# FLASHBACK ON BAGIAN 11 #
Kasih sayangku pada kakak angkat tak luput untuk terus saja bersemayam dalam hatiku. Namun aku tak bisa menyayangi melebihi seorang kekasih, sebab dia kini benar-benar sebagai penopang hidup siap untuk menjaga dan melindungiku.
"Gimana dengan sekolah kamu, Karin?" tanya kak Adrian saat aku tengah duduk melamun diayunan taman rumah.
"Alhamdulillah, baik seperti biasanya, kak!" jawabku santai.
"Oh ya, kak. Bolehkah aku bertanya padamu? Sebab ada yang menganjal dihatiku dari dulu sampai sekarang ini," cakapku pelan dengan penuh keraguan.
"Memang ada apa sih, dek? Kayaknya serius amat pertanyaannya?" Kekepoan kak Adrian bertanya.
"Ini tentang kak Yona. Emm, benarkah kak Adrian itu pacar kak Yona?" tanyaku lirih sambil menatap tajam ke arah wajahnya.
"Hahahahah, apa sih yang kamu bicarakan? Mana ada sih kakak jadian sama dia, yang ada kami itu hanya sebatas teman saja," jawab kak Adrian tertawa puas.
"Ooh, benarkah? Tapi kayaknya kak Yona kelihatan benar-benar pacar kamu, yang terlihat dari cara kalian yang terus menerus selalu bersama," ucapku menebak.
"Beneran ngak ada, Karin. Kakak dekat sama dia sebagai sahabat saja. Kalau dia sih kelihatan banget kayak ngejar-ngejar kakak, tapi aku tak mau jadi pacarnya, sebab tak suka sama sifatnya yang judes, sombong, angkuh dan terlebih lagi suka mematahkan omongan orang yang diajak sebagai lawan bicaranya," jelas kak Adrian.
"Benarkah? Aah, itu tak mungkin kakak tidak ada hati sama kak Yona, sedangkan dia itu cantik dan kaya," cakapku meledeknya.
"Kamu kok ngak percaya, sih! Lebih baik kakak itu dapat cewek yang sopan, lemah lembut dan suka sama orang yang selalu baik sama teman. Pastinya sih lebih mirip-mirip kayak kamu, gitu!" jelas kak Adrian hingga membuat wajahku tersipu malu atas pujiannya.
"Ahaay, apakah aku terlalu percaya diri dan berbunga-bunga atas ucapannya barusan?" guman hati yang gembira.
"Kakak terlalu lebay memujiku, hingga akupun sudah besar kepala, nih!" tuturku mengodanya.
"Benarkah? Mana ... mana?" cakap kak Adrian kini meraih kepalaku untuk melihat apa yang aku katakan barusan.
"Aaah, kak Adrian. Sakit tahu!" keluhku saat kuatnya kakak angkat menarik kepala.
"He ... he ... he, maaf ... maaf! Habisnya penasaran sama kepala besar itu gimana?" jawabnya yang berusaha melucu.
"Ini nih yang besar!" tunjukku sambil mengepalkan tangan siap meninju.
"Sadis amat jadi cewek," keluh kak Adrian.
"Jadi cewek harus sadis jika ada yang mau berbuat usil sama perempuan," jawabku tak mau kalah.
"Hihiiihi, aku pengen tahu sesadis apa kamu sekarang. Rasakan ini!" ujar kak Adrian yang kini menyerangku dengan cara mengelitik perut.
"Ha ... ha, hentikan ... hentikan ... ha ... geli, kak!" pintaku tak tahan.
"Tak ada ampun bagimu, ha ... ha!" Rasa puas kak Adrian mengerjaiku.
Hari ini hari bersejarah saat kakak angkat kembali akrab membawa senyuman untukku lagi. Orangnya yang supel dan baik hati membuatku tak jemu-jemu untuk selalu mencuri-curi memandangnya. Namanya juga manusiawi seorang perempuan jika melihat yang tampan akan selalu luluh klepek-klepek, namun ini adalah sebagai saudara dengan terpaksa harus mengurungkan niat untuk jatuh hati padanya.
*******
Makan malam bersama keluargapun kian hari kian akrab terjadi lagi. Pekerjaan papa Cokro yang selalu sibuk kini mulai berkurang, yang mana beliau selalu menyempatkan waktu untuk makan bersama keluarga. Sedangkan kak Adrianpun tak ada aktifitas yang padat pada kuliahnya, hingga diapun kini selalu ikut kumpul-kumpul bersama keluarga lagi.
"Oh ya Karin, Adrian. Papa sama mama nanti akan ke Singapura untuk beberapa minggu ke depan, untuk melakukan perjalanan bisnis sama perusahaan lain. Jadi kalian ngak pa-pa 'kan ditinggal berdua dirumah?" tanya papa Cokro saat kami sedang makan malam.
"Itu harus 'kah, pa?" tanya kak Adrian.
"Iya, sayang. Mama harus menemani papa disana untuk menjalankan bisnis keluarga kita. 'Kan kasihan kalau papa sendirian disana berminggu-minggu, nanti tak ada yang ngurusin, jadi kamu jaga baik-baik adek kamu Karin ini," jelas mama Lidya sambil memberi amanah pada kak Adrian.
"Iya, ma. Tanpa mama suruhpun Adrian pasti akan menjaga Karin. Memang mama sama papa berapa lama disana?" imbuh tanya kak Adrian.
"Ngak lama, kok. Paling-paling hanya tiga mingguan saja. Oh ya Karin, untuk kamu belajar yang pinter dan nurut sama kakak kamu. Kalau ada apa-apa cepat hubungi mama, biar kalau kakak kamu nakal uang jajannya akan langsung mama potong," ancam mama memberitahu.
"Siip, ma!" jawabku memberi acungan jempol.
"Hiiiliih, sekarang kamu sering betul bersengkokol sama mama untuk memperburuk keadaanku, dek. Dasar tak punya hati," keluh kak Adrian tak suka atas sikapku.
"Ngak pa-pa kali, 'kan ngak dosa, wlueeek! Lagian kalau memang ada salah, ya harus membayar hukumannya," pungkiranku membenarkan kata mama.
"Bagus, Karin!" cakap mama kini gantian memberikan acungan jempol.
Wajah kak Adrian kini sudah melotot ke arahku seperti marah, dengan mimik mulut mengoceh seperti ngedumel tak senang. Aku hanya bisa memberikan senyuman kecut, yang membalas penuh penghinaan padanya.
"Dasar kamu, dek. Akan kubalas nanti berserta mama juga," ancam kak Adrian sebab tak terima.
"Silahkan, kalau kamu ingin kupotong uang sakunya segera," balas ucapan mama tak takut.
"Lihat pa ... lihat! Semua orang disini selalu menyisihkan Adrian, mereka benar-benar tak sayang padaku lagi," cakap kak Adrian dengan memasang wajah cemberut penuh kemanjaan.
"Mereka tak sayang padamu papa 'kan ada, yang pastinya akan selalu menyayangi semuanya," jawab papa Cokro santai.
"Wah ... wah, memang papa yang terbaik bukan kayak seperti mama. Makasih, pa!" tutur kak Adrian menyinggung.
"Iya, nak. Sama-sama!" jawab papa Cokro ramah.
"Ciih, dasar anak manja!" hina mama tak suka.
"Biarin," ketus balik jawab kak Adrian.
Inilah keluarga kecilku yang selalu saja bahagia bila bersama, walau kadang harus diiringi oleh candaan-candaan yang bisa menyinggung perasaan masing-masing dari kami. Tapi untungnya candaan itu tak selalu dimasukkan dalam hati, malah sebagai hiburan atas berkumpul kami sekeluarga.
********
Waktu untuk berpisah dengan mama dan papa Cokropun telah tiba. Rasanya sungguh tak rela sekali ditinggal mereka, yang padahal cuma sebentar saja.
"Kamu beneran jaga adek kamu, Adrian! Mama benar-benar mengamanatkan untuk kamu supaya menjaganya dengan baik-baik. Awas kalau sampai terjadi apa-apa sama Karin, pasti mama tak akan memaafkan kamu," tutur mama lembut sambil mengancam.
"Iya ... ya, ma. Adrian pasti ingat kok kata-kata mama itu. Jangan khawatir, Adrian pasti bisa menjaga Karin dengan baik," jawab santai kak Adrian saat kami sedang mengantar beliau ke bandara.
"Kamu juga, Karin. Harus nurut sama kakak dan jangan pergi ke mana-mana tanpa seizinnya," perintah beliau lagi memberi nasehat.
"Iya, ma!" jawabku sambil mencium tangan punggung beliau.
"Kalau begitu, bye ... bye ... bye. Kalian hati-hati dirumah," ujar mama pamit.
"Iya, ma. Bye ... bye juga!" jawab kami kompak.
"Mama sama papa berangkat dulu, kalian hati-hati dirumah," Pesan ucap papa.
"Iya, pa!" jawab kami kompak lagi.
Saat kedua orang tua angkat telah menyeret koper, yang hanya terlihat belakang punggung mereka yang kian jauh kian hilang dari pandangan kami, rasanya hati begitu sedih sekali yang seakan-akan duniaku akan dimulai dengan rasa kesunyian.
"Ayo Karin kita pulang!" ajak kak Andrian.
"Iya kak," jawabku lemah sambil wajah menoleh kebelakang yang masih tak rela jika orangtua angkat telah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🍁Νeͷg Aͷjaᴳ᯳ᷢ🐰❣
wah semoga pas ditinggal orang tua Karin SM Adrian ga ada sesuatu ya/Facepalm/
2024-04-18
4
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
jangan jangan bakalan terjadi sesuatu sama Adrian karin hemmmm🤭🤭
2024-03-07
7
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
apa yang kan terjadi secara papa mama Adrian akan lama pergi untuk urusan bisnis ,Karin dan Adrian dirumah sendirian
2024-01-11
6