# Flashback on bagian 4 #
Hari ini adalah hari dimana aku memasuki sekolah dihari kedua, dengan posisi yang sama yaitu kak Adrian membawaku ke sekolah dengan menggunakan motornya.
"Oh ya, Karin. Nanti siang kita akan makan bereng saja, jangan kayak kemarin kamu kelaparan akibat tak tahu tempat kantinnya," suruh kak Adrian memberitahu.
"Iya, kak. Habisnya aku kemarin mau makan lagi tak memegang uang, mau kasih kabar smaa kakak tak punya hanndphone," jelasku.
"Tapi sekarang dua-duanya punya 'kan?" tanya kak Adrian.
"Iya kak. Mama tadi malam memberikan aku handphone baru," cakapku memberitahu.
"Baguslah. Jadi aku tidak akan susah-susah menghampiri kamu, sebab nanti bisa memberitahu kamu lewat handphone saja," ujar kak Adrian.
"Heem."
"Ya sudah, kakak akan pergi ke kelas dulu. Kamu belajar yang pintar dan rajin, serta jangan lupa apa yang aku katakan tadi," cakap kak Adrian sebelum benar-benar pergi, yang sudah mengantarku sampai ke depan kelas.
"Siip 'lah, kak. Karin tak akan pernah lupa atas semua janji," jawabku tersenyum sumringah.
Kerjaanku sekarang hanya bisa bermalas-malasan saat guru sedang menerangkan pelajaran Matematika. Pelajaran ini aku sukai, tapi kalau sudah kebanyakan rumus yang tak kumengerti rasanya sudah membosankan, sebab kepala mulai pusing saat mencerna apa yang sedang diajarkan.
Kriing ... kring, suara bunyi bel telah bersuara nyaring, tanda bahwa jam istirahat makan siang telah mulai. Kelihatan semua para siswa sudah berlari berhamburan keluar, yang kemungkinan sudah tak tahan lagi akibat kelaparan yang sama sepertiku yang sekarang ini.
Dert ... dert, gawaipun telah bergetar yang mana sudah tertera nama kak Adrian sedang mengirimkan pesan padaku, bahwa sekarang waktunya dia akan mengajak makan siang.
[Cepetan ke kantin, aku sudah nunggu disini]
[Ok, kak. Aku akan segera kesana]
Balasku telah menyetujui atas isi pesan itu. Langkah kini telah tergesa-gesa berjalan, sebab takut jika telat nanti kak Adrian pasti akan mengomel.
"Hai kak," sapaku pada kak Adrian yang sedang duduk bersama temannya.
"Hai juga, Karin. Duduk ... duduk, sini!" suruh kak Adrian menepuk bangku tempat duduk supaya diri ini mau menempatinya.
"Iya kak, makasih."
"Oh ya, mau pesan makanan apa? Biar kakak ambilkan," ucap ramah kak Adrian.
"Ngak usah, kak. Biar Karin sendiri saja kesana nanti mengambilnya," jawabku tak enak hati.
"Oh, ya sudah."
"Adek? Siapa dia bos?" tanya teman kak Adrian binggung.
"Ooh ... dia? Dia adekku, namanya Karin. Kenalkan Karin, dia temanku namanya Bayu," tutur kak Adrian mencoba mengenalkan temannya padaku.
"Salam kenal kak Bayu," jawabku ramah sambil menyodorkan tangan.
"Salam kenal juga, Karin yang cantik," jawabnya menyambut hangat jabatan tanganku.
"Haaist, anak ini. Cantik ... cantik? Kamu embat adikku leher kamu akan jadi taruhannya," ancam kak Adrian tak suka.
"Wah ... wah, kejam amat sih kamu, bos. Masak baru kenal saja main mau tebas leher orang. Habisnya adek kamu cantik, sih!" Kelucuan jawab kak Bayu.
"Cantik sih cantik, tapi jangan embat adekku juga. Disana noh, masih banyak cewek-cewek yang mau ngantri sama kamu. Dasar playboy cap kabel," ucap kak Adrian ketus.
"Hahahahaah, tahu aja kamu bos. Tapi seneng juga 'kan punya teman yang selalu dikejar-kejar sama cewek," ujar kak bayu penuh percaya diri.
"Ciiiieh, dasar. Playboy saja dibanggain, prestasi belajar noh sudah turun dratis. Lagian ngapain sih banyak-banyak koleksi cewek, apa ngak pusing itu? Ngak takut dosa kamu, akibat nyakiti hati para cewek?" tanya kak Adrian penasaran, sambil mulut sibuk mengunyah makanan.
"Dosa mah belakangan, yang penting sekarang bisa happy-happy dulu saja, gitu!" jawab kak Bayu santai.
Pletak, suara jitakkan dikening telah mendarat.
"Awww ... hhhaaahh, sakit bos!" keluh kak bayu.
"Itu rasanya baru happy akibat sakit, ha ... ha ... ha!" gelak tawa kak Adrian senang, akibat melihat temannya memasang wajah kecut kesakitan.
"Dasar bos tak tahu diuntung, teman sendiri dianiaya," protes kak Bayu.
"Biarin, wuuek. Itu sih belum seberapa sakitnya, Bayu. Hati cewek yang kamu permainkan itu lebih sakit dari pada keningmu itu. Lebih baik tobat sebelum ajal menjemputmu. Oh tuhan, ampunilah temanku Bayu yang telah banyak dosa ini, hilangkan semua dosanya sebelum dia mati, amin ... amin ya robbal alamin," Doa kak Adrian mencoba mengerjai temannya sendiri.
"Haaaiccch, dasar bos s*al*n. Teman sendiri didoakan mati, benar-benar kejam kamu bos. Huaaaah ... hik ... hiks," Kepura-puraan kak Bayu sedih menangis.
"Dasar cowok lebay, masak gitu saja menangis, Nih! Makan yang kenyang, pluuk!" Kekesalan kak Adrian memasukkan lauk potongan telur ke dalam mulut kak Bayu.
Aku hanya bisa tertawa ringan, saat hanya bisa melihat dan menyimak aksi mereka berdua saling bercanda. Entah mengapa rasanya perut yang tadinya kelaparan sekarang terasa kenyang saat bertemu dengan kak Adrian.
"Aaaah, apakah ini yang dinamakan kenyang akibat melihat wajahnya saja. Rasa ingin terus bersama kamu seakan-akan telah menghilangkan rasa dahaga dan perut yang terus saja berbunyi minta diisi tadi. Aah ... aaah ... sial, kenapa aku terlalu berharap sekali pada kak Adrian bersamaku. Apakah kamu lupa Karin? Bahwa Adrian itu sekarang adalah kakak kamu yang resmi. Oh tuhan, hilangkan semua rasa yang terbawa oleh hatiku ini. Sungguh, aku tak mau hati yang sudah menabur rasa terus dilanjutkan, hingga hubungan keluarga diantara kami akan hancur nanti," rancauku dalam hati yang berpikiran picik dan bodoh ingin bersama
kakak angkat.
"Hai Adrian?" sapa seorang perempuan menghampiri kami yang sedang saling duduk bercanda.
Wajah tiba-tiba langsung saja menoleh kearah sumber suara dan ternyata yang memanggil adalah seorang wanita cantik. Kelihatan sekali wanita yang menyapa tadi adalah salah satu siswi daftar terkaya disekolahan, sebab terlihat dari gaya dan cara dia berpakaian.
"Heem, ada apa?" jawab kak Adrian cuek.
"Kamu kok gitu sih, Adrian? Aku kesini datang baik-baik untuk menemui kamu, lho!" jawab perempuan itu sedikit ada rasa kesal.
"Lha terus mau apa? Mau makan bersamaku ya silahkan duduk. Mau menu makanan ya pesan sendiri saja, mudahkan! Begitu saja kok jadi hal yang repot," Lagi-lagi jawab kak Adrian ketus.
"Benarkah aku boleh duduk bersama kamu?" tanya wanita itu penuh kegirangan.
"Heem."
"Yes, boleh. Tepi ... tepi ... tepi, aku mau duduk dekat sama Adrian," ucap perempuan itu mengusirku agar mau mengeser posisi duduk.
"Eeeit ... eiiit, ngapain juga kamu duduk main usir adekku," protes kak Adrian.
"Adek? Siapa? Dia?" tanya wanita itu menunjuk ke arahku.
"Iya, terus siapa lagi? Sudah ... sudah, kamu lebih baik duduk ditempat lain saja. Dekat duduk dengan Bayu 'kan bisa, ngak juga harus mengusir adekku," ucap kak Adrian ketus seperti orang yang sedang kesal.
"Kamu kok gitu sih, Adrian? Berubah banget deh kamu sekarang?" jawab sewot perempuan itu.
"Bukan gitu, Yona. Adekku ini spesial sekali, jadi dengan sepenuh jiwa aku akan melindunginya dari orang-orsng yang tak berperikemanusiaan seperti kamu," jawab gamblang kak Adrian.
"Memang mau kuapakan adekmu ini, 'toh tak kuapa-apain juga. Oh ya, bukankah kamu ini anak tunggal, kok tiba-tiba punya adek gini?" tanya wanita yang bernama Yona dengan rasa penasarannya.
"Uhuuk ... uhuk," Suara batuk kak Adrian yang tiba-tiba tersedak makanan, mungkin kaget atas pertanyaan kak Yona.
"Bener itu, bukannya bos itu ngak punya adek?" saut ucap kak Bayu ikut penasaran juga.
"Saya itu adalah beneran adeknya, tapi bukan kandung alias masih ada ikatan keluarga yang boleh dikatakan sepupu," jawabku menjelaskan.
"Oooohhh," jawab kak Yona dan Bayu secara kompak.
"Sudah ... sudah, kalian ini berisik banget dan ngoceh melulu. Tak enak tahu, akunya mau makan. Ayo Karin, kita pergi dari sini saja," pinta kak Adrian yang kini sudah mencoba menarik tanganku.
"Mau kemana, bos? Makanan masih belum dihabis itu. Jangan tinggalin aku sendirian disini," keluh kak Bayu.
"Aaah, bodoh amat sama kalian. Ayo karin," ajak kak Adrian yang sekarang sudah menarik kuat tanganku untuk segera mengikuti langkahnya.
"Adrian ... Adrian, tunggu. Aku ikut!" teriak kak Yona meminta.
Kak Adrian sudah acuh tak peduli lagi atas permintaan mereka, yang jelas dia kini sudah menarik tanganku dengan kuat. Langkah terus saja berusaha mengimbangi kaki kak Adrian yang berjalan lebar-lebar, yang kini mulai satu-persatu kaki menaiki anak tangga untuk menuju ke arah balkon atap sekolahan.
"Kamu tunggu disini sebentar. Aku akan segera kembali secepatnya," suruh kak Adrian.
"Iya, kak."
Saat kakak angkat telah hilang dari pandangan mata, kini yang bisa kulakukan hanya memandangi pemandangan di jalan raya, yang banyak sekali kendaraan yang telah ramai berlalu lalang.
"Ini ambilah. Pasti kamu lapar sebab tadi tidak jadi makan dikantin," Sodoran sebuah roti dan minuman kaleng yang diberikan kak Adrian.
"Makasih, kak."
"Eeem."
"Oh ya, maafin teman-temanku dikantin tadi, ya. Biasalah, mereka itu memang suka kepo dan usil," ucap kak Adrian yang kini ikut mendampingiku melihat pemandangan jalanan.
"Iya, gak pa-pa kak. Aku paham sekali kok sama mereka. Pasti mereka kepo sebab curiga bahwa kakak yang selama ini selalu sendirian tiba-tiba punya adek sepertiku," jawabku.
"Iya kali. Tapi jangan kamu masukkan ke hati atas pertanyaan mereka, sebab mereka sebenarnya tak ada maksud menyinggung kamu," ujar kak Adrian tak enak hati.
"Iya, kak. Ngak pa-pa, kok. Karin orangnya nyantai ngak ambil pusing atas pertanyaan itu tadi, sebab aku memang tahu diri berasal dari mana," jelasku lirih.
"Kamu jangan katakan itu, Karin. Yang jelas kamu selamanya akan tetap menjadi adek tersayangku sekarang, jadi jangan sampai kamu berkecil hati atas ocehan-ocehan dari orang diluaran sana, mengerti!" cakap kak Adrian serius.
"Makasih kak. Kamu ternyata orang yang baik, tak seperti dugaanku selama ini. Makasih ya kak Adrian," tuturku lembut.
"Sama-sama, dek."
"Oh ya, kak. Kak Yona itu kelas berapa? Kok seragamnya hari ini beda sama kita?" tanyaku ingin tahu.
"Dia sama sepertiku kelas tiga, tapi beda jurusan sebab dia ambil dibidang karya seni. Seringnya ada aktifitas diluar, membuat Yona sering berganti seragam ketika diluar sekolahan, sebab seragam yang dipakainya sekarang adalah identitas utama sekolahan ini," terang oanjang lebar kak Adrian.
"Ooh, begitu!" cakapku sudah mengerti.
Senyuman ramah kakak angkat terus saja terlontar kepadaku. Kami berdua akhirnya menikmati roti dan minuman kaleng dengan mulut sama-sama terdiam sambil melihat seksama keindahan jalanan.
******
Jam waktu pelajaran sekolahpun telah usai dan kini aku telah berkemas-kemas alat-alat sekolah dengan tergesa-gesa, sebab kak Adrian sudah mengirimkan pesan bahwa dia sedang menungguku ditempat parkiran.
[Iya kak, tunggu disitu. Aku sudah keluar dari ruang kelas, kok. Sebentar lagi akan sampai situ]
Balas pesanku yang kini tengah berlarian kecil-kecil, agar secepatnya sampai ketempat yang kak Adrian pinta.
"Heeeh ... heeh, maaf ... maaf kak, jika kamu menungguku lama," ujarku sudah tersengal-sengal mengambil nafas dalam-dalam akibat kelelahan berlari.
"Gak pa-pa, mungkin aku saja yang kecepatan pulang tadi. Cepat ayo naik!" suruh kak Adrian ramah.
"Adrian tunggu," teriak seseorang.
"Yona? Ada apa?" tanya kak Adrian binggung.
"Anterin aku pulang, ok!" rengek suara manja kak Yona.
"Ngak bisa, Yona. Aku sudah ada Karin yang ingin pulang bersamaku," jawab tolak kak Adrian.
"Apa?" Kekagetan kak Yona.
"Ngak bisa Adrian, anterin aku pulang ya ... ya!" Lagian bukankah adekmu ini sudah besar, pasti dia bisa pulang sendiri," pinta paksa kak Yona penuh manja.
"Ngak bisa Yona, dia adalah adekku jadi Karin sudah jadi tanggung jawabku," jelas kak Adrian.
"Iiiiih, kamu ngeselin!" ucap kak Yona memasang wajah cemberut.
"Ayo Karin, cepat naik. Jika lambat pulang mama ngoceh pulak nanti," suruh kak Adrian.
"Maaf ya kak Yona," ucapku tak enak hati padanya.
Mata kak Yona sudah melotot tajam kearahku, yang kemungkinan sudah merasa kesal atas sikap kak Adrian yang membelaku. Kini aku sudah bertengger duduk dimotor kak Adrian, yang segera melajukan motor untuk meninggalkan kak Yona yang masih memasang wajah cemberut marah tak senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥
wah bahaya ini si yona
nnti yg dijodohkan sama sndrian kan iya
2024-11-28
3
•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ
padahal banyak yg ngga suka kalau tiba giliran pelajaran matematika. suka bikin pusing, harus menguras pikiran dan berusaha keras untuk menemukan hasilnya.
2024-11-06
4
❀⃝✿𝐋il 𝐌σσηℓꪱׁᧁׁhׁׁׅׅ֮֮t✿⃝❀
bakal ada yang jelous tuh/Proud/
2024-08-28
0