# FLASHBACK ON BAGIAN 13 #
Waktu acara yang dinanti-nantipun telah tiba, dengan suasana pesta yang dihadiri oleh teman SMA dan kuliah. Rumah sudah dihias sedemikian rupa begitu cantik dengan tema nuansa serba putih orange. Kami semua tak luput ikut andil dalam menghiasi dan menata rumah Adrian, yang terlihat mewah dengan segundang aneka camilan dan minuman serba mewah.
"Selamat ... selamat, Adrian!" cakap semua teman-teman dari sembari tadi, sambil terus-menerus menjabat tangan Adrian.
"Makasih," jawab Adrian ramah.
"Heeh, kemana ya Karin?" tanya Adrian berekspresi wajah clingak-clinguk sedang mencari adeknya yang si*lan itu.
"Dia ada tadi. Sedang kusuruh bantu teman-teman untuk menyiapkan semuanya," ketus jawabku.
"Hadeh, anak itu kenapa jadi repot sendirian," ucap Adrian.
"Kamu mau kemana, Adrian? Acara akan segera dimulai. Lihat! Teman-teman sudah pada kumpul semua dan dari tadi mereka menunggu acaranya mulai," keluhku sambil mencekal tangan Adrian, saat dia ingin melangkah pergi.
"Benar, Adrian!" sela ucap Bayu.
"Aku mau mencari Karin sebentar saja. 'Kan ngak enak acara dimulai tanpa adekku itu," jelas Adrian.
"Biar Bayu saja yang cari dia, 'kan ngak enak sama teman-teman yang lain. Kamu tuan rumah dan yang punya acara, masak main tinggal-tinggal saja," cegahku berusaha mencuci otak Adrian.
"Benar itu, biar aku saja yang mencarinya," simbatan jawab Bayu.
"Baiklah kalau begitu!" Kepasrahan jawab Adrian.
Setelah munculnya Karin si penghalang, langsung saja acara potong kue dan tiup lilin dimulai. Dari gelagat Adrian kurasa potongan kue ulang tahun yang pertama kali akan diberikan pada Karin, hingga dengan cekatan aku berusaha untuk melakukan pencegahan.
"Uuupsss, maaf ... maaf!" ujarku saat menyenggol tangan Adrian sedang memegang kue.
"Yah, sayang banget. Padahal ingin kuberikan pada Karin," cakap Adrian lesu tak terima.
"Ngak pa-pa, kak. Mungkin itu ditakdirkan bukan akulah yang harus pertama diberi," ujar Karin sok drama.
"Heeeh, iya kali Karin. Nanti akan kupotongkan lagi untukmu," ujar Adrian yang masih baik.
"Iya kak."
"Awas kamu, Karin. Yeees ... yes, akhirnya sokorin. Rasain kamu Karin, yang jelas aku akan menyingkirkan kamu biar tak dekat-dekat dengan Adrian lagi," cakapku dalam hati sedang merasa kesal.
Acara demi acara telah kami jalankan, kini tinggal acara santai dan happy-happy saja bersama semua orang. Karena tak ingin ada yang tahu atas rencanaku untuk menaklukkan Adrian, kini aku menarik tangan Karin supaya mengikuti langkahku ke belakang dapur, agar dia tak jadi penghalang saat aksi mulai kujalankan nanti.
"Sini ... sini kamu!" tarikku kuat mencoba memberi peringatan padanya.
"Jangan kasar-kasar gitu, kak! Sakit ini," keluhnya halus.
"Diam kamu. Sekarang masuklah ke kamar kamu, sebab kami ingin mengadakan acara besar-besaran yang khusus untuk orang dewasa, paham! Cepat sana," bentakku menyuruh.
"Tapi, kak Yona!" jawabnya yang kelihatan menolak.
"Ngak ada tapi-tapian. Cepetan masuk, atau kamu akan kubuat lebih menderita daripada ini!" ancamku yang kini sudah menjambak rambut Karin.
"Aaaa ... sakit, kak. Iya ... iya, aku akan turuti perintah kamu sekarang," jawab Karin yang akhirnya menurut.
"Bagus itu. Dari tadi kek nurutnya, hingga tak payah tangan bersihku ini mengotori kekasaranku pada kamu," ucapku dongkol.
"Ya sudah, cepetan sana!" cakapku menyuruh.
"Iya, kak!" jawabnya pasrah.
Setelah Karin pergi, kini kupanggil teman-teman yang sudah kubayar untuk membantu menjalankan aksiku segera.
"Ingat! Kalian harus menjalankan semuanya sesuai perintahku," cakapku mengulangi perintah pada empat orang teman suruhan.
"Siip, Yona. Ini mah hanya masalah kecil buat kami," jawab semua orang mengerti atas perintahku.
Kardus berisi beberapa minuman yang menjadi andil dalam siasatku, kini tengah ditaruh tepat dimeja tengah agar semua orang tahu. Teman-teman yang lain sudah pulang semua, yang kini tinggal 'lah ada sekitaran sepuluh teman yang tersisa yaitu teman dekat Adrian. Perempuan hanya ada aku dan temanku saja, yang lainnya adalah antek-antek teman cowok Adrian.
"Ini apaan Yona?" tanya Bayu heran.
"Buka saja," jawabku santai.
Dengan cekatan Adrian sudah membuka apa yang ada dikardus, yang kini terlihat ekspresi semua orang terkejut atas apa yang barusan kuberikan.
"Kamu jangan gila, Yona!" keluh Adrian.
"Aku ngak gila, Adrian. Kita sudah dewasa, kenapa kita ngak coba minuman berakh*h*l ini untuk menambah suasana pesta agar tambah meriah," jawabku santai.
"Enggak ... enggak bisa. Aku tak mau kalian nanti akan kena masalah atas minuman ini," ucap Adrian kekuh tak setuju.
"Ayolah bos. Cuma kali ini saja kita mencobanya, lagian disini kita mau happy-happy memeriahkan acara kamu. Dirumah ini tak ada siapa-siapa yang bisa memergokki kita, jadi santai saja bos ya ... ya," bujuk teman Adrian yang sudah kubayar.
"Tapi---?" Keraguan Adrian menjawab.
"Kita coba icip dulu, siapa tahu enak. Sekali-kali saja mau coba, bos!" cakap Bayu mendukung.
"Benar ... benar itu, bos!" jawab yang lain setuju.
Saat teman-teman yang lain setuju untuk mencoba meminumnya, Adrian kini hanya terdiam pasrah dengan mimik muka terlihat ngeri mengkerutkan kening, yaitu saat semua orang mulai mencicipi. Suara lagu remixpun tak luput mengiringi kegilaan kami, atas mencoba hal meminum minuman baru. Mata mengerjap sebelah untuk mencoba menyuruh teman agar segera merayu Adrian ikut minum juga, sebab sekarang hanya dialah yang tak mau memegang botol minuman haram ini.
"Ayolah, Adrian. Kamu adalah bos kami, masak kamu tak mau ikut mengajari kami untuk minum," keluh orang suruhanku yang kelihatan sudah mulai sempoyongan.
"Iya, Adrian. Ayo coba minum ini! Enak beneran nih," sautku berkata saat kepala mulai pusing melayang-layang.
"Heeh, baiklah. Tapi sedikit saja, ok!" jawab Adrian setuju.
Tangan Adrian dengan ragunya kini mulai mengambil satu botol untuk dia coba minum, berkali-kali aksi telah mengendus bau minuman membuat wajahnya berkerut seperti tak mau. Glek ... glek, suara leher Adrian berhasil meneguk apa yang kami minta.
"Uhuuk ... uhuuuk," batuk Adrian tersedak yang merasa tak siap menerima minuman.
"Ha ... ha ... ha, lagi ... lagi bos. Bagus ... bagus," sorak semua teman yang tengah mulai teler, dengan badan dan kepala terus saja mengeleng-geleng mengikuti irama musik.
Semua orang mulai sempoyongan berjalan termasuk diriku, bahkan ada yang sudah terkapar tak kuat hingga tertidur dilantai dan sofa. Kini aksi rencana keduapun sudah siap untuk segera kujalankan, dengan menyuruh teman bayaran untuk memasukkan obat yang nantinya bisa memiliki Adrian selamanya.
"Seses ... suai arahan perintahku, kamu harus buat Andrian meminumnya sampai habis," perintahku memberitahu dengan nada sudah mabuk.
"Sii ... ip, Yona!" jawab teman yang sudah teler juga.
Pilpun sudah kucampurkan digelas berisikan minuman jus dan sesuai perintah kini teman mencoba mendekati Adrian, yang masih sibuk terus meneguk benda botol hijau itu.
"Adrian, nih minuman biar kamu tetap ok ngak terkapar," bujuk teman yang kubayar.
"Ap ... a'an nih?" tanya Adrian yang mulai antara sadar dan tidak sadar.
"Minumlah saja, pokoknya bagus untukmu!" paksa temanku.
"Hmm, baiklah."
"Yes ... yes, akhirnya Adrian. Lihat! Kamu sebentar lagi akan kumiliki selamanya, tanpa ada orang lain yang akan menghalangi cinta kita," guman hati merasa gembira akibat telah berhasil memberikan obat perangsang pada Adrian.
Tanpa ada rasa curiga maupun penolakan, Adrian terlihat meneguk tandas semuanya tanpa ada sisa seperti orang tengah kehausan. Detik demi detik telah berlalu, hingga rencana point ke tiga siap kujalankan. Semua orang sudah nampak terkapar tak berdaya, yang hanya menyisakan aku dan Adrian dalam keadaan masih setengah sadar.
"Ayo Adrian, iiik ... uut aku!" suruhku saat ingin berusaha mengajak Adrian.
"Ki ... taa mau kem ... ana, Yona! Hah ... haah, rasanya kok hawanya jadi aneh, panas gini? " cakap Adrian begitu telernya sambil mengipas-ngipas menggunakan tangan.
"Benarkah? Ayo kita ke kamar saja, biar kamu tak kepanasan sebab ada ac disana!" alasanku membujuk.
"Heeh, benar-benar Yona. Kamu memang pintar, hahahahah! Bagus ... bagus" gelak tawa Adrian setuju mulai merancau.
Kami berduapun sudah berjalan saling merangkul bahu dengan tubuh sama-sama sempoyongan. Kaki tertatih-tatih berjalan perlahan, saat kami mencoba menaiki anak tangga dengan langkah mulai menyeret seperti akan sama-sama oleng ambruk. Nyanyian dan tawa cekikikkan kami, tak menyurutkan niat untuk terus saja berjalan ke kamar Adrian.
Entah mengapa kepala sekarang mulai berkunang-kunang tak tahan untuk berjalan lagi. Bhugh, suara tubuhku sudah jatuh terkapar dilantai, dibarengi oleh tubuh Adrian yang ambruk juga disampingku.
"Hahahah, kita ternyata jatuh Yona, ha ... ha ... ha. Ayo Yona kita berjalan dan bersenang-senang lagi ke taman," rancau Adrian yang tak tentu arah.
"Kamu duluan saja," jawabku lemah.
Mata rasanya begitu tak tahan untuk segera terpejam, hingga rasanya sungguh dahsyat untuk diriku meringkuk tertidur lemah. Entah apalagi yang terjadi pada kami, yang jelas diri ini sudah tidak ada kekuatan lagi untuk bangkit menemani Adrian lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 304 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ 🦆͜͡ᴍᴀᴍɪ²⍣⃝ꉣꉣHIAT
yona bikin ulah terus sampai berbuat di luar batas hadeuhhh
2024-05-06
4
❤️⃟Wᵃf🍁Νeͷg Aͷjaᴳ᯳ᷢ🐰❣
gila si Yona murahan banget, emang kalo ngelakuin hal licik yakin bakal bikin happy sama adrian
2024-04-18
1
❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna
Yona isi otaknya dangkal banget, sampai" berbuat yg di luar batas demi mendapatkan adrian
2024-04-16
0