juga Bayu sedangkan Bayu hanya tersenyum menanggapinya. Meski kalimat sarkas Wulan cukup menohok tapi pria itu berusaha memakluminya karna saat ini Wulan memang sedang kesal padanya.
"Wulan, setelah mengetahui siapa aku, apa kau takut padaku?" tanya Bayu tetap berusaha mengajak Wulan bicara, meski jawaban ketus kerap di dapatnya.
"Memangnya dengan wajahmu yang seperti itu akan ada yang takut padamu?" Wulan balik bertanya, namun pertanyaannya di rasa Bayu seperti angin segar yang membuatnya kembali tersenyum dan timbul ide untuk menggoda Wulan.
"Memangnya ada apa dengan wajahku, apa aku sangat tampan?"
Wulan membuang mukanya menghindari tatapan Bayu yang menggoda.
"Dalam keadaan seperti inipun kau masih saja berani menggodaku?" ujarnya semakin kesal. dan di tengah kekekesalannya itu pesanannya datang, ibu penjual dengan ramah menyodorkan teh pada Wulan.
"Ini tehnya, Non."
"Terimakasih, Bu?" Wulan langsung menyeruput teh hangatnya di bawah tatapan Bayu yang juga hangat, bahkan mungkin melebihi hangatnya teh yang saat ini sedang Ia minum.
Wulan meletakan gelas yang isinya hanya tinggal separuh.
"Bayu, " ucapnya pelan namun terlihat serius.
"Ya."
"Mulai saat ini, menjauhlah dariku, jangan pernah muncul lagi di hadapanku dan tolong jangan pernah mengikutiku lagi."
"Wulaan ... " Bayu tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar.
"Kita tidak mungkin bersama Bayu, kita berbeda," ucap wulan pelan, suaranya terdengar berat. Sebenarnya dia tidak ingin mengambil keputusan itu, tapi keadaan memaksanya, dia dan Bayu berbeda, Itu yang harus di terimanya sekarang. Bukan berbeda kasta seperti yang sering tertulis dalam novel cinta, tapi perbedaan yang jauh lebih pelik dari pada itu.
Bayu terkesiap mendengar ucapan Wulan.
"Kau tidak serius kan Wulan?" sahutnya setengah tak percaya.
"Apa mungkin aku akan main-main untuk hal seserius ini?" Wulan beranjak dari duduknya, dia menghampiri ibu penjual teh, membayar minumannya lalu kembali ke hadapan Bayu.
"Hujan sudah reda, aku harus pulang." Mengambil tas lalu melangkah pergi, meninggalkan Bayu yang masih terdiam tidak percaya dengan keputusan Wulan, dia bahkan tak mampu mencegah Wulan pergi, hanya mampu menatap dengan tatapan kecewa.
Bersambung..
Jejak yang kalian tinggalkan sangat berarti bagi Author, jadi jangan lupa tinggalin jejaknya ya..😘😘Syukur syukur vote nya. Hehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ranny
apakah cinta antara 2 makhluk berbeda bisa bersatu??? semoga author bisa menyatukan mereka berdua ya 😇
2024-02-16
0
kavena ayunda
sejauh ini baguss
2022-11-17
0
🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕
alam kamu udah beda Bayu
2022-01-27
0