Hellbent

Hellbent

Bab 1: Ethereal

Gerumbulan orang menari gila-gilaan di tengah lantai dansa, bau keringat mereka yang bercampur dengan aroma minuman keras serta asap rokok membuat orang-orang yang tidak terbiasa akan mengernyit jijik. Disitulah Ava, menyusup di antara lautan para hedonis, jenis manusia yang secara lahiriah penuh dengan rasa sombong, martabat kelewat tinggi, bahkan heroin. Ladang harta karun baginya.

“Keamanan klub ini diperketat, ya?” ucap gadis itu seraya meneguk mocktail yang terasa manis di lidah. Pada hari-hari biasa, hanya ada 12 orang yang ditugaskan sebagai penjaga keamanan di “Paradise Club”, sekarang personel sekuriti ditambah dengan 5 orang wajah baru berbadan kekar yang masing-masing ditempatkan di pintu masuk, pintu keluar, lantai satu, lantai dua, dan zona VIP.

“Hah! Dan aku terheran-heran, salah siapakah itu?” seorang laki-laki dengan rambut coklat cepak membalas dengan seringai menghina.

Wajah manis Ava kemudian tersenyum lebar, memampangkan senyum Hollywood yang sering ia manfaatkan untuk keluar dari masalah, “Ei, bukan salahku pastinya, Theo.” Gadis yang mengenakan gaun hitam selutut dan dirangkapi dengan jaket denim tersebut menyelipkan beberapa lembar uang di samping gelasnya, yang diterima oleh bartender sinis tadi dengan senang hati meskipun komentarnya yang menyindir lima detik lalu. Kemudian kursinya berputar, Ava kembali mengobservasi keadaan sekitar dengan objektif baru.

“Hm.” Lima belas meter di utara, kalung berlian dan gelang emas, sepuluh meter di timur laut, jam mahal, tujuh meter di  timur, cincin dengan batu perhiasan yang belum teridentifikasi, tiga meter di tenggara, tas bermerk yang tidak dijaga.

Ava lalu bangkit, tubuhnya yang kecil mengikuti arus orang-orang yang berjoget, kemudian tanpa bersusah payah menyelip dengan lincah untuk mengambil targetnya. Dalam sekejap tas Channel berada dalam kepitan lengannya. “Oh, rubi,” gumamnya sembari menarik cekatan sebuah cincin dari seorang laki-laki yang hampir tidak sadarkan diri karena teler. “Halo, Tampan!” jemarinya yang lentik mengelus bahu hingga pergelangan tangan pria di hadapannya, dengan senyum laki-laki tersebut menyambut Ava yang belum genap lima detik kemudian menghilang, tentu setelah memasukkan  jam Rolex ke dalam saku jaketnya. Saat mendekat ke sasaran terakhir, Ava memperhatikan lagi raut wajah kesal gadis pirang yang kali ini lebih jelas setelah pasangannya tidak kunjung kembali sejak lima belas menit yang lalu. “Hei, maaf menganggu,” ia menepuk pelan bahu gadis tersebut, “tapi kurasa pacarmu membawa seorang gadis mabuk berambut hitam ke toilet,” sambungnya. Ava menunjuk toilet yang agak jauh dari posisi mereka, sengaja menggesek tangannya dengan bagian belakang leher gadis tersebut, yang langsung menyongsong marah menuju toilet dengan meneriakkan kata bajingan dan sumpah serapah lain yang sama menghinanya.

Senyum bisnis Ava merekah.

Ia kembali ke meja bartender, tempat yang ia tinggalkan tidak lebih dari semenit yang lalu, kemudian memesan satu gelas minuman tidak beralkohol lain dari menu, Virgin Mojito. “Kurasa sukses besar?” tanya Theo dengan sedikit kesal melihat senyum palsu Ava yang terus dipamerkan. “Betul sekali,” timpal gadis itu dengan mengedipkan sebelah matanya yang dibubuhi maskara tebal.

Ava menyeruput minumannya pelan. Sekarang, dia memiliki waktu 20 menit sebelum salah satu korbannya menyadari hilangnya barang mereka. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Dan gadis itu kembali mengasesmen keadaan sekitarnya, sudah seperti kebiasaan yang tertanam meskipun kali ini dia tidak memiliki tujuan. Akan tetapi sesuatu menarik perhatiannya.

Ava lagi-lagi beranjak dari duduknya. “Sarah!” ucapnya cukup keras untuk didengar oleh orang-orang dengan radius lima meter di tengah klub yang ramai. Target-targetnya menoleh. Ia kemudian berlari kecil menuju perempuan berperawakan langsing yang tidak ia kenal. Si Sarah tentu saja bingung, namun Ava tidak memberikan perempuan itu waktu untuk membalas, dipeluknya erat ia, “jangan minum, tadi pria itu mencampurkan sesuatu ke dalamnya.” Si Sarah membeku untuk sesaat mendengar konten dari bisikan yang tepat di telinganya. “Aku mencarimu kemana-mana, ya ampun! Anak-anak yang lain sudah mau pulang. Yuk!” Mengerti dengan isyarat yang diberikan Ava, Sarah buru-buru membereskan barang bawaannya. “Oh!”, ujar Ava pura-pura terkejut, “Maaf aku tidak melihat

kalian tadi, salah satu teman kami sudah harus diangkut karena pingsan, sedangkan dua lainnya hampir tidak bisa berdiri dan muntah hingga sarapan mereka tidak bersisa,” dua laki-laki yang jelas-jelas menyembunyikan kejengkelannya hanya bisa tersenyum paksa dan mengangguk maklum karena nada bicara Ava yang jelas memancing simpati, mereka tahu resikonya tinggi apabila masih memaksa Sarah untuk tetap tinggal dan malah memancing keributan dengan adanya kehadiran “teman”-nya yang tiba-tiba muncul, apalagi bila “teman” tersebut dari kesan pertamanya saja terlihat bermulut besar, bersuara keras, dan suka mendramatisir suasana.

Ava merangkul Sarah menuju pintu keluar, tentu saja setelah mengkode Theo mengenai dua keparat tadi, biar Theo yang kemudian akan memberitahu keamanan.

Sesampainya di luar, musik yang menggema terdengar samar-samar, dan Sarah membungkuk berkali-kali untuk berterima kasih. “Kutunggu sampai kau mendapatkan taksi untuk pulang.” Sebenarnya Ava saat ini sudah seharusnya ratusan meter menjauh dari klub itu, mengingat tindakan kriminal yang baru saja ia lakukan sebelum misi penyelamatan tadi, namun kondisi Sarah yang masih mengalami tremor karena takut dan syok membuatnya menahan diri untuk lari dari sana. Lima menit berlalu, akhirnya Sarah dengan sukses memasuki taksi setelah berterima kasih untuk terakhir kalinya dan mengirimkan plat nomor mobil yang ditumpanginya ke salah satu kontak temannya yang asli, menuruti saran Ava. Tidak ada salahnya berhati-hati di tengah malam seperti ini, terlebih setelah apa yang ia alami.

Barulah setelah taksi dengan nomor plat yang ia hapalkan menghilang di belokan, Ava langsung berjalan cepat menuju toko swalayan yang buka 24 jam tak jauh dari sana. Tanpa menghiraukan sambutan lesu dari penjaga toko tersebut, Ava buru-buru memasuki toilet. Dilepasnya hak tiga centimeter yang ia pakai, setelah itu menaiki bidet yang ada untuk membuka plafon di atasnya. Dari sana Ava mengambil tas ransel besar yang di dalamnya berisi pakaian ganti dan keperluan lainnya. Setelah melepas wig pirang, gaun hitam yang tidak nyaman, stilleto, serta make-up tebal yang merubah total kesan wajah manis Ava, akhirnya gadis itu merasa bisa bernapas lagi. Ia keluar dari toilet dengan penampilan yang benar-benar baru, kaus polos putih yang dilapisi jaket kulit coklat serta celana jin hitam. Melewati kasir yang terkantuk-kantuk, Ava melangkah menuju area parkir toko swalayan tersebut. Setelah memakai helm dan menyelempangkan tas ransel di punggungnya, sepeda motor Ava langsung menyala, kemudian meluncur sejauh mungkin dari zona tersebut.

***

Hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras malam itu. Sepulangnya Ava setelah menjual hasil copetannya dengan harga 70% persen di bawah harga pasar di jaringan pasar gelap untuk menghindari pelacakan, ia menurunkan kecepatan laju sepeda motornya karena jalan yang licin. Bahunya yang pegal merindukan kasurnya yang usang. Di pikirannya saat itu ialah mandi, tidur, dan akhirnya menjenguk Lexa di rumah sakit besok siang.

Sayangnya nasib tidak memihak.

Seorang supir truk yang mengantuk tanpa sengaja menginjak pedal gas di jembatan aspal di mana Ava berada, membuat truk bermuatan 1 ton itu melaju kencang di jalan raya yang basah. Sesaat kemudian truk tersebut hilang kendali, melesat tanpa arah, hingga akhirnya terguling bersamaan dengan bunyi derit dan dentuman yang keras. Di sisi lain, Ava terlebih dulu menyadari ada yang ganjil, tidak ada supir truk yang waras berani bermain-main ketika hujan meskipun jalan sepi, laju zig zag ditengarai oleh cahaya yang dipancarkan lampu kendaraan di depannya membuat Ava mengerem cakram sepeda motornya. Namun truk yang terus melaju tidak beraturan semakin mempersempit jaraknya dengan Ava secara cepat. Tidak ada waktu untuk putar balik. Probabilitas keselamatannya lebih terjamin dengan cara melompati jembatan tersebut dan terjun menuju sungai 6 meter di bawah sana. Dan itulah yang Ava lakukan.

Byur!

Tubuhnya menghantam air yang saat itu lebih terasa seperti konkret, tekanan pada dada dan perut jelas sekali terasa meski postur terjunnya ia atur sedemikian rupa hingga menimbulkan kerusakan yang seminimal mungkin dalam waktu yang sempit tadi, tetap saja Ava tidak bisa menghindari rasa sesak, selain itu anggota badannya yang sedari tadi kedinginan akibat hujan, kini mengalami kram di telapak kaki kirinya. Ava mengutuk dalam hati, dalam situasi seperti ini ia tidak boleh panik atau ia malah akan tenggelam. Jadi ia membiarkan tubuhnya rileks sembari menahan napas sekecil apapun oksigen yang masih tersisa di paru-parunya yang serasa terbakar. Tubuhnya melayang-layang dalam air, semakin jauh dari permukaan. Ia bisa melihat cahaya keperakan purnama yang berdansa mengikuti ombak air dan didistorsi oleh hujan, disertai kobaran api dari truk yang hampir dipastikan melindas motornya sebagai hiasan ironi dalam pandangannya.

Namun kemudian ... pandangannya hilang, untuk sesaat ia disilaukan oleh sinar yang saking terangnya membuat ia buta, hanya menyisakan kehampaan putih. Saat itulah semua indranya makin lama makin mati rasa. Dengung pada telinganya akibat tekanan air kini diam. Ia juga tidak lagi merasakan basah air yang menyentuh kulitnya. Tubuhnya terkunci, tidak tergerak.

Cuma ada kesadaranya yang tersisa.

Inikah proses pencabutan nyawa? Apakah setelah ini ia akan dipertontonkan kisah hidupnya yang

menyedihkan?

Namun saat itulah ia merasakan satu degup kencang, diikuti dengan irama dari jantungnya yang berdetak begitu keras hingga ia dapat merasakannya di tenggorokan. Namun sekejap kemudian semuanya langsung kembali normal.

 Ava menatap lagi sinar bulan keunguan yang bergoyang bersama riak air.

Tunggu ... ungu?

Meskipun kram di kakinya belum hilang, Ava dapat menggerakkan tangannya. Gadis itu lekas-lekas berenang ke permukaan, wajahnya disambut dengan tamparan rintik hujan yang belum berhenti, dihirupnya oksigen dengan rakus di antara batuk parahnya untuk mengisi paru-paru yang hampir saja penuh dengan air. Akan tetapi apa yang dilihatnya di langit malam belum berubah.

Bulan dengan cincin keunguan berada di antara kerlip bintang dalam kanvas hitam.

Apakah ini halusinasi karena kekurangan oksigen untuk otak?

Namun apapun yang terjadi dengan bulan di atas, prioritasnya menuju daratan. Maka Ava mengayuh lengannya, bersusah payah berenang ke arah hutan yang tidak jauh dari tempatnya melompat. Setelah mati-matian bergerak, akhirnya ia bisa melempar tas ransel yang menjadi beban begitu ia merangkak di tanah. Ava telentang di bawah sebuah pohon, kakinya terjulur. Dadanya kembang kempis mengambil napas untuk tubuh lelahnya yang bergetar.

Akan tetapi, seberapa lama pun ia menunggu, bahkan sampai hujan berhenti, bulan bercincin ungu itu tidak menghilang dari pandangannya.

Jadi ini bukan sekedar ilusi?

Terpopuler

Comments

Khalif Huzaifah

Khalif Huzaifah

purnama didalam hujan..menarik...bintang2 nya sekalian

2022-12-19

0

Bang Boenk

Bang Boenk

novelnya bagus dalam cerita dan artikulasi tetapi yah gw suka sama MC nya cowok😳😳😳

2022-11-29

0

Juicy Coco

Juicy Coco

Not bad

2022-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Ethereal
2 Bab 2: Bizzare
3 Bab 3: Orang yang Baik Kepadaku
4 Bab 4: Eve
5 Bab 5: Berburu
6 Bab 6: Level Up!
7 Bab 7: Insiden di Gerbang Kota
8 Bab 8: Tezia
9 Bab 9: Pangeran Arogan
10 Bab 10: Seperti Adik Perempuan
11 Bab 11: Beradaptasi
12 Bab 12: Pesta Dansa
13 Bab 13: Bandit Hutan?
14 Bab 14: Tes
15 Bab 15: Si Pelayan Tua
16 Bab 16: Englerock
17 Bab 17: Wanita Genit
18 Bab 18: Tiga Kali Kebetulan Artinya Takdir
19 Bab 19: Sunk Cost Fallacy
20 Bab 20: Impulsif
21 Bab 21: Herbalis
22 Bab 22: Gate
23 Bab 23: Raven X
24 Bab 24: Outbreak
25 Bab 25: Hiu Darat
26 Bab 26: Show-off
27 Bab 27: Sebenarnya ...
28 Bab 28: Seorang Penakut
29 Bab 29: No Alcohol
30 Bab 30: Inovasi!
31 Bab 31: No Deal
32 Bab 32: Bait
33 Bab 33: Berlayar
34 Bab 34: Roomate
35 Bab 35: Beastman
36 Bab 36: Lautan
37 Bab 37: Badai Hitam
38 Bab 38: Dalam Bayangan
39 Bab 39: Katak Panggang
40 Bab 40: Limit
41 Bab 41: More Than Survive
42 Bab 42 : Misi Penyelamatan
43 Bab 43: Pertemuan Kedua
44 Bab 44 : Medali Penghargaan
45 Bab 45: Bulan Ungu
46 Bab 46: Glitch
47 Bab 47: Desa Suku Cheetah
48 Bab 48: Bala Bantuan
49 Bab 49: Cinta Pandangan Pertama
50 Bab 50: Drunk, Love
51 Bab 51: Denial
52 Bab 52: Seorang Kenalan
53 Bab 53: Amnesia?
54 Bab 54: Sarapan Sebelum Berlayar
55 Bab 55: Truth or Dare
56 Bab 56: Safe and Sound
57 Bab 57: Weinhamer
58 Bab 58: 15.000 Koin
59 Bab 59: Pencuri?
60 Bab 60: Pangeran Igoceolon
61 Bab 61: Jenius!
62 Bab 62: Brownie Point
63 Bab 63: Air Bagi yang Kekeringan
64 Bab 64: Pemakaman Suci
65 Bab 65: SemPurrrna
66 Bab 66: Bounty
67 Bab 67: Fitur Khusus Orang Kaya
68 Bab 68: Permintaan
69 Bab 69: Duel
70 Bab 70: Hao vs Ava
71 Bab 71: Target
72 Bab 72: Setelah Duel
73 Bab 73: Buas dan Liar
74 Bab 74: Dua Rekrutmen dalam Sehari
75 Bab 75: Masa Lalu
76 Bab 76: Seorang Tunangan
77 Bab 77: Aku Bukan Eve
78 Bab 78: Tes Kejujuran
79 Bab 79: Obsesi
80 Bab 80: Diculik, Lagi
81 Bab 81: Oh, Kau Percaya?
82 Bab 82: Kontrak yang Tidak Adil
83 Bab 83: Lying
84 Bab 84: Perpisahan Mendadak
85 Bab 85: Menjadi Putri dalam Satu Malam
86 Bab 86: Jamuan Teh
87 Bab 87: Diversion
88 Bab 88: Game Master
89 Bab 89: Love's Quarrel
90 Bab 90: Pelampiasan
91 Bab 91: Pengawal Pribadi
92 Bab 92: Ugh, Stamina
93 Bab 93: Awal dari Pesta Dansa
94 Bab 94: Battle of Nerves
95 Bab 95: Dua Puluh Persen
96 Bab 96: Kencan?
97 Bab 97: Outing
98 Bab 98: Item Tidak Penting
99 Bab 99: Frost
100 Bab 100: Yang Tidak Terduga
101 Bab 101: Teror
102 Bab 102: Rapat Darurat
103 Bab 103: Tempat Kerja
104 Bab 104: Terjadi Lagi
105 Bab 105: Hologram Biru
106 Bab 106: Dua Entitas
107 Bab 107: Kesempatan dalam Kesempitan
108 Bab 108: Belok Haluan
109 Bab 109: Teman Seperjalanan
110 Bab 110: Patah Hati
111 Bab 111: Perjalanan yang Tertunda
112 Bab 112: Desakan
113 Bab 113: Insting Seorang Ibu
114 Bab 114: Salah Paham
115 Bab 115: Bad Mood
116 Bab 116: Ruang Teleportasi
117 Bab 117: Mata-Mata
118 Bab 118: Keraguan
119 Bab 119: Selamat Datang Kembali
120 Bab 120: Gegabah
121 Bab 121: Hukum Tidak Populer
122 Bab 122: Es dan Cheetah
123 Bab 123: Wabah Uflaria
124 Bab 124: Bukan Suara Hati
125 Bab 125: Kehilangan Kontrol
126 Bab 126: Bibit Keterikatan
127 Bab 127: Eve Bagi Ellijah
128 Bab 128: Menuju Crimsonwood
129 Bab 129: Hutan Lebat
130 Bab 130: Mama
131 Bab 131: Naga Kecil
132 Bab 132: Disonansi
133 Bab 133: Berkemah
134 Bab 134: Memasak
135 Bab 135: Nina Bobo
136 Bab 136: Malam (Tidak) Damai
137 Bab 137: Pertarungan Malam
138 Bab 138: Absolute Zero
139 Bab 139: Pertarungan di Sisi Lain
140 Bab 140: Hanya Hari Lain di Dimensi Fantasi
141 Bab 141: Berputar-putar
142 Bab 142: Attention
143 Bab 143: Di Bawah Danau
144 Bab 144: Lab yang Benar-Benar Rahasia
145 Bab 145: Hantu
146 Bab 146: Penawarnya Tiba
147 Bab 147: Secercah Harapan
148 Bab 148: Kelompok Misterius
149 Bab 149: Keserakahan
150 Bab 150: Baby Sitter Baru
151 Bab 151: Perpisahan Kedua
152 Bab 152: Terbuka
153 Bab 153: Perubahan di Panti Asuhan
154 Bab 154: Kakek Direktur
155 Bab 155: Di Balik Layar
156 Bab 156: Misi Anak Anjing yang Dibuang
157 Bab 157: Kekanak-kanakan
158 Bab 158: Sendirian
159 Bab 159: Yang Kedua
160 Bab 160: Inquary
161 Bab 161: Persiapan Ulang Tahun
162 Bab 162: Satu Kali Penaklukan
163 Bab 163: Antusias Gadis Kampung
164 Bab 164: The Birthday Girl
165 Bab 165: Rival
166 Bab 166: Putri Afrein
167 Bab 167: Victory for Edodale
168 Bab 168: Kembang Api
169 Bab 169: Pride
170 Bab 170: Gate Aneh
171 Bab 171: Labirin
172 Bab 172: Mommy Issue
173 Bab 173: Raja Payah
174 Bab 174: Tidak Stabil
175 Bab 175: Pria dan Celana
176 Bab 176: Crisis Brings Out The Worst of People
177 Bab 177: Shameless
178 Bab 178: Black and White or Gray?
179 Bab 179: Segera Kembali!
180 Bab 180: Bergabung
181 Bab 181: Foreign Being
182 Bab 182: Unstable
183 Bab 183: Prickly
184 Bab 184: Penyerangan
185 Bab 185: Tactical Retreat
186 Bab 186: Pillowtalk
187 Bab 187: Full On Offensive
188 Bab 188: Quest Succes!
189 Ba 189: Gate Berlapis
190 Bab 190: Among Us
191 Bab 191: How Lucky
192 Bab 192: Peran dalam Pikirannya
193 Bab 193: Malam yang Asing
194 Bab 194: Another One Bite The Dust
195 Bab 195: Para Tersangka
196 Bab 196: Sebelum itu ...
197 Bab 197: Drunk Haze
198 Bab 198: Non-Lethal Attack is Legal
199 Bab 199: Desa yang Membosankan
200 Bab 200: Dimulai, Akhirnya
201 Bab 201: Angry Boomer
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Bab 1: Ethereal
2
Bab 2: Bizzare
3
Bab 3: Orang yang Baik Kepadaku
4
Bab 4: Eve
5
Bab 5: Berburu
6
Bab 6: Level Up!
7
Bab 7: Insiden di Gerbang Kota
8
Bab 8: Tezia
9
Bab 9: Pangeran Arogan
10
Bab 10: Seperti Adik Perempuan
11
Bab 11: Beradaptasi
12
Bab 12: Pesta Dansa
13
Bab 13: Bandit Hutan?
14
Bab 14: Tes
15
Bab 15: Si Pelayan Tua
16
Bab 16: Englerock
17
Bab 17: Wanita Genit
18
Bab 18: Tiga Kali Kebetulan Artinya Takdir
19
Bab 19: Sunk Cost Fallacy
20
Bab 20: Impulsif
21
Bab 21: Herbalis
22
Bab 22: Gate
23
Bab 23: Raven X
24
Bab 24: Outbreak
25
Bab 25: Hiu Darat
26
Bab 26: Show-off
27
Bab 27: Sebenarnya ...
28
Bab 28: Seorang Penakut
29
Bab 29: No Alcohol
30
Bab 30: Inovasi!
31
Bab 31: No Deal
32
Bab 32: Bait
33
Bab 33: Berlayar
34
Bab 34: Roomate
35
Bab 35: Beastman
36
Bab 36: Lautan
37
Bab 37: Badai Hitam
38
Bab 38: Dalam Bayangan
39
Bab 39: Katak Panggang
40
Bab 40: Limit
41
Bab 41: More Than Survive
42
Bab 42 : Misi Penyelamatan
43
Bab 43: Pertemuan Kedua
44
Bab 44 : Medali Penghargaan
45
Bab 45: Bulan Ungu
46
Bab 46: Glitch
47
Bab 47: Desa Suku Cheetah
48
Bab 48: Bala Bantuan
49
Bab 49: Cinta Pandangan Pertama
50
Bab 50: Drunk, Love
51
Bab 51: Denial
52
Bab 52: Seorang Kenalan
53
Bab 53: Amnesia?
54
Bab 54: Sarapan Sebelum Berlayar
55
Bab 55: Truth or Dare
56
Bab 56: Safe and Sound
57
Bab 57: Weinhamer
58
Bab 58: 15.000 Koin
59
Bab 59: Pencuri?
60
Bab 60: Pangeran Igoceolon
61
Bab 61: Jenius!
62
Bab 62: Brownie Point
63
Bab 63: Air Bagi yang Kekeringan
64
Bab 64: Pemakaman Suci
65
Bab 65: SemPurrrna
66
Bab 66: Bounty
67
Bab 67: Fitur Khusus Orang Kaya
68
Bab 68: Permintaan
69
Bab 69: Duel
70
Bab 70: Hao vs Ava
71
Bab 71: Target
72
Bab 72: Setelah Duel
73
Bab 73: Buas dan Liar
74
Bab 74: Dua Rekrutmen dalam Sehari
75
Bab 75: Masa Lalu
76
Bab 76: Seorang Tunangan
77
Bab 77: Aku Bukan Eve
78
Bab 78: Tes Kejujuran
79
Bab 79: Obsesi
80
Bab 80: Diculik, Lagi
81
Bab 81: Oh, Kau Percaya?
82
Bab 82: Kontrak yang Tidak Adil
83
Bab 83: Lying
84
Bab 84: Perpisahan Mendadak
85
Bab 85: Menjadi Putri dalam Satu Malam
86
Bab 86: Jamuan Teh
87
Bab 87: Diversion
88
Bab 88: Game Master
89
Bab 89: Love's Quarrel
90
Bab 90: Pelampiasan
91
Bab 91: Pengawal Pribadi
92
Bab 92: Ugh, Stamina
93
Bab 93: Awal dari Pesta Dansa
94
Bab 94: Battle of Nerves
95
Bab 95: Dua Puluh Persen
96
Bab 96: Kencan?
97
Bab 97: Outing
98
Bab 98: Item Tidak Penting
99
Bab 99: Frost
100
Bab 100: Yang Tidak Terduga
101
Bab 101: Teror
102
Bab 102: Rapat Darurat
103
Bab 103: Tempat Kerja
104
Bab 104: Terjadi Lagi
105
Bab 105: Hologram Biru
106
Bab 106: Dua Entitas
107
Bab 107: Kesempatan dalam Kesempitan
108
Bab 108: Belok Haluan
109
Bab 109: Teman Seperjalanan
110
Bab 110: Patah Hati
111
Bab 111: Perjalanan yang Tertunda
112
Bab 112: Desakan
113
Bab 113: Insting Seorang Ibu
114
Bab 114: Salah Paham
115
Bab 115: Bad Mood
116
Bab 116: Ruang Teleportasi
117
Bab 117: Mata-Mata
118
Bab 118: Keraguan
119
Bab 119: Selamat Datang Kembali
120
Bab 120: Gegabah
121
Bab 121: Hukum Tidak Populer
122
Bab 122: Es dan Cheetah
123
Bab 123: Wabah Uflaria
124
Bab 124: Bukan Suara Hati
125
Bab 125: Kehilangan Kontrol
126
Bab 126: Bibit Keterikatan
127
Bab 127: Eve Bagi Ellijah
128
Bab 128: Menuju Crimsonwood
129
Bab 129: Hutan Lebat
130
Bab 130: Mama
131
Bab 131: Naga Kecil
132
Bab 132: Disonansi
133
Bab 133: Berkemah
134
Bab 134: Memasak
135
Bab 135: Nina Bobo
136
Bab 136: Malam (Tidak) Damai
137
Bab 137: Pertarungan Malam
138
Bab 138: Absolute Zero
139
Bab 139: Pertarungan di Sisi Lain
140
Bab 140: Hanya Hari Lain di Dimensi Fantasi
141
Bab 141: Berputar-putar
142
Bab 142: Attention
143
Bab 143: Di Bawah Danau
144
Bab 144: Lab yang Benar-Benar Rahasia
145
Bab 145: Hantu
146
Bab 146: Penawarnya Tiba
147
Bab 147: Secercah Harapan
148
Bab 148: Kelompok Misterius
149
Bab 149: Keserakahan
150
Bab 150: Baby Sitter Baru
151
Bab 151: Perpisahan Kedua
152
Bab 152: Terbuka
153
Bab 153: Perubahan di Panti Asuhan
154
Bab 154: Kakek Direktur
155
Bab 155: Di Balik Layar
156
Bab 156: Misi Anak Anjing yang Dibuang
157
Bab 157: Kekanak-kanakan
158
Bab 158: Sendirian
159
Bab 159: Yang Kedua
160
Bab 160: Inquary
161
Bab 161: Persiapan Ulang Tahun
162
Bab 162: Satu Kali Penaklukan
163
Bab 163: Antusias Gadis Kampung
164
Bab 164: The Birthday Girl
165
Bab 165: Rival
166
Bab 166: Putri Afrein
167
Bab 167: Victory for Edodale
168
Bab 168: Kembang Api
169
Bab 169: Pride
170
Bab 170: Gate Aneh
171
Bab 171: Labirin
172
Bab 172: Mommy Issue
173
Bab 173: Raja Payah
174
Bab 174: Tidak Stabil
175
Bab 175: Pria dan Celana
176
Bab 176: Crisis Brings Out The Worst of People
177
Bab 177: Shameless
178
Bab 178: Black and White or Gray?
179
Bab 179: Segera Kembali!
180
Bab 180: Bergabung
181
Bab 181: Foreign Being
182
Bab 182: Unstable
183
Bab 183: Prickly
184
Bab 184: Penyerangan
185
Bab 185: Tactical Retreat
186
Bab 186: Pillowtalk
187
Bab 187: Full On Offensive
188
Bab 188: Quest Succes!
189
Ba 189: Gate Berlapis
190
Bab 190: Among Us
191
Bab 191: How Lucky
192
Bab 192: Peran dalam Pikirannya
193
Bab 193: Malam yang Asing
194
Bab 194: Another One Bite The Dust
195
Bab 195: Para Tersangka
196
Bab 196: Sebelum itu ...
197
Bab 197: Drunk Haze
198
Bab 198: Non-Lethal Attack is Legal
199
Bab 199: Desa yang Membosankan
200
Bab 200: Dimulai, Akhirnya
201
Bab 201: Angry Boomer

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!