# FLASHBACK ON BAGIAN 10 #
Akhirnya mama menuruti juga kemauanku untuk membelikan sepeda, sebab pada kenyataannya kak Adrian kini disibukkan dengan les tambahan untuk ujian kelulusan, sama halnya dengan diriku yang sibuk juga dengan belajar sebab mau ujian juga. Tiap hari diri ini harus berangkat sekolah secara terpisah, yaitu aku naik sepeda sementara kakak angkat tetap menaiki motornya.
Dirumahpun kami tak ada waktu untuk bisa saling berhadapan, sebab kesibukkan untuk ujian masing-masing dari kami membuat jarak diantara kami semakin lama semakin jauh. Kadang waktu untuk makan bersamapun tak sempat kami jalankan bersama, karena ketika aku ada kak Adrian sudah berangkat duluan, itupun sebaliknya dengan diriku juga. Walau sedang dirumahpun kami tak ada waktu untuk bertatap muka, sebab kadang kami makanpun harus didalam kamar.
Hari berganti bulanpun telah datang, hingga tanpa terasa kami sudah selesai melakukan ujian kelulusan. Alhamdulillah kamipun telah lulus dengan nilai-nilai yang memuaskan dan kini kami sekeluarga telah datang ke upacara kelulusan kak Adrian.
"Selamat ya, kak!" ujarku memberi ucapan saat upacara kelulusan telah dilangsungkan.
"Makasih, Karin. Selamat juga atas dirimu yang lulus juga," balik jawab kakak angkat.
"Iya, kak."
"Minggir ... minggir, aku ingin bicara pada Adrian," cakap suara kak Yona menyuruhku pergi, dengan cara menyengol bahuku kuat.
Dengan secepatnya aku mundur perlahan-lahan menjauh, saat semua teman-temannya tengah berkerumunan tertawa ria ingin bersama kak Adrian. Dengan hati berat diri ini berusaha menyingkir menjauh juga, namun berkali-kali kepala berusaha menoleh kebelakang dengan harapan kak Adrian akan menghalangiku untuk tak pergi dari hadapannya, tapi pada kenyataannya dia tengah melupakanku sebab asyik bercengkrama ria bersama teman-temannya yang lulus sekolah juga.
"Kenapa kamu Karin?" tanya mama saat melihatku hanya duduk terdiam memperhatikan tingkah kak Adrian bersama temannya.
"Ngak kenapa-napa, ma!" jawabku lemah.
"Kamu sudah ucap selamat pada kakak kamu?" imbuh tanya beliau.
"Iya, sudah tadi."
"Oh ya, ma--?" suaraku tertahan.
"Hei jeng Lidya, gimana kabarnya?" sapa seorang Ibu-ibu pada mama.
"Alhamdulillah, saya baik jeng!" balik sapa mama sambil menjabat tangan dan bercipika-cipiki orang yang menyapanya tadi.
"Heeeeeeeeeh!" hembusan nafasku panjang.
Karena semua orang sibuk pada aktifitas masing-masing, kini aku mencoba menjauh dari kerumunan orang-orang yang tengah sibuk menyambut haru kebahagiaan upacara kelulusan. Kerjaanku hanya menunggu duduk dibangku luar, sambil melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang masuk keluar dari gedung.
Sepi itulah yang sedang datang menghampiri.
Disaat rasa bahagia dan senang sempat melanda.
Beginilah akan rasa seorang diri lagi, tanpa ada orang tersayang mendekati.
Bayangan akan kehancuran kasih sayang telah menghampiri.
Seakan-akan telah menghujam jantung yang sudah ada benih sayang pada semuanya.
Apakah dunia begitu tak adil padaku, saat diri ini begitu membutuhkan mereka?.
Sepilah yang kini kurasakan, yaitu saat orang yang kukasihi semakin lama semakin jauh tak peduli padaku lagi.
Kehampaan begitu terasa saat deburan kasih sayang mulai terasa hilang didalam sanubari perasaan.
******
Tahun demi tahunpun telah berlalu, hingga tanpa terasa akupun sudah tiga tahun menjadi keluarga baru Cokro. Jalanku dan jalan kak Adrian kini semakin hari semakin jauh berbeda, tak sedekat apa yang kami lakukan dulu. Usianya yang semakin matang, entah mengapa kian hari kian menjauhkan kami untuk dekat sebagai kakak adik. Kami satu atap sebumbung tapi sering kali tak bisa bertemu untuk saling bercengkrama seperti dulu, malahan sekarang kami bertegur sapa hanya seperlu saja.
Kegiatan kak Adrian akan kuliah begitu padat sekali, hingga sering kali dia pulang terlambat malam-malam. Rasa sepi akan kasih sayangnya yang dulu sempat hadir dalam diri ini begitu aku rindukan, untuk tetap saling bercengkrama bersama.
Disaat aku tidur nyenyakpun kadang harus terjaga, saat sorot lampu motornya telah terang menyala memasuki ruang parkir dirumah. Mata hanya bisa nyelanang memandangi keindahan dan ketampanan tubuhnya, dari balik gorden jendela yang tersingkap sedikit oleh tanganku.
"Apakah kamu sudah melupakan adekmu ini, kak? Kenapa kian hari engkau semakin jauh dariku? Kenapa engkau tak pernah lagi berbicara lembut padaku lagi? Apakah ini semua adalah kesalahanku akibat diriku yang ceroboh membuat siasat menjauhi kamu? Maafkan aku kak, aku tak ada maksud begini. Aku sangat merindukanmu," gumanku dalam hati menatap tubuhnya yang kini tengah berjalan masuk rumah.
Tanpa terasa bulir-bulir airmata telah menetes membasahi pipi. Kerinduan ini begitu terasa menusuk jantungku, yang seakan-akan diriku telah dikuasai akan rasa kehausan ingin berbicara pada kakak angkat sendiri. Malampun kian larut menjalankan harinya, namun diri ini tak bisa memejamkan mata sama sekali, akibat terbayang-bayang akan kerinduan terhadap kak Adrian. Tanpa terasa ayam berkokok pagipun telah hadir, namun netra masih saja enggan untuk tertidur.
"Haaaaah, kenapa aku ngak bisa tidur? Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah gila tak bisa tidur gara-gara rindu pada kak Adrian? Aaah, betapa sungguh bodoh ... bodohnya diri ini. Akibat rasa aneh atas rindu, aku terus saja tak nyaman untuk segera memejamkan mata," cakap hati yang merasa kesal pada diri sendiri.
Tanpa tidur sama sekali, kini aku disibukkan dengan aktifitas siap-siap untuk kesekolah, walau pada kenyataannya hari tengah nampak masih gelap. Selesai memakai baju seragam sekolah, rasanya sungguh tak tahan ingin berbaring ke kasur saja.
"Karin ... Karin ... bangun ... bangun, ini sudah siang!" cakap seseorang menyuruhku saat terlelap tidur.
"Nanti, ma. Karin masih ngantuk banget ini! Lagian ini masih pagi," jawabku bermalas-malasan dengan mata masih terpejam.
"Ini tuh sudah jam tujuh," ujar seseorang lagi.
"Apa?" cakapku kaget terjingkat bangun, yang langsung berlari untuk mengambil tas.
"Haah ...hhhh, dimanakah kamu tas?" keluhku kesal sebab tak menemukan tas sekolah.
"Ini! Sudah tenang, ini baru jam enam, kok!" ujar seorang laki-laki mencoba memberikan tas.
Wajah mencoba menoleh ke arah kanan, untuk melihat siapakah gerangan yang tengah memberikan benda yang sedang kucari, dan betapa terkejutnya diri ini saat tahu orang yang sedang membangunkan aku tadi.
"Kak Adrian? Kamu?" ucapku terkejut.
"Kenapa? Sudah bangun dari mimpi?" ujarnya tak kumengerti.
"Maksudnya? Kenapa kakak ada disini?" tanyaku sudah heran.
"Hedeeh, ternyata kamu beneran masih di alam mimpi. Lagian tumben-tumbennya sih pagi-pagi masih molor saja, apa ngak takut terlambat sekolah?" tanya kak Adrian yang kini balik heran.
"He ... he ... he. Habisnya tadi malam Karin ngak bisa tidur," jelasku.
"Memang kenapa?" tanyanya penasaran.
"Entahlah, kak. Akhir-akhir ini Karin memang susah sekali untuk tidur saat malam," jelasku.
"Benarkah? Pasti banyak pikiran tentang cowok ini. Patut saja bawah mata kamu sudah ada lingkaran hitam," jelas kak Adrian.
"Ciiih ... haah, cowok apaan. Benarkah hitam?" tanyaku tak percaya yang kini secepatnya berlari ke arah kaca.
Ternyata benar saja apa yang dikatakan kak Adrian, bawah mataku sudah ada lingkaran hitam akibat kurang tidur.
"Percaya 'kan?" ujar tanya kak Adrian.
Tok ... tok ... tok, pintu diketuk.
"Kamu gimana sih, Adrian? Mama nyuruh kamu bangunkan Karin, malah keasyikan ngobrol sama dia," jelas mama menghampiri kami, yang sudah nyelonong masuk ke kamarku.
"Hihihii, maaf ma. Habisnya lama tidak ngobrol sama Karin, ya jadinya rindu saja berbicara sama dia," jawab santai kak Adrian.
"Aah, benarkah apa yang dikatakan kak Adrian barusan? Apakah benar dia rindu juga padaku? Aaah, kami ternyata sehati tapi tak ada yang berani memulainya duluan," guman hati yang kini merasa gembira.
"Ayo Karin, kita turun untuk sarapan!" ucap kak Adrian yang sudah menarik tanganku supaya segera mengikutinya.
"Iya, Karin. Cepetan, bisa-bisa nanti kamu akan terlambat ke sekolah," ujar mama memperingatkan.
"Iya ... ya, ma."
Akhirnya kami bisa berkumpul makan bersama keluarga lagi seperti sedia kala, yaitu saat pertama-tama aku jadi anggota keluarga baru mereka. Rasa haru telah tercampur dalam diriku, saat suasana yang kurindukan akhirnya bisa terkabul bersama-sama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ
mungkin kemarin kemarin semua pada sibuk masing masing karin, makanya tidak ada waktu buat ngumpul dan bercengkerama bersama, nah kan pas senggang bisa di lakukan lagi
2024-11-06
7
❤️⃟Wᵃf🍁Νeͷg Aͷjaᴳ᯳ᷢ🐰❣
kamu yang memulai menjauh kamu pula yang merindu ya karin
2024-04-18
5
❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna
wajar Karin merasakan sesuatu soalnya mereka mana ada ikatan darah. wajar kan
2024-04-16
1