# FLASHBACK ON BAGIAN 3 #
Tak menyangka jika diri ini akan berangkat sekolah menaiki motor berasama kak Adrian, padahal berangan-angan bakalan tak akan kepanasan naik mobil. Rasa canggungku kini telah datang akibat motor yang akan kunaikki sepertinya tak akan nyaman didudukki.
"Ayo Karin, cepat! Nanti kita bisa terlambat kesekolah!" suruh kak Adrian saat aku masih berpikir ragu ingin naik motor dengannya atau tidak.
"Tapi, kak. Itu!" jawabku binggung.
"Apaan? Cepatan naik, ini beneran nanti bisa-bisa kita terlambat," suruhnya tak sabar.
"Heeh ... baik-baiklah, kak!" Kepasrahanku menurut saja.
Baru pertama kalinya diriku dibonceng oleh seorang pria menaiki motor. Rasanya jantung telah bergetar begitu grogi, sebab badan kami begitu dekatnya tak ada jarak diantara kami. Sering kali aku membenahi tubuh agar tetap duduk diposisi yang sama yaitu duduk diujung motor, sebab tak enak badanku ketika mengerem mendadak selalu merosot turun membentur tubuh kak Adrian. Tanganpun dengan sekuat tenaga berpergangan pada besi jok motor, agar tubuh tetap dalam keadaan berposisi yang sama.
Shiiit, motor kak Adrian tiba-tiba berhenti mendadak, hingga akupun kini merasa aneh dan kebingungan, karena berhenti ditengah jalan yang sepertinya belum sampai disekolahan.
"Hadeeeh, kamu ini gimana sih, Karin?" ucap ketus kak Adrian berbicara sambil membuka helmnya.
"Apaan, kak?" tanyaku polos binggung.
"Kamu itu kenapa duduk dimotor berada diujung sekali? 'Kan nanti bisa jatuh," keluhnya tak senang.
"Sini kamu!" suruh kak Adrian kini menarik kedua tanganku.
Perlakuannya begitu mengejutkan diriku, saat tanganku telah berhasil ditaruh dipinggang kakak angkatku.
"Tapi ini, kak!" keluhku berbicara pelan.
"Sudah, jangan banyak membantah. Kalau kamu celaka akibat jatuh, bisa-bisa aku nanti yang kena marah mama. Lebih baik sekarang jadi adek yang nurut saja. Pengangan yang kuat, mengerti!" suruh kakak angkatku lagi.
"Iya, kak!" jawabku lemah sebab tak enak hati dan malu.
Angin yang sepoi-sepoi telah menyapu seluruh badanku, hingga rasa hawa dinginpun sampai tembus masuk dalam kulit yang ada dibalik jaket. Tanpa henti aku terus berpengangan kuat dipinggang kak Adrian. Hati kian lama terus saja merancau tak karuan detakkannya. Rasanya senang juga diajak naik motor oleh seorang lelaki, tapi rasa malupun menerpa diri ini akibat tak terbiasa dan baru kali ini. Akhirnya setelah beberapa menit perjalanan, kami sampai juga ditujuan yaitu sekolahan.
Kini banyak sekali para murid yang tengah berjalan memasuki area sekolahan. Sampai didepan pintu gerbang, motor kak Adrian tiba-tiba telah dimatikan.
"Kamu turun disini dulu, sebab ruang kepala sekolah dekat dengan pintu gerbang sekolahan ini, disebelah sana itu. Jadi kamu tunggu disini saja, jangan kemana-mana, Ok! Karena aku mau memakirkan motor dulu," tegas ucap kak Adrian memberitahu.
"Iya kak," jawabku menyetujui.
"Oh ya, bawakan jaket dan tasku sebab ada hal penting yang harus kuurus dulu. Ingat! jangan kemana-mana sampai aku datang kembali," imbuh perintahnya lagi.
"Eeem," jawabku menganggukkan kepala seperti anak kecil yang menurut saja atas perintah orang tuanya.
Entah mengapa semua orang yang melihat kedatangan kak Adrian begitu terpana semua. Mungkinkah dia sudah terkenal dikalangan sekolah ini? Hingga seolah-olah semua orang begitu menghormatinya, apalagi para siswi perempuan yang tertawa riang melompat ditempat, seakan-akan terhipnotis oleh pesona kak Adrian.
"Pesonamu ternyata tak cukup melelehkan hatiku saja, kak Adrian. Namun ternyata semua cewek disini seakan-akan kagum atas dirimu. Heeh, sayang kamu adalah kakakku, kalau bukan saja sudah kuembat dari pertemuan pertama kita kemarin, hi ... hi ... hi!" Kegilaanku merancau dalam hati membayangkan yang mustahil diantara kami.
Sudah beberapa detik waktu telah berjalan, namun kakak angkatpun belum juga menghampiriku yang tengah berdiri menunggunya. Pintu gerbang sampai-sampai sudah ditutup oleh penjaga sekolah. Rasa kesalpun mulai datang menghampiri, sebab kaki mulai pegal akibat lama berdiri menunggunya.
"Hadeh, kamana sih kak Adrian ini? Kalau tahu lama gini 'kan bisa bilang. Biar aku berangkat sendiri menemui kepala sekolah. Heeeh, mau berangkat sendiri, takut-takut kalau kak Adrian marah juga nanti, sebab aku tadi sudah janji akan menunggunya. Sabar ... sabar Karin, sabar ... sabar, pasti kakakmu itu akan segera datang menemui kamu," guman kekesalanku dalam hati mencoba menenangkan diri sendiri.
Berkali-kali tangan berusaha melihat jam yang terpasang dipergelanggan tangan akibat rasa tak sabar. Mungkin diri ini harus bersiap lebih bersabar lagi, untuk menghadapi tingkah-tingkah kakak angkatku nanti.
"Maaf ... maaf, Karin. Kamu pasti lama nungguin kakak tadi. Aku barusan ada urusan mendadak. Kamu ngak kenapa-napa 'kan disini sendirian?" tanya kak Adrian.
"Iya, kak. Ngak usah terlalu khawatir, aku baik-baik saja, kok!" jawabku berbohong sebab hati sudah sedikit kesal.
"Syukurlah kalau begitu."
"Ayo, mari kuantar ke ruangan kepala sekolah," ajak kak Adrian.
"Heem."
Akhirnya diriku kini telah memasuki ruangan kantor kepala sekolah. Beliau menyambutku dengan ramah, tanpa banyak pertanyaan-pertanyaan yang aneh tentang diriku berasal dari mana.
Setelah mengurusi semua kelengkapan surat memasuki sekolah, kini aku lagi-lagi diantar kakak angkat sampai ke kelas bagian khusus SMP.
"Kak Adrian ngak malu apa, ngantarin aku sampai ke kelas segala?" tanyaku berbasa-basi.
"Kenapa harus malu, dek? Niat kakak 'kan baik sama kamu? Kalau kamu kesasar kemana-mana, yang susah nanti 'kan bakalan aku juga," jawabnya santai saat kami berjalan menuju kelasku.
"Bener juga, sih. Oh ya, kak. Apa kak Adrian nanti ngak kena marah lama-lama menemani aku?" tanyaku sudah merasa heran.
"Ngak bakalan kena marah, sebab aku tadi sudah meminta izin sama guru," ujarnya tersenyum ramah kearahku.
"Ooh."
Langkah kami telah berhenti juga, saat kelas punyakupun sudah didepan mata.
"Kamu baik-baik sekolah. Kakak ngak bisa mengawasi kamu terus. Tapi kalau ada apa-apa langsung panggil saja, sebab kakak akan selalu ada untukmu, mengerti!" ujarnya memberitahu.
"Iya, kak."
"Ya sudah, masuk sana 'gih! Guru sepertinya sudah ada itu, untuk memberikan pelajaran," suruhnya.
"Baik, kak. Bye ... bye!" pamitku melambaikan tangan padanya saat masih berdiri tegak melihatku untuk masuk kelas.
"Bye ... bye, juga. Belajar yang rajin," balasnya melambaikan tangan balik.
Semua ternyata telah berjalan lancar, tanpa ada orang yang mengetahui seluk beluk asalku. Terlihat teman-teman sekolah banyaklah keberuntungan, sebab mereka nampak sekali dari anak orang dari kalangan yang berada alias kaya. Rasanya malu juga ingin bergaul dengan mereka, sebab aku tak biasa bermain dengan anak-anak orang kaya yang selalu saja membicarakan masalah pakaian bagus maupun makanan yang enak. Rasanya diri ini begitu ciut malu tak ada yang bisa aku bicarakan maupun pamer. Hingga sampai jam waktunya pulang sekolahpun diriku hanya bisa duduk dipojokkan menyendiri, tanpa ada satu temanpun yang mendekatiku mengajak berteman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●🧡⃟ʀᴀͫᴋᷰʜͫᴀᷰ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
wah pasti banyak yang naksir andrian ini
2024-11-28
3
🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥
sabar baru awal
semoga kedepan nya karin punya teman baik
dan bermain bersama
2024-11-27
4
🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥
embat aja karin
engga sedarah ini
bisa lah buat pacar hehe
2024-11-27
3