Hari ini selesai bekerja Wulan berniat akan singgah ke butik milik Bibinya, mereka berencana akan pergi belanja sore ini.
Sejak pindah ke kota ini, Bi Fatma memang menyuruh Wulan untuk belerja di butiknya, tapi Wulan menolaknya dan justru lebih memilih bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel di bagian selatan kota ini.
Hotel tempat Wulan bekerja sangat strategis karna letaknya yang tak jauh dari pantai sehingga banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negri yang menyewa tempat penginapan tersebut.
Wulan sudah bersiap siap meninggalkan area parkir hotel dengan sepeda motornya, tapi baru akan melajukan motornya ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk, yang ternyata dari bibinya.
"Wulan maafkan Bibi ya, Bibi sedang di luar kota, ada urusan mendadak, mungkin Bibi agak malam pulangnya. Kamu hati hati di rumah ya nak.."
"Baik Bi, Bibi juga hati hati ya," balas Wulan.
Wulan mematikan motornya. Ia kelihatan berfikir.
"Bagusnya kemana ya ... pulang atau ke ...."
"Hai Lan, belum pulang?" sapa Maya teman kerja Wulan sambil menepuk pundak Wulan membuat Wulan terkejut.
Maya adalah satu satunya teman Wulan di sini. Dia mengenalnya saat baru bekerja di tempat ini. Pribadi Wulan yang tertutup dan cenderung pendiam membuat ia kesulitan untuk berteman.
"Eeh iya nih May, rencana sih mau pulang, tapi malas di rumah sendirian, Bibi sedang ke luar kota," jawab Wulan
"Ooh.." Maya menganguk angukan kepalanya.
"Bagaimana kalau kita ke pantai, kebetulan sore ini aku juga tidak ada kegiatan."
"Pantai..?" Wulan menaikkan alisnya terlihat berfikir.
"Boleh juga, sepertinya seru melihat sunset sambil minum kelapa muda."
"Ok, kita ke pantai sekarang." Maya terlihat bersemangat setelah Wulan menyetujui usulannya.
*****
Pantai XX memang terkenal dengan keindahannya. Pasir putihnya yang berkilauan saat terkena sinar matahari membuat pantai ini seperti di kelilingi ribuan permata yang bertumpuk di tepi pantai. Ombaknya yang terkenal ganas justru menjadi daya tarik tersendiri, juga nyiur yang berjejer di sepanjang pesisir pantai menambah nilai plus untuk pantai ini.
Wulan dan Maya tampak sedang berteduh di bawah nyiur sambil menikmati kelapa muda.
"Masih sepi ya May?" Wulan mencoba membuka obrolan.
"Iya, mungkin karna masih panas, sebentar lagi juga ramai," jawab Maya sambil menyeruput air kelapa mudanya.
"Atau kamu mau berjemur dulu Lan, seperti orang orang itu." Menunjuk ke arah orang orang yang tengah asyik berjemur di bawah terik matahari.
"Hahaha." Wulan hanya tertawa mendengar tawaran sahabatnya itu. Karena tawaran Maya itu dianggapnya sangat konyol. Wulan tidak suka berjemur, apalagi jika harus memakai bikini seperti itu. Satu hal yang tidak akan mungkin dilakukannya.
Semakin sore pantai semakin ramai oleh para pengunjung. Wulan dan Maya sudah terduduk di atas pasir menanti datangnya sunset.
"Lan ayo kita jalan, sejak tadi kita hanya duduk duduk saja." Maya beranjak dari duduk nya.
"Maaf, May. Tapi aku lebih suka duduk duduk sambil melihat laut." Maya menjawab tanpa memandang lawan bicara nya, karna mata nya terus menatap ke arah hamparan laut yang mulai berubah warna karna matahari yang mulai tenggelam.
"Kau jalan jalan sendiri saja ya, aku akan menunggumu disini."
"Ya sudah aku tinggal ya?"
Wulan hanya mengangguk dan Maya pun langsung melangkah tanpa alas kaki, menapaki pasir yang lembut sambil sesekali bermain air yang menggenangi kakinya. Berbaur bersama pengunjung lainnya yang terlihat begitu bahagia menikmati senja di tepian samudra.
Sesaat sebelum lembayung senja berganti pekatnya malam, Maya menghampiri Wulan yang masih setia di tempatnya.
"Ayo pulang, hari sudah hampir gelap."
"Sebantar lagi May, kau pulang lah dulu," jawab Wulan sambil merapikan rambut nya yang berantakan tertiup angin laut.
"Kamu tidak apa apa aku tinggal?" Maya terlihat ragu hendak meninggalkan Wulan.
"Tidak, tenang saja."
"Ya sudah aku pulang dulu ya, jangan terlalu lama di sini nanti ada yang mengganggumu." Ucapan Maya sebenar nya serius tapi justru di anggap bercanda oleh Wulan.
"Iyaa sudah sana." Sambil mengibaskan tangannya menyuruh Maya untuk segera pergi.
Pengunjung yang lain pun satu persatu mulai meninggal kan pantai.
Wulan memperhatikan orang orang yang mulai beranjak dari tepi pantai. Tiba tiba netra nya tertuju pada seseorang yang masih betah bermain air. Ralat ! bukan bermain air tapi hanya diam mematung sambil menatap ke satu titik.
Wulan memperjelas penglihatannya. Dia terkejut saat menyadari kalau orang itu, atau lebih tepat nya pria itu ternyata sedang memperhatikannya, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi ternyata pria itu adalah orang yang sama yang memperhatikannya tempo hari.
Siapa dia, apa dia penjaga pantai ini, kenapa dia selalu menatapku begitu, atau jangan jangan dia punya niat jahat padaku.
Berbagai pertanyaan muncul di benak Wulan.
Pria di depan sana yang mengenakan celana pendek selutut dan memakai baju tanpa lengan dengan separuh kaki nya sampai betis masih berada di dalam air terus memandang Wulan. Namun bedanya kalau kemarin tatapannya datar tanpa ekapresi, kali ini dia nampak tersenyum.
Senyum yang cukup manis yang membuat Wulan spontan menarik ujung bibirnya membalas senyum tersebut.
Satu detik, dua detik, tiga detik, mungkin sampai satu menit atau lebih mereka saling berbalas senyum dari jarak puluhan meter. Namun adegan senyum senyuman itu terhenti karna suara seseorang dari arah belakang Wulan.
"Non."
Wulan spontan menoleh mendengar seseorang menyapanya. Tampak seorang
Bapak tua berjalan ke arahnya.
"Eeh iya pak, Bapak memanggil saya?"
"Iya non ... ini sudah hampir gelap, sebaiknya Non pulang," Si bapak mengambil nafas sejenak.
"Tidak baik anak perempuan seperti Non masih di pantai jam segini, sendirian lagi," lanjut Bapak tua itu lagi.
"Ooh iya Pak, ini saya juga sudah mau pulang, apa Bapak penjaga pantai di sini?" Wulan mencoba menerka.
"Bukan Non,saya cuma tukang bersih bersih suka rela di pantai ini." Si Bapak menunjukan kantong plastik besar yang penuh dengan sampah.
"Ya sudah pak kalau begitu saya permisi pulang," ucap Wulan yang di jawab si Bapak dengan anggukan dan senyuman.
Sebelum melangkah Wulan sempat menoleh ke arah pemuda tadi, tapi nihil, dia sudah tidak ada di sana. Lagi lagi dia menghilang begitu saja.
Sambil berjalan menuju sepeda motornya, Wulan terdengar bergumam gumam kecil.
"Memangnya ada apa dengan pantai ini, kenapa orang orang di sini selalu melarang anak gadis berada di pantai kalau hari sudah mulai gelap. Apa di sini banyak penjahat ya kalau malam?" Wulan bertanya pada dirinya sendiri.
Sebenar nya pantai ini terlihat sangat indah saat malam hari. Pendar cahaya dari lampu lampu pantai yang mengenai permukaan air sangat memukau.Terlebih saat bulan purnama, keindahannya akan semakin berlipat ganda. Namun memang jarang ada aktifitas di sini saat malam. Terkecuali saat akhir pekan, pantai ini akan ramai sampai malam hari.
Bersambung
Jangan lupa Like n komen ya..Salam hangat dari penulis nekad😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
Aku yg gak pernah ke pantai, selain jaraknya jauh jd dlu selalu dilarang oleh alm.bapakku. kalau dulu di sekolah ada acara ke pantai pasti aku gak dibolehin ikut
2024-02-22
0
wamuliati alimin
kok kayak serem ya...🫣
2023-09-27
0
🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕
hantu penasaran yg jatuh cinta sama wulan kali ya😁
2022-01-27
0