Bukan Dia, Tapi Aku (Part 2)

Syifa telah selesai mandi dan ganti pakaian. Semua baju kotornya telah dimasukkan ke dalam kantong kresek. Mungkin ia harus berterima kasih kepada kakak mahasiswi yang telah berbaik hati meminjamkan pakaian padanya. Termasuk sabun dan sampo yang dipakainya. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Ya iyalah, selama dunia

belum kiamat pasti ada orang-orang baik di sekitar kita. Tidak mungkin dalam satu tempat isinya hanya ada orang jahat. Emangnya sarang penyamun?

Syifa mendengus pelan. Keluar dari kamar mandi rumah yang dijadikan base camp para mahasiswa dan mahasiswi kelompok KKN. Ia terkejut saat melihat Nadya tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar mandi.

Nadya menyeringai lebar. Seakan dia sedang mengajak Syifa untuk berdamai. Namun Syifa menanggapinya dingin. Beranjak pergi dari hadapan Nadya.

“Pokoknya elo harus bertanggungjawab kalo nyokap bokap gue marah,” jelas Syifa menenteng kresek pakaian kotornya.

“Bukan gue yang buat elo jadi kotor-kotor begitu,” kilah Nadya membela diri. Berjalan membuntuti.

“Tapi elo kan yang udah ngajak gue ke sini?” Syifa memutar tubuhnya sejenak menghentikan langkahnya.

Kontan Nadya ikut menghentikan langkahnya secara otomatis.

“Iya sih,” gumam Nadya. “tapi, kalo masalah elo beramtem sama mereka, bukan gara-gara gue. Itu kesalahan elo sendiri yang mau terpancing sama omongan mereka.”

“Jadi elo mau cuci tangan?”

“Gue kan belum makan, ngapain cuci tanga?”

“Itu cuma ungkapan doang, Nadya,” sahut Syifa cepat.

“Oh. Enggak gitu juga, Pa.”

Syifa melipat kedua tangannya di depan dada. Mendengus keras. Sorot matanya tajam. Berhasil membuat Nadya tertunduk takut.

“Kenapa sih, elo enggak ngertiin gue? Padahal gue udah banyak nolongin elo. Salah satunya gue mau gantiin posisi lo sewaktu kencan buta kemarin,” suara Nadya terdengar lirih. Bibirnya terlihat mencebik.

“Ohhh. Elo minta gue balas budi karena kebaikan lo sama gue, gitu?” Syifa maju satu langkah ke depan.

“Bukan begitu maksud gue,” kilahnya cepat mendongakkan wajah.

“Terus apa?”

“Gue cuma kepingin elo bantuin gue gitu doang kok, enggak lebih.”

“Bantu?” Syifa mengerutkan dahi. “Bantu apa?”

“Itu,” Nadya tersipu malu. “Gue mau elo bantuin gue pdkt sama Bang Zikra.” Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu sendiri.

“Apa? Jadi elo mau merebut calon suami gue juga?” Syifa mendelik tajam.

“Bukan-bukan,” jawab Nadya cepat sembari mengibaskan kedua tangannya.

Ya ampun. Kenapa gue lupa? Calon suaminya si Cipa namanya Zikra juga, kan?

“Ehemm!” terdengar suara orang berdehem cukup keras.

Sontak Syifa dan Nadya terkejut. Mereka menoleh ke sumber suara. Seorang pemuda bernama Zikra muncul di hadapan mereka. Tanpa basa-basi dia mengintruksikan Syifa datang ke ruang pertemuan, untuk membahas masalah pertengkarannya dengan Tasya. Syifa pun langsung mengiyakan.

Langkah kaki Syifa melambat ketika baru memasuki ruangan. Rasa gugup yang teramat mendadak menderanya. Matanya menyisir setiap sudut ruangan. Mayoritas orang-orang yang hadir berjas almamater. Hanya dirinya, Nadya, Pak tani, dan dosen pamong yang tidak menggunakannya. Ditemani Nadya, gadis berambut panjang itu memasuki ruang.

Hehhh! Kenapa gue jadi mirip terdakwa begini?

Syifa menelan ludahnya hingga membasahi kerongkongannya yang kering.

Pertemuan itu dipimpin oleh dosen pamong. Kemudian Tasya dan Syifa diberi kesempatan melakukan pembelaan atas diri masing-masing. Termasuk menceritakan kronologi peristiwa menurut persepsi masing-masing.

Suasana di ruang pertemuan sangat serius dan sedikit menegangkan. Sesekali rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi yang hanya jadi penonton terdengar bersorak. Ada pula yang berkomentar di belakang dengan suara bisikan namun dapat terdengar jelas oleh orang lain. Tasya mendapat kesempatan berbicara terlebih dahulu. Hampir semua ucapannya menyudutkan Syifa.

Syifa beberapa kali menyela dan menyanggah ucapan mahasiswi tingkat akhir itu. Namun semuanya dapat dipatahkan. Alasannya ia adalah orang luar yang seharusnya tidak masuk ke dalam area mereka.

Tibalah Syifa mendapat giliran berbicara. Tapi ia nyaris kehilangan kata-kata untuk membela diri. Ia hanya bisa berkata jujur. Entah mereka bisa terima atau tidak tentang kejujurannya. Ia tidak bisa mempresiksinya.

“Sebelumnya, saya mohon maaf terutama kepada kakak Tasya, karena mungkin saya sudah menyakiti secara fisik atau …”

“Gue enggak maafin,” sela Tasya cepat.

“Huuuu …” seru para mahasiswa dan mahasiswi yang duduk di kursi penonton kompak.

“Tenang, tenang, tenang anak-anak!” titah dosen pamong menenangkan.

Mereka pun tenang.

“Tasya, beri kesempatan adik ini berbicara, tolong agar tidak menyela,” pinta dosen pamong. “silahkan adik lanjutkan.”

“Terima kasih pak.”

Keringat dingin membasahi keningnya. Degup jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Rasa gugup yang tidak berkesudahan sulit dikendalikannya. Ia menarik nafas perlahan, lalu dihembuskan pelan-pelan.

“Saya mohon maaf kepada Bapak Dosen dan kakak-kakak mahasiswa, karena kedatangan saya dan teman saya sudah mengganggu ketenangan kalian semua.” suara Syifa terdengar pelan namun jelas didengar.

Tasya membuang muka.

“Saya juga minta maaf kepada Bapak pemilik sawah, udah merusak sawah Bapak. Saya mengakui kalo saya salah.” Syifa terdiam. Wajahnya tertunduk dalam. Getar suaranya semakin lama semakin jelas terdengar.

Nadya ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Syifa saat ini. Tetapi dia tidak bisa menolongnya dalam hal ini. Jika seandainya masalah yang dihadapi Syifa hal lain mungkin dia bisa berdiri di barisan paling depan. Seperti ketika Angga memutuskan hubungan secara sepihak dengan Syifa. Dia yang menghajar Angga sampai babak belur. Dia pun mau menjadi pengganti Syifa saat kencan buta. Meskipun pada akhirnya dia maupun Syifa belum tahu siapa sebenarnya pemuda itu.

“Jujur Pak, saya enggak tahu bakalan seperti ini. Saya pun enggak tahu teman saya bakalan ngajak saya ke sini,” Syifa menunjuk Nadya.

Nadya terkejut, menyadarkannya dari lamunan. Bonang menatap adiknya sinis. Nadya menundukkan kepalanya.

“Saya enggak punya niat atau rencana mau berantem sama kak Tasya, Pak.” suara Syifa bergetar. Bulir-bulir bening meluncur dari pelupuk matanya yang indah.

“Lalu mengapa kalian bisa sampai merusak sawah Pak tani ini?” selidik dosen pamong menunjuk Pak tani yang duduk di sebelah kirinya.

Syifa menoleh ke arah Tasya yang sedang mendelik memelototinya.

“Itu karena Kak Tasya yang mendorong saya, Pak.”

“Bohong, Pak!” sanggah Tasya cepat. “dia yang dorong saya duluan, Pak.”

“Itu enggak benar, Pak. Kak Tasya yang mendorong saya duluan bersama kedua temannya.”

Syifa dan Tasya sibuk memberi statemen pembenaran sebagai pembelaan diri masing-masing. Sedangkan para mahasiswa yang lain ikut sibuk menyoraki mereka. Hingga suasana di ruang pertemuan menjadi sangat gaduh.

Pak dosen memukul meja agar suasana kembali tenang. Pria berkacamata minus itu menyuruh Syifa menjelaskan dengan detil kronologi peristiwa tadi siang.

Syifa pun menceritakan kronologi dari awal kedatangannya bersama Nadya di areal persawahan. Hingga perjumpaannya dengan Tasya dan kedua temannya. Tasya merasa terganggu dengan suara Syifa yang berisik memanggil nama seseorang seperti Tarzan di hutan.

“Kalo boleh Bapak tahu, nama siapa yang kamu panggil? Apa hubungan kamu dengan orang yang kamu panggil?” tanya dosen ingin tahu.

Syifa menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya sibuk memilin ujung bajunya. Ia sangat gugup. Terlebih saat menyadari Zikra sedang menatapnya lekat dengan rona penasaran menunggu jawabannya. Dilihatnya orang-orang yang ada dalam ruangan satu per satu. Tidak ada wajah yang ingin dilihatnya. Ya, dia. Si cupu berkacamata minus

tebal, berambut lepek. Kalo nyengir terlihat gigi ompongnya di bagian depan atas.

“Ayo, jawab saja, tidak perlu takut,” desak pria bertubuh kekar itu.

“Ehhh. Nama Z-Zikra, Pak,” sahut Syifa pelan.

“Siapa? Coba diperjelas lagi.”

Syifa terdiam sejenak. Mengulum bibirnya tegang.

“Zikra. Muhammad Zikra Al Fathir,” ujarnya cepat.

Sontak suasana menjadi riuh rendah. Dosen pamong menatap Zikra heran.

“Dan dia … calon suami saya.”

Kontan mereka berteriak histeris. Terutama para mahasiswi. Sepertinya mereka patah hati berjamaah.

Zikra menghela nafas panjang seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

Dosen pamong meminta penjelasan pada zikra.

Syifa kembali menyisir setiap sudut ruangan. Mendadak matanya berbinar setelah melihat pemuda yang sedari tadi dicarinya muncul di antara para mahasiswa di bangku belakang. Ia beranjak berdiri. Dengan lantang ia memanggil nama Zikra seraya melambaikan tangan ke arahnya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan terkejut. Tak terkecuali pemuda itu. Dia terlihat bingung. Dia sangat risih ditatap oleh banyak orang. Tanpa berkata apa pun dia memilih pergi meninggalkan keramaian.

Syifa mengerutkan dahi melihat pemuda yang dianggapnya calon suami pergi begitu saja.

 

 

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Christy Oeki

Christy Oeki

sehat selalu

2022-07-06

0

Risma Dewi Lestari

Risma Dewi Lestari

bikin ngakak sumpah🤣🤣🤣🤣

2020-08-16

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Perjodohan
3 Kencan Buta (Part 1)
4 Kencan Buta (Part 2)
5 Mendadak Biduan
6 Mau Jujur enggak, Ya?
7 Move On
8 Dear My Diary
9 Eh, Ketemu Lagi ...
10 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 1)
11 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 2)
12 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 3)
13 Bukan Siti Nurbaya
14 Zikra
15 Mengembalikan Baju Kak Vindy
16 Uwa Sakit
17 Sebuah Harapan
18 Duka Di Hari Pernikahan
19 Kembali Ke Sekolah (Part 1)
20 Kembali Ke Sekolah (Part 2)
21 Suami
22 Doa Yang (Tak) Terkabul
23 Satu Atap
24 Fitnah
25 Ibu PKK
26 Jadi Mahasiswa
27 Truth Or Dare
28 Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 1)
29 Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 2)
30 Hadiah Istimewa
31 Risau
32 Daftar Misi Cinta
33 Misi Cinta (Part 1)
34 Misi Cinta Ke-1 (Kencan Romantis)
35 Misi Cinta (Part 2)
36 Me Vs Pelakor
37 Cemburu
38 Kado Ulang Tahun
39 Ungkapan Cinta (Part 1)
40 Ungkapan Cinta (Part 2)
41 Ungkapan Cinta (Part 3)
42 Kejutan
43 Patah Hati
44 Serpihan Hati Yang Luka
45 Mengertilah Sayang ...
46 Gara-Gara Aini
47 Jujurlah Padaku ...
48 Jembatan Cinta
49 Aku Ingin Selalu Bersamamu
50 Cinta Kita
51 Isrtiku ...
52 Kubahagia ...
53 Bersamamu
54 Untukmu
55 Aku Ingin Punya Anak
56 Bete
57 Aku Sedih
58 Dia Istriku
59 Harapan
60 Pacar Untuk Nadya
61 Rindu Yang Menggantung
62 Reuni Ala Kita
63 Dimana kamu...
64 Makan Malam (Part 1)
65 Makan Malam (Part 2)
66 Obrolan Malam (Part 1)
67 Obrolan Malam (Part 2)
68 Menjenguk Bapak Mertua
69 Negosiasi
70 Mimpi Buruk
71 Terror
72 Tragedi
73 Duka
74 Hidupku Tanpamu
75 Secercah Cahaya Harapan (Part 1)
76 Secercah Cahaya Harapan (Part 2)
77 Cahaya Hidup Baru
78 Jebakan Batman
79 Akhirnya Aku Menemukanmu...
80 Jangan Takut...
81 Terima Kasih Ambu...
82 Aku Pulang
83 Pertemuan Mengharukan
84 Curhat Author
85 Extra Part 1 - Menyapa Anakku
86 Extra 2 (Last) - Malaikat Kecilku
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Prolog
2
Perjodohan
3
Kencan Buta (Part 1)
4
Kencan Buta (Part 2)
5
Mendadak Biduan
6
Mau Jujur enggak, Ya?
7
Move On
8
Dear My Diary
9
Eh, Ketemu Lagi ...
10
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 1)
11
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 2)
12
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 3)
13
Bukan Siti Nurbaya
14
Zikra
15
Mengembalikan Baju Kak Vindy
16
Uwa Sakit
17
Sebuah Harapan
18
Duka Di Hari Pernikahan
19
Kembali Ke Sekolah (Part 1)
20
Kembali Ke Sekolah (Part 2)
21
Suami
22
Doa Yang (Tak) Terkabul
23
Satu Atap
24
Fitnah
25
Ibu PKK
26
Jadi Mahasiswa
27
Truth Or Dare
28
Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 1)
29
Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 2)
30
Hadiah Istimewa
31
Risau
32
Daftar Misi Cinta
33
Misi Cinta (Part 1)
34
Misi Cinta Ke-1 (Kencan Romantis)
35
Misi Cinta (Part 2)
36
Me Vs Pelakor
37
Cemburu
38
Kado Ulang Tahun
39
Ungkapan Cinta (Part 1)
40
Ungkapan Cinta (Part 2)
41
Ungkapan Cinta (Part 3)
42
Kejutan
43
Patah Hati
44
Serpihan Hati Yang Luka
45
Mengertilah Sayang ...
46
Gara-Gara Aini
47
Jujurlah Padaku ...
48
Jembatan Cinta
49
Aku Ingin Selalu Bersamamu
50
Cinta Kita
51
Isrtiku ...
52
Kubahagia ...
53
Bersamamu
54
Untukmu
55
Aku Ingin Punya Anak
56
Bete
57
Aku Sedih
58
Dia Istriku
59
Harapan
60
Pacar Untuk Nadya
61
Rindu Yang Menggantung
62
Reuni Ala Kita
63
Dimana kamu...
64
Makan Malam (Part 1)
65
Makan Malam (Part 2)
66
Obrolan Malam (Part 1)
67
Obrolan Malam (Part 2)
68
Menjenguk Bapak Mertua
69
Negosiasi
70
Mimpi Buruk
71
Terror
72
Tragedi
73
Duka
74
Hidupku Tanpamu
75
Secercah Cahaya Harapan (Part 1)
76
Secercah Cahaya Harapan (Part 2)
77
Cahaya Hidup Baru
78
Jebakan Batman
79
Akhirnya Aku Menemukanmu...
80
Jangan Takut...
81
Terima Kasih Ambu...
82
Aku Pulang
83
Pertemuan Mengharukan
84
Curhat Author
85
Extra Part 1 - Menyapa Anakku
86
Extra 2 (Last) - Malaikat Kecilku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!