“[Status].” Setelah menyimpulkan metode untuk memanggil layar biru transparan, mengimitasi perilaku River. Ava sudah mengerti caranya, ternyata mudah saja. Namun ada yang aneh dari layar statusnya.
Nama : *** ******
Ras : Manusia
Level : 1
Kekuatan : 1
Kecepatan : 1
Kelentukan : 1
Kecerdasan : 1
Indra : 1
Poin status : 1
Skill : Observation (innate) (level 1)
256 koin
Kenapa namanya disensor? Selain itu, ia mengingat notifikasi sebelum dirinya pingsan kemarin “level meningkat” dan “proses eror!”. Ava berasumsi bahwa setelah membunuh manusia kadal kemarin, ia harusnya mendapatkan kenaikan level, akan tetapi terjadi kesalahan. Logika seperti ini hanya berlaku pada ... permainan RPG yang biasanya ditunjukkan Lexa, tetapi hal itu biasanya bisa dilihat melalui ponsel, laptop, ataupun komputer, bukan visual di depan mata seperti ini. Virtual reality? Hal itu masih belum menjelaskan rasa sakit serta bengkak di tubuhnya yang jelas-jelas nyata.
Dia butuh informasi lebih lanjut. Saat itulah River mengetuk pintu kamar. “Masuk saja.” Ava segera memasang senyum bisnis. Untuk kesekian kalinya, River lagi-lagi membawakan air madu dan beberapa keping kukis. Setelah diam-diam menukar gelas yang dibawa River beberapa jam lalu dan melihat bahwa pria itu baik-baik saja, Ava akhirnya meminum apa yang dibawanya, tetapi ia tidak tahu bahwa River adalah orang dengan perhatian yang berlebihan. Tiga gelas pertama ia minum untuk kesopanan, tapi gelas-gelas setelah itu ia buang isinya ke pot tanaman dekat jendela setelah River pergi. Terlalu banyak minum juga bisa mengakibatkan kematian. “Terima kasih,” ucap Ava. Kemudian River seperti sebelum-sebelumnya duduk di samping tempat tidur, meminum diam gelasnya, pria itu tidak akan berbicara sebelum Ava memecahkan kecanggungan tersebut.
“Maaf, apakah ada perpustakaan di sekitar sini?”
“Perpustakaan? Ah, ada sebuah perpustakaan tua di dekat balai kota. Tapi sebaiknya kau beristirahat dulu untuk tiga hari ke depan sesuai anjuran Bu Leslie.”
Leslie? Sepertinya dokter perempuan tadi.
Ava berencana untuk menyelinap keluar, akan tetapi mengingat River yang mengunjunginya setiap dua jam sekali, menyusuri sebuah kota asing untuk menemukan sebuah perpustakaan sepertinya mustahil.
Sedangkan di sisi lain, River yang merasa tidak enak untuk melarang gadis di hadapannya untuk sekadar membaca menimpali lagi, “Anu, kalau kau memang bosan, aku bisa meminjamkan beberapa buku, aku punya beberapa, tapi mungkin jenisnya tidak terlalu menghibur,” kata River buru-buru.
“Memangnya jenis apa yang Anda maksud?”
“Sejarah dan Ensiklopedia monster.”
Mata Ava berkilat, buku seperti itulah yang ia butuhkan. “Saya memang suka membaca, jadi apapun bisa saya baca.”
***
Setelah pemberontakan pada jaman Tenebris terjadi, bumi yang awalnya hanya memiliki satu daratan besar bernama Insulae terpecah-pecah menjadi 5 pulau yang masing-masing dinamakan Meridianam, Edodale, Afrein, Uflaria, dan Feretrum Sanctus, dataran-dataran tersebut menjadi pusat dari perkembangan ilmu sihir, pengetahuan, ekonomi, militer, serta politik.
Setelah perundingan Regio yang berlangsung di Feretrum Sanctus, akhirnya dikeluarkan peraturan batas yang membagi lautan--
Bumi dengan sejarah yang berbeda.
[System] yang sudah muncul sejak masa pembuatan bumi membantu umat manusia untuk berkembang dan meningkatkan taraf hidupnya melalui manfaat yang dibawa bersamanya. Konten dari [System] sendiri diatur oleh [Game master] sesuai dengan persyaratan dan persetujuan serta di bawah pengawasan [The developer].
Seperti sistem permainan yang ia duga.
Green lizard adalah monster setinggi 180-200 sentimeter yang memiliki struktur tubuh seperti manusia dan hidup di sekitar kawasan perairan tawar. Meskipun bukan termasuk dalam kategori amfibi, Green lizard biasanya memiliki kemampuan untuk menahan napas yang cukup lama di bawah air. Racun yang muncul dari bisa mereka dapat menyebabkan rasa gatal, bengkak, dan efek lumpuh apabila mengenai titik vital. Biasanya racun dilumurkan pada ujung senjata yang mereka bawa sehingga memunculkan keuntungan jarak.
Green lizard bereproduksi menggunakan --
Monster nyata yang ia hadapi sendiri.
Meskipun sulit dipercaya, Ava menyimpulkan bahwa dirinya ... masuk ke dimensi lain? Dunia lain? Parallel universe? Multiverse? Hipotesis Mille- Feuille? Atau ini hanyalah kerjaan usil seseorang untuk mengerjainya, keusilan rumit yang berskala sangat-sangat besar. Tapi apa untungnya melakukan itu? Sejujurnya, semua kemungkinan tersebut sama-sama mustahilnya. Jadi Ava memutuskan untuk menerima kesialan ini dengan apa adanya.
Namun prioritasnya pasti, kembali ke situasi original. Lexa membutuhkannya.
Tiga hari ke depan Ava sama sekali tidak beranjak dari rumah River, tapi bukan berarti dia hanya diam saja. Ava sudah membaca habis dua buku yang diberikan kepadanya di hari pertama dan hanya menghapal isinya di hari-hari berikutnya, terutama mengenai daftar monster yang bisa saja menyerangnya di luar sana. Selain itu, apabila River tidak menjenguknya, ia aktif melakukan olahraga seperti push up, pull up, dan senam lantai meskipun badannya masih terasa sakit, tapi mungkin karena itu juga bengkak di lehernya masih belum kempis sepenuhnya.Selain itu, ketika River meninggalkan rumahnya, saat itulah ia melakukan investigasi diam-diam, mulai jalur pelarian dan bagaimana caranya ia akan kabur jika sesuatu terjadi, jenis senjata seperti apakah yang River miliki, atau hal-hal yang biasa lainnya. Tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain di rumah itu, tetapi ia menemukan beberapa baju bekas perempuan yang ukurannya pas dengan Ava di kamar yang sekarang ia tiduri, kemungkinan pemiliknya memiliki hubungan dekat dengan River di masa lalu tapi sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Kekasih? Kakak? Adik?
Juga, setelah menghabiskan bubur pertamanya, Ava menanyakan mengenai tas yang ia bawa, River langsung berlari dan muncul seketika dengan tas yang Ava maksud. Dengan begitu barang pribadinya ia miliki lagi. Pisau beserta pistol yang ada di dalamnya segera berpindah tempat ke bawah bantalnya, berjaga-jaga apabila terdapat serangan, entah itu dari manusia jahat maupun monster lain.
Pada hari yang dijanjikan, River mengantar Ava ke perpustakaan. Meskipun ia tidak menemukan cara untuk kembali ke bumi asalnya, Ava mendapatkan informasi lain yang membantunya memahami dunia ini selain yang sudah dijelaskan oleh buku sejarah yang dipinjamkan River.
Setting dunia ini lebih mirip seperti abad pertengahan, sehingga belum terdapat teknologi yang maju seperti di jaman modern, selain itu masih ada sistem kasta yang membedakan antara anggota kerjaaan, bangsawan, orang jelata, bahkan budak, perbedaannya cuma terdapat sihir serta artifak yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Sehingga ia tidak bisa mencuri motor, mobil, bahkan sepeda siapapun untuk mempercepat perjalanannya, hanya ada kereta kuda, Ava yang awalnya tidak pernah penasaran bagaimana cara menunggangi kuda, kini membutuhkan keahlian tersebut.
Tidak menyangka River akan menunggunya sampai malam hari di depan perpustakaan, Ava tertegun dan menawarkan untuk membelikan makanan dari restauran yang masih buka dengan uang yang ia dapat dari bangkai Green lizard, selain sebagai permintaan maaf, traktiran itu juga dimaksudkan sebagai salam perpisahan.
“Saya akan pergi besok.”
Sendok River berhenti di tengah jalan. “Memangnya tujuanmu selanjutnya apa?”
“Mungkin di kota lain terdapat informasi yang saya cari.” Tentu Ava tidak memberitahukan bahwa ia mencari cara untuk pulang ke dunia lain, untuk menghindari dicap sebagai orang gila maupun alien.
“Obat yang bisa mengobati apapun? Elixir kehidupan maksudmu?”
Ava hanya mengangguk, pura-pura mengerti. Hal itu juga bukan sepenuhnya bohong, apabila memang ada obat seperti itu tentu saja akan Ava ambil untuk menyembuhkan Lex, dalam dunia yang penuh sihir dan monster seperti ini bisa saja memang ada obat seperti itu kan?
“Di Tezia bisa saja ada.”
Tezia, ibu kota dari kerajaan Igoceolon, salah satu dari empat kerajaan besar di Meridianam. Kota besar memang punya kemungkinan yang lebih banyak dalam memuat informasi yang ia inginkan.
“Tapi apa kau punya perlengkapan yang cukup? Uang? Kendaraan apa? Makanan?” Entah kenapa pertanyaan-pertanyaan itu memberatinya seperti interogasi polisi.
“Saya punya senjata yang cukup untuk beberapa monster dengan level rendah. Uang bisa di dapatkan dari penjualan monster yang saya bunuh. Untuk kendaraan, saya bisa menumpang kereta angkut pedagang yang sejalan dengan saya. Makanan bisa dibeli dengan uang, selain itu saya juga bisa berburu hewan kecil.”
Kerutan besar muncul di kening River yang biasanya nampak ramah, dia marah?
“Jangan! Tidak hanya ada monster level rendah yang berkeliaran, kalau tidak berhati-hati kau bisa terbunuh, belum seminggu kau berbaring sekarat karena seekor Green Lizard!”
Ava ingin menyela bahwa ia tidak sampai sekarat, hanya nyeri dan bengkak selama empat hari.
“Selain itu banyak sekali bandit yang mengincar kereta pedagang, nyawamu bisa ikut-ikut terancam!”
“Tapi saya harus segera--”
“Kalau begitu kau akan kujaga sampai di Tezia.”
“Tetapi saya tidak mau merepotkan Anda lagi.” Kenapa orang ini sampai sejauh itu menolong orang asing? Tapi dengan kehadiran River, Ava dapat menurunkan resikonya kehilangan nyawa mengingat ia belum benar-benar beradaptasi di dunia ini.
“Aku tidak merasa repot.”
Well, kalau begitu Ava tidak akan menolak jaminan yang ditawarkan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Nivea Heaven
Oke,Mom
wkwkwk
2022-07-29
2
Lovejoy
pertemuan pertama yg paling enak di antara semuanya emang dengan River 🤭
2022-07-12
1
anggita
skill,, observation.
2022-07-03
1