Sisa malam itu Ava lalui dengan ... tenang. Kata itu tidak cocok sebenarnya, mengingat investigasi terselubung yang disertai dengan tatapan tajam dari Al yang membuatnya berkeringat dingin. Mulai dari senjata apa yang biasanya ia pakai, apakah ia bertarung sejak kecil, diajarkan oleh siapa, motifnya hidup sebagai pemburu, Ava jawab dengan bertele-tele, bahkan beberapa waktu ia alihkan arah pembicaran agar berfokus Al sendiri, yang dibalas juga dengan basa-basi ataupun jawaban umum yang Ava ragukan kebenarannya. Majikan dan pelayannya sama saja memang.
Selama berjam-jam Ava mengamati pria paruh baya itu sembari menjawab sambil lalu interogasinya. Pria tersebut memiliki rambut yang keseluruhannya beruban, disisir rapi ke belakang tanpa ada satu helai yang salah tempat, rautnya selalu datar meskipun mata abu-abunya menyipit ganas. Ava belum pernah melihat ia bertarung, namun refleksnya berkelas tinggi, tentu saja dengan level tinggi dan poin status di atas 20 secara default akan Ava anggap kuat pria tersebut. Ketika melangkah, Al berjalan dengan sigap namun tanpa suara, begitupun ketika ia melakukan hal-hal yang lain, seolah hal tersebut menjadi kewajibannya dalam sehari-hari. Mungkin inilah yang berhubungan dengan identitas rahasia pria itu. Pelayan seorang pangeran memiliki level di atas 50, pastilah bukan orang biasa.
Ava membangunkan River untuk segera bergantian jaga malam, sekaligus menjelaskan situasi kenapa Roy tidur di sebelah River yang terkejut. Giliran Ezra digantikan oleh Roy. Seorang pangeran tidak pantas dibangunkan untuk menjadi penjaga malam, begitu maksud kalian? Omong-omong, pria berbadan besar berwajah ramah itu memang gampang sekali membuat teman. Belum lama mengenal pun River dan anggota terbaru mereka mengobrol ringan, terlihat akrab.
Ava pun tidur, belatinya ada di bawah ransel yang ia jadikan bantal.
***
Selimut tipis yang membungkusnya tidak bisa mengalahkan angin dingin musim gugur. Ava terbangun dengan kaki yang menggigil dan bentol nyamuk di lengan dan lehernya. Melihat anggota yang lain masih terkantuk-kantuk kecuali Al, Ava memutuskan untuk melakukan olahraga ringan setelah berlari di sekitar perkemahan mereka, mumpung sempat.
Beberapa jam melalui jalan kecil yang diapit oleh pepohonan lebat, akhirnya rombongan tersebut keluar dari hutan, disambut dengan dataran rendah hijau yang melapang luas sejauh mata memandang. Beberapa desa kecil dengan selisih satuan kilometer ada di kanan kiri perjalanan mereka, peternakan mungil penduduk juga sekali-kali mendistraksi Ava dengan bunyi kokokan ayam atau lenguhan sapi.
Inilah artinya, mereka akan segera tiba di Englerock.
Namun fenomena yang baru pertama kali ia lihat, meskipun berkali-kali ia dengar di dunia fantasi tersebut, terjadi tidak jauh dari posisi kereta kuda Ava saat itu. Sebuah gate.
Gate setinggi tiga meter yang memancarkan energi berwarna biru di kelilingi oleh belasan orang, hanya dua di antaranya yang memagai seragam kerajaan yang menarik perhatian. Di atasnya, terpampang layar besar yang berisikan info batas level 10 untuk memasuki gate tersebut beserta tiga peserta dengan poin kontribusi yang paling banyak.
Poin kontribusi seperti yang disangka secara harafiah, merupakan tolak ukur hasil seseorang dalam menaklukan gate yang ada, semakin besar poin kontribusinya semakin berharga pula hadiah yang akan didapat, selain itu poin kontribusi yang ditampilkan secara publik dapat menarik perhatian kelompok yang ingin merekrut seseorang dalam guild mereka. Akan tetapi, gate dengan level rendah tidaklah menarik perhatian, mungkin karena itulah tidak banyak orang di sana.
“Kurasa itu gate level 10 yang muncul dua bulan lalu, ini penumpasan mereka yang ke sembilan? Jadi hanya tinggal waktu saja sebelum gate tersebut menghilang,” Roy tiba-tiba bersuara melihat Ava yang menunjukkan ketertarikan.
“Dari yang kulihat peserta yang ada cuma warga desa biasa,” gadis itu menyahut.
“Yah, karena gate itu hanya bisa dimasuki oleh orang di bawah level 10, dan orang berlevel 10 kebanyakan hanya pria dewasa yang tidak terlalu berpengalaman bertarung atau seorang anak yang jago berkelahi.”
Kecuali satu, Ava. Eksistensinya sendiri adalah sebuah bug dalam sistem fantasi ini. Ia masih berlevel 1 akan tetapi poin statusnya melebih orang dengan level 40. Artinya, Ava dapat memasuki gate mana saja tanpa mempedulikan batasan level yang ada. Masalahnya hanya satu, namanya yang disensor. Bukankah akan mencurigakan jika ada barisan yang tidak dapat dibaca dalam leaderboard. Hal itu sama saja mengumumkan identitasnya sebagai alien dari dimensi lain.
Namun Ava tidak bisa memastikan kalau di masa depan ia tidak akan pernah memasuki sebuah gate, pasalnya banyak sekali bahan dan artifak yang berasal dari sana, selain itu terdapat kemungkinan bahwa seseorang, Eve, akan menyuruhnya untuk menaklukan sebuah gate demi kepentingan kembalinya Ava ke dunia asal.
Jadi Ava setidaknya harus berkesperimen sekali saja. Nama yang disensor bisa dianggap tidak terdaftar, sehingga peserta mungkin akan diminta untuk memasukannya secara manual. Dan pada kasus sensorannya terpampang apa adanya, maka Ava hanya perlu mencari gate yang tidak banyak diamati dan pengawasannya kurang, serta akan hilang setelahnya.
Beruntungnya, ada gate seperti itu di depan matanya. Rekor paling lama sebuah gate bertahan adalah sehabis sepuluh kali penundukan, jadi Ava hanya berharap nasib sialnya tidak ikut campur dalam masalah ini.
Tidak lama setelah itu, bau segar lautan memasuki hidungnya, Ava hampir bisa mengecap rasa asin di lidahnya. Lautan biru memantulkan sinar matahari yang lebih terlihat seperti kumpulan cahaya di tepi dunia. Kapal-kapal besar menjangkarkan diri di pelabuhan yang bahkan terlihat sibuk di kejauhan. Ava mendapati seekor burung camar membalap kereta kuda mereka dari langit cerah yang tidak tertutupi awan.
Mereka sampai di Englerock.
Akhirnya, setelah dua hari perjalanan yang menyesakkan karena kehadiran tiga orang yang tidak diinginkan. Ava akan sangat kesal jika Ezra merencanakan skema mencurigakan yang lain di sini. Tapi meski pangeran itu bersikeras mengikutinya lagi, Ava akan menolak karena destinasi mereka yang berbeda. Tidak mungkin ia mengetahui tujuannya sejauh itu, bahkan River pun hanya paham bahwa Ava harus menyebrangi samudra sehingga membutuhkan kapal, bukan destinasinya secara spesifik. Jadi informasi ini tidak mungkin bocor.
“Terima kasih atas penjagaan kalian berdua dalam dua hari ini,” Al berkata dengan serius, Ezra mengangguk dan Roy membungkuk. Ava membalasnya dengan senyum Hollywood ketika sekantung koin jatuh ke tangannya, “Senang bekerja sama dengan kalian.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau kerja sama ini dilanjutkan hingga pemberangkatan kapal saja?”
Sebelum River reflek menjawab, Ava sudah mendahului. “Ah, sayangnya saya ada urusan lain di kota ini, jadi sebaiknya Anda menyewa penjaga dari guild center.”
Ava kenal jelas dengan teknik ini, negosiasi foot-in-the-door. Seseorang dapat menyetujui permintaan besar setelah didahului dengan permintaan-permintaan kecil karena manusia memiliki “pikiran berlanjut”. River menggunakannya pada Ava hingga beberapa hari yang lalu, itulah kenapa ia bisa sampai setuju dengan keikutsertaannya dalam petualangan pulang ke dimensi asal. Namun untuk Ezra, Ava harus lebih afirmatif. Ia harus berhati-hati setiap kali berbicara dengan pangeran licik itu.
“Wah, sayang sekali, padahal pembicaraan kita mengasyikkan.”
Asyik hanya untukmu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments