Bukan Dia, Tapi Aku (Part 1)

Syifa sudah berteriak-teriak seperti orang gila. Namun orang yang dipanggilnya seperti tidak punya telinga. Boro-boro mau menyahut, menengoknya saja ogah. Ia mendengus resah.

“Ih, nyebelin banget sih? Mulut gue udah kayak terompetan, masak dia enggak dengar juga?” gumamnya kesal.

“Hei! Berisik!” seru salah satu mahasiswi dingin, tiba-tiba berdiri di hadapan Syifa. Gadis cantik berkulit bersih. Rambutnya terurai panjang. Di samping kanan-kirinya ada mahasiswi lain berdiri mengapitnya layaknya dayang-dayang.  "Siapa kamu?"

Syifa terperanjat kaget. Belum sempat membalas sapaan, ia sudah diberondong banyak pertanyaan.

"Kenapa kamu teriak-teriak menyebut nama Zikra? Udah kayak Tarzan aja. Apa hubunganmu dengan dia?"

"Maaf Kak. Tadi saya cuma mau panggil calon suami saya, Tapi ..."

Ketiga mahasiswi itu tergelak menertawakan jawaban polos Syifa yang terdengar konyol bagi mereka.

"Yakin anak kecil kayak elo gini jadi calon istri Zikra?" selidik seorang mahasiswi yang berdiri di sebelah kanan. “Jangan mimpi deh!”

"Anak kecil, kakak saranin jangan cari penyakit dengan mengaku-ngaku pacar atau calon istri Zikra, deh," timpal mahasiswi yang berdiri di sebelah kiri.

"Kenapa?" tanya Syifa ragu.

Ketiga mahasiswi itu saling beradu pandang. Lalu menyeringai sinis.

Syifa mengerutkan dahi. Pikirannya banyak diliputi pertanyaan tentang ketiga kakak mahasiswi di hadapannya. Mengapa mereka tiba-tiba repot mempertanyakan hubungannya dengan pemuda bernama Zikra? Apakah mereka punya hubungan khusus dengan pemuda cupu itu? Entahlah.

"Oh, jadi kamu belum tahu?" mahasiswi yang berdiri di sebelah kanan bergerak maju ke depan Syifa. Tatapannya sinis dan dingin. Bagai harimau lapar yang siap menerkam mangsanya.

Kontan Syifa bergerak mundur selangkah ke belakang. Mendadak rasa takut muncul menyelimuti hatinya.

*

Nadya tertunduk dalam. Senyumnya yang lebar kini terlihat muram. Kedatangannya ke tempat KKN kakak lelakinya tidak bisa memuluskan jalannya untuk mengenal lebih jauh tentang Zikra. Omelan Abangnya benar-benar memukul telak langkahnya mundur. Betapa tidak, selain ia akan kalah saing dengan kakak mahasiswi yang

sudah jelas-jelas banyak mengejarnya sejak lama. Ia akan kecewa berat karena sudah punya calon istri.

Nadya menangis seraya memajukan bibir bawahnya.

“Diam, jangan nangis. Bikin gue malu aja,” seru Bonang dengan mata mendelik.

Nadya langsung menghentikan tangisnya. Namun tidak merubah bentuk bibirnya yang tidak sedap dipandang.

“Sama siapa elo kemari?” selidik Bonang.

“Sama teman,” sahutnya pelan.

“Mana orangnya? Sedari tadi gue enggak lihat orang lain selain elo.”

Nadya meneloh ke belakang. Dia merasa temannya tadi ada bersamanya. Berdiri tepat di belakangnya. Tetapi Syifa mendadak hilang tanpa jejak. Dia tergagap saat didesak Abangnya untuk menunjukkan temannya, Syifa.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri. Terdengar suara gaduh. Di kejauhan sekelompok mahasiswa dan mahasiswi bersorak di pinggir sawah. Mereka seakan sedang memberi semangat kepada orang yang ada di lahan persawahan yang penuh lumpur.

“Ayo! Ayo! Ayo!” pekik mereka bersahut-sahutan.

Nadya dan Bonang beradu pandang. Tanpa komando mereka berlari mendekati tempat kejadian.

“Tasya! Tasya! Tasya!” pekik sekelompok mahasiswa dan mahasiswi bersahutan.

Mereka memberi semangat untuk seorang mahasiswi yang sedang berjibaku di kubangan lumpur sambil menghajar seorang gadis yang usianya jauh lebih muda darinya.

Gadis itu tidak patah arang. Walaupun usianya masih sangat muda, tubuhnya kurus dan lumaya tinggi mampu menjatuhkan lawannya beberapa kali ke dalam lumpur.

“Ayo! Ayo! Ayo!”

Nadya terbeliak kaget melihat Syifa berada di kubangan lumpur bersama seorang mahasiswi.

“Syifa!”

Sementara seorang petani pemilik sawah marah besar. Setelah mengetahui hasil bajakannya rusak akibat ulah dua gadis yang sedang baku hantam. Sebenarnya pertikaian antara Syifa dan Tasya tidak seekstrem seperti pegulat yang bisa membanting lawan bak membanting bantal kapuk. Mereka hanya perang saling lempar lumpur ke tubuh

lawan.

Bersama dosen pamong dan ketua kelompok, petani berhasil menghentikan pertikaian di antara dua gadis itu.

“Hentikan!” pekik dosen pamong.

Sontak keriuhan yang menghebohkan mendadak hening. Tak pelak kedua gadis yang masih sibuk berjibaku di lumpur, langsung menghentikan aktifitasnya. Serta merta mendongakkan kepala masing-masing.

Tasya terbeliak kaget melihat dosen pamongnya yang tampak geram melihat tingkah polahnya.

Tidak berbeda dengan Syifa. Reflex menghentikan pertikaiannya dengan gadis yang lebih senior darinya.

“Kamu?” Zikra terkejut melihat gadis itu.

Syifa membulatkan matanya menatap pemuda yang juga menatapnya tajam. Ia sangat terkejut bisa bertemu lagi dengannya. Padahal ia sudah sangat yakin tidak akan bertemu dengannya setelah malam itu. Tapi, mengapa malah sekarang bertemu lagi?

Benar kata peribahasa yang mengatakan, ‘Dunia selebar daun kelor’. Kemana pun Syifa melangkah pada akhirnya bertemu jua dengan dia. Pemuda dingin, baik hati, dan ketampanannya tidak diragukan lagi.

“Tasya! Apa yang kamu lakukan di sini? Bikin malu saja.” Todong dosen pamongnya.

Tasya menundukkan kepalanya.

*

Semua mahasiswa dan mahasiswi kelompok KKN telah membubarkan diri. Begitu pula dengan dosen pamong dan petani itu meninggalkan tempat kejadian. Kini tersisa Syifa, Tasya, dan Zikra. Sedangkan Nadya melihat dari kejauhan karena desakan dari Bonang.

“Bersihkan tubuh kalian. Setelah itu kalian datang base camp,” titah Zikra pada dua gadis yang bermandikan lumpur di hadapannya.

Tasya langsung menurut. Lalu melenggang pergi.

Syifa terdiam mematung di tempatnya berdiri. Air matanya mengucur dari pelupuk mata.

Zikra yang hendak beranjak pergi, mengurungkan niatnya karena mendengar isakan gadis muda itu.

“Kenapa? Kamu mau pakai air matamu sebagai senjata ampuh untuk menghindari dari tanggung jawab?” tanya Zikra dingin. "Ingat, air mata kamu enggak bisa merubah keadaan, ya."

Syifa menyeka air matanya dengan tangan yang penuh lumpur.

“Siapa bilang? Gue enggak begitu kok,” kilahnya lirih. Masih mengusap air matanya.

“Lalu, kenapa kamu menangis? Dan masih berada di sini? Udah pergi sana!” suaranya terdengar tegas dan dingin. Menyiratkan kewibawaan.

“Elo itu bodoh atau apa sih? Coba lo pikir, gue datang ke sini aja baru, itu pun diajak sama teman gue yang enggak punya perasaan,” tutur Syifa berlinang air mata.

Maafin gue, Pa. gue udah bikin elo menderita kayak gitu.

“Terus kamu mau apa?”

“Terus … gue enggak tahu mau kemana? Gue juga enggak punya baju ganti,” sahutnya jujur.

“Terus?”

“Sedari tadi elo ngomong terus-terus melulu, udah kayak tukang parkir. Intinya gue enggak tahu apa-apa, titik!” Syifa geram.

Zikra mengangguk-anggukkan kepala. Entah dia mengerti atau tidak. Lalu memutar tubuhnya hendak melangkah

ke depan.

“Dasar aneh! Sama anehnya sama cewek tadi,” gumam Syifa kesal.

“Aneh? Kenapa?” Zikra memutar kepalanya melihat Syifa.

“Ya aneh aja. Udah tahu gue enggak apa-apa, kenapa kakak mahasiswi tadi ngajakin gue ribu? Terus, sok ngaku-ngaku sebagai pacar calon suami gue. Dia bilang gue halu karena kepedean bilang gue calon istrinya ...” Syifa tidak melanjutkan ucapannya.

”Calon istri?” bisik Zikra mengulangi kalimat terakhir Syifa sedikit ragu.

“Terus, apa bedanya sama dia? Cantik-cantik matanya katarak. Atau emang matanya udah buta, mau sama cowok kayak calon suami gue? Sebenarnya gue juga sendiri, ogah sama dia …” Syifa menjeda ucapannya sejenak. “kalo bukan karena udah dijodohin dari kecil … yah, terpaksa deh. Tapi, kok bisa ya dia selingkuh?”

Zikra memutar tunuhnya setelah mendengar penjelasan Syifa. Dahinya mengernyit. Rasa ingin tahu mendadak membuncah di dadanya.

“Siapa calon suami kamu?”

“Zikra. Muhammad Zikra Al Fathir.” Sahutnya mantap.

Zikra terperanjat kaget. Degup jantungnya berdetak sangat kencang. Tatapan matanya sangat lekat pada gadis mungil di depannya.

Mungkinkah itu aku?

 

Bersambung …

Terpopuler

Comments

Christy Oeki

Christy Oeki

ceria selalu

2022-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Perjodohan
3 Kencan Buta (Part 1)
4 Kencan Buta (Part 2)
5 Mendadak Biduan
6 Mau Jujur enggak, Ya?
7 Move On
8 Dear My Diary
9 Eh, Ketemu Lagi ...
10 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 1)
11 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 2)
12 Bukan Dia, Tapi Aku (Part 3)
13 Bukan Siti Nurbaya
14 Zikra
15 Mengembalikan Baju Kak Vindy
16 Uwa Sakit
17 Sebuah Harapan
18 Duka Di Hari Pernikahan
19 Kembali Ke Sekolah (Part 1)
20 Kembali Ke Sekolah (Part 2)
21 Suami
22 Doa Yang (Tak) Terkabul
23 Satu Atap
24 Fitnah
25 Ibu PKK
26 Jadi Mahasiswa
27 Truth Or Dare
28 Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 1)
29 Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 2)
30 Hadiah Istimewa
31 Risau
32 Daftar Misi Cinta
33 Misi Cinta (Part 1)
34 Misi Cinta Ke-1 (Kencan Romantis)
35 Misi Cinta (Part 2)
36 Me Vs Pelakor
37 Cemburu
38 Kado Ulang Tahun
39 Ungkapan Cinta (Part 1)
40 Ungkapan Cinta (Part 2)
41 Ungkapan Cinta (Part 3)
42 Kejutan
43 Patah Hati
44 Serpihan Hati Yang Luka
45 Mengertilah Sayang ...
46 Gara-Gara Aini
47 Jujurlah Padaku ...
48 Jembatan Cinta
49 Aku Ingin Selalu Bersamamu
50 Cinta Kita
51 Isrtiku ...
52 Kubahagia ...
53 Bersamamu
54 Untukmu
55 Aku Ingin Punya Anak
56 Bete
57 Aku Sedih
58 Dia Istriku
59 Harapan
60 Pacar Untuk Nadya
61 Rindu Yang Menggantung
62 Reuni Ala Kita
63 Dimana kamu...
64 Makan Malam (Part 1)
65 Makan Malam (Part 2)
66 Obrolan Malam (Part 1)
67 Obrolan Malam (Part 2)
68 Menjenguk Bapak Mertua
69 Negosiasi
70 Mimpi Buruk
71 Terror
72 Tragedi
73 Duka
74 Hidupku Tanpamu
75 Secercah Cahaya Harapan (Part 1)
76 Secercah Cahaya Harapan (Part 2)
77 Cahaya Hidup Baru
78 Jebakan Batman
79 Akhirnya Aku Menemukanmu...
80 Jangan Takut...
81 Terima Kasih Ambu...
82 Aku Pulang
83 Pertemuan Mengharukan
84 Curhat Author
85 Extra Part 1 - Menyapa Anakku
86 Extra 2 (Last) - Malaikat Kecilku
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Prolog
2
Perjodohan
3
Kencan Buta (Part 1)
4
Kencan Buta (Part 2)
5
Mendadak Biduan
6
Mau Jujur enggak, Ya?
7
Move On
8
Dear My Diary
9
Eh, Ketemu Lagi ...
10
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 1)
11
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 2)
12
Bukan Dia, Tapi Aku (Part 3)
13
Bukan Siti Nurbaya
14
Zikra
15
Mengembalikan Baju Kak Vindy
16
Uwa Sakit
17
Sebuah Harapan
18
Duka Di Hari Pernikahan
19
Kembali Ke Sekolah (Part 1)
20
Kembali Ke Sekolah (Part 2)
21
Suami
22
Doa Yang (Tak) Terkabul
23
Satu Atap
24
Fitnah
25
Ibu PKK
26
Jadi Mahasiswa
27
Truth Or Dare
28
Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 1)
29
Dia Yang Datang Dari Masa Lalu (Part 2)
30
Hadiah Istimewa
31
Risau
32
Daftar Misi Cinta
33
Misi Cinta (Part 1)
34
Misi Cinta Ke-1 (Kencan Romantis)
35
Misi Cinta (Part 2)
36
Me Vs Pelakor
37
Cemburu
38
Kado Ulang Tahun
39
Ungkapan Cinta (Part 1)
40
Ungkapan Cinta (Part 2)
41
Ungkapan Cinta (Part 3)
42
Kejutan
43
Patah Hati
44
Serpihan Hati Yang Luka
45
Mengertilah Sayang ...
46
Gara-Gara Aini
47
Jujurlah Padaku ...
48
Jembatan Cinta
49
Aku Ingin Selalu Bersamamu
50
Cinta Kita
51
Isrtiku ...
52
Kubahagia ...
53
Bersamamu
54
Untukmu
55
Aku Ingin Punya Anak
56
Bete
57
Aku Sedih
58
Dia Istriku
59
Harapan
60
Pacar Untuk Nadya
61
Rindu Yang Menggantung
62
Reuni Ala Kita
63
Dimana kamu...
64
Makan Malam (Part 1)
65
Makan Malam (Part 2)
66
Obrolan Malam (Part 1)
67
Obrolan Malam (Part 2)
68
Menjenguk Bapak Mertua
69
Negosiasi
70
Mimpi Buruk
71
Terror
72
Tragedi
73
Duka
74
Hidupku Tanpamu
75
Secercah Cahaya Harapan (Part 1)
76
Secercah Cahaya Harapan (Part 2)
77
Cahaya Hidup Baru
78
Jebakan Batman
79
Akhirnya Aku Menemukanmu...
80
Jangan Takut...
81
Terima Kasih Ambu...
82
Aku Pulang
83
Pertemuan Mengharukan
84
Curhat Author
85
Extra Part 1 - Menyapa Anakku
86
Extra 2 (Last) - Malaikat Kecilku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!