005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA

Hik..Hik..

Senyuman lebar terlukis di wajah gadis yang sedang bertumpu di atas meja kecil, sebab kereta kuda yang ditunggunya telah datang. "Bayuaji Ekadanta!" ia berdiri dengan semangat mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan kiri di samping mulutnya.

"Siapa itu berteriak tidak tahu aturan?" marah wanita di samping Bayu. Wanita yang tampak sedikit kerut di wajahnya itu memakai jarik dengan kemben berwarna biru dan selendang yang senada dengannya. Tusuk konde emas besar berbentuk bunga kelor, tanda status istri sah keluarga Ekadanta, bertengger di rambutnya.

"Apa lagi-lagi kamu berteman dengan rakyat jelata?" bisik wanita di sisi lainnya dengan tusuk konde yang lebih kecil. Wanita dengan sedikit riasan itu merupakan ibu kandung dari Bayu.

"Ibu, apa kalian tidak melihat pakaiannya? Itu kebaya, pakaian terbaru keluarga kerajaan," Bayu turun mengulurkan tangannya membantu mereka berdua.

"Tapi tidak terlihat seperti bangsawan–" bibirnya terkatup melihat orang yang datang. Buru-buru ia bersimpuh diikuti yang lain yang turut menyadari kedatangan orang besar.

"Kami memberi salam kepada Yang Mulia Ratu," ucap semua orang bersamaan, menyatukan dua telapak tangannya di atas kepala.

Makuta yang biasa dilihat Idaline menjadi lebih berkilau di bawah langit pagi yang terang. Terdapat sumping bertengger di kedua telinga ratu juga anting putih berukir bunga Wijayakusuma. Karah, perhiasan yang menempel di leher pun berukiran bunga Wijayakusuma. Sedangkan Upawita, jalinan rantai yang melingkar dari bahu kiri ke pinggang kanan terpasang melewati kemben merahnya, sedikit mengganggu Idaline ketika berada di gendongannya.

Dalam hatinya, Idaline merasa lega ketika itu ratu tidak memakai udarabandha yang menempel di perut maupun katibandha dan uncal yang berguna sebagai ikat pinggang serta kilatbahu yang terpasang di dekat bahu berhiaskan rantai kecil yang melambai. Kalau tidak, semua benda itu pasti membekas di tubuhnya.

Sekali lagi Idaline bersyukur, dia tidak perlu memakai berbagai macam gelang tangan dan kaki juga berlapis-lapis kain karena jarik yang tertutupi renda dari kebaya berekor membuat perias merasa sudah indah. Hanya saja gamparan, sandal yang terbuat dari kayu jati yang tebal, sangat berat untuk tubuhnya yang masih kecil. Langkahnya amat buruk dan menimbulkan suara besar.

"Jadi kamu fokus belajar di perpustakaan untuk bertemu dengan teman spesialmu ini, hm?" kata ratu mengejutkan anak kecil yang tak bisa menyembunyikan ekspresi terpukaunya itu.

Idaline menjulurkan lidahnya sambil menggaruk kepala. "Sepertinya ananda terlalu fokus pada buku hingga lupa belajar tata krama,"

"Tidak apa-apa. Kamu bisa menghafal seluruh keluarga besar di kerajaan hanya dalam waktu sehari saja sudah luar biasa," puji ratu menepuk pelan kepala Idaline, ia tidak ingin merusak konde yang sudah dibuat mati-matian para dayang karena putri mendiang sahabatnya itu terus saja menolak didandani.

Idaline tidak bisa fokus berada di perpustakaan karena di sela-sela waktunya, ratu selalu minta ditemani atau kepala dayang menyuruhnya berjalan-jalan. Ia jadi melewatkan banyak hal.

"Terima kasih, Ibu Ratu." Idaline sedikit menundukkan tubuhnya.

"Oh.. kalian berdirilah," perintah ratu hampir melupakan orang-orang yang masih bersimpuh.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu."

"Ayo," ratu memegang tangan Idaline berjalan beriringan. Orang berkedudukan paling tinggi dalam kerajaan itu memelankan langkahnya menyamai langkah bocah kecil di sampingnya.

Idaline merasakan aura dingin ketika melangkah masuk ke dalam aula. Ia mendongak menatap mata dingin yang mengarah kepadanya.

"Kami memberi salam kepada Yang Mulia Ratu. Semoga kebijaksanaan dan kemuliaan selalu milik Yang Mulia,"

"Itu Hayan, Idaline ingat?" tanya ratu tak mempedulikan orang-orang.

Idaline tersenyum menanggapi ratu. Tentu saja dia tidak ingat.

"Sekarang Idaline duduk bersama Sudewi, Indudewi, dan Netarja," ratu sedikit menundukkan kepalanya takut tak terdengar suara yang sengaja ia kecilkan, tidak ingin membuat anak itu tidak nyaman.

"Baik, Ibu Ratu,"

Ratu memberikan tangan mungil dalam genggamannya kepada dayang yang bertugas membawanya ke sisi kanan bawah kursinya. Sementara ia menaiki tangga menuju kursinya, kursi tertinggi.

"Selamat datang," sapa seorang gadis dengan wajah ceria.

"Terima kasih, Yang Mulia," ucap Idaline melihat perhiasan gadis itu lebih banyak daripada dua yang lain. Dialah Netarja, Tuan Putri Kerajaan Maja yang kecantikan dan keanggunannya sudah tersebar meski masih belia. Sedangkan Sudewi dan Indudewi adalah keponakan ratu yang diangkat menjadi anak untuk menemani Netarja yang terus kesepian, begitu informasi yang didapatkannya.

"Selamat datang, wong deso,"

"Sudewi, apa yang kamu ucapkan?" tegur Indudewi. Gadis yang memakai tusuk konde emas  itu menyenggol lengan adiknya, Sudewi.

"Ah maaf, bukankah adik kita ini berasal dari desa?" tangan Sudewi menutup mulutnya tertawa kecil.

"Tolong bicara dengan benar, kita ini seumuran. Jadi aku bukan adikmu, meski sebenarnya aku jauh lebih tua," gumam Idaline di akhir kalimat.

"Kalian memang senang bercanda ya. Mari duduk, acaranya hampir dimulai," tengah Netarja memulai duduk.

"Perkenalkan saya Idaline," ucap Idaline memperkenalkan diri kemudian duduk di sebelah Sudewi yang tak menatapnya.

"Saya Netarja Wijaya. Lalu ini adalah Indudewi putri Rajadewi dan yang bertengkar denganmu adalah Sudewi,"

"Silahkan dinikmati hidangannya," ratu mengangkat tangannya tanda dimulai acara.

"Orang-orang zaman ini memang luar biasa," pikir Idaline menatap penuh ketertarikan orang-orang yang tampil di tengah aula. Dia pura-pura tidak tahu ditatap dingin dari atas dan ditatap kesal oleh orang di sebelahnya.

"Tenang saja nak. Aku tidak akan mengambil ibu kalian. Berhentilah menatap dan lihat tarian-tarian yang akan musnah ini," ucap Idaline dalam hati, menikmati hidangan yang menggoda selera.

"Ananda izin menampilkan tarian," ucap Sudewi berdiri dengan pakaian tarinya.

"Sejak kapan?" kaget Idaline melihat pakaian Sudewi berubah sekejap mata.

"Dia tadi keluar saat kamu fokus ke tengah," celetuk Indudewi melihat wajah bengong Idaline.

"Hahaha gitu," canggung Idaline. Ekspresinya memang tidak dapat disembunyikan, sudah berlatih tahunan pun tetap saja terbaca.

Semua orang yang berada di aula fokus memperhatikan Sudewi yang melenggok-lenggokkan badannya di depan mereka.

"Memang Raden Ajeng Sudewi sangat pandai," puji salah seorang.

"Dan juga cantik," sambung yang lain.

"Tetapi yang masuk bersama Yang Mulia Ratu juga sangat cantik. Siapa dia?"

"Entahlah, Yang Mulia juga tidak memperkenalkan,"

Prok. Prok. Prok. Suara tepuk tangan menggema di ruangan saat Sudewi menyelesaikan tariannya.

"Tarian yang sangat bagus," pujian terdengar dari kerumunan pejabat dan keluarganya.

"Terima kasih semuanya,"

Idaline menaikkan alis melihat Sudewi tersenyum miring padanya.

"Penampilan yang sangat bagus," puji ratu. "Pelayan, berikan hadiah untuk Raden Ajeng Sudewi,"

"Terima kasih banyak, Yang Mulia."

"Kemudian perkenalkanlah, Idaline dari Janapada,"

Idaline mengunyah dengan cepat makanan dalam mulutnya, ia menarik napas setelah berhasil menelan. "Salam kenal semuanya," ucapnya berdiri di tempat.

"Kemari, putriku," ratu menunjuk tangannya ke tengah aula.

Idaline berjalan kemudian berlutut sambil merapatkan tangannya di atas kepala. "Ananda menghadap Yang Mulia Ratu,"

"Idaline dari Janapada telah memberikan kontribusi besar pada bagian pembukuan istana juga hasil panen yang melimpah berkat ide-idenya yang luar biasa. Mulai sekarang Idaline akan menjadi Raden Ajeng Paramudita, berharap selalu dapat memberikan hasil panen yang memuaskan,"

"Te-terima kasih, Yang Mulia," Idaline tidak tahu apa yang telah dilakukannya.

"Mahapatih, berikan lencananya,"

"Pekenalkan, saya Djahan Mada,"

Idaline mendongak penasaran, tampak mahapatih yang ia temui di jalan berdiri memegang nampan.

"Kemarin saya datang ke Janapada mencari nona Idaline malah menemukan tumpukan buku yang menarik. Mohon maaf tidak izin terlebih dahulu karena sepertinya Anda tidak ingin memberitahu," Djahan menciprati air bunga ke kepala Idaline.

"Seharusnya Anda menemui paman Garong," kilah Idaline memejamkan mata.

"Beliau sudah mengatakan semuanya," Djahan memberikan lencana pada Idaline.

"Oh paman.." desah gadis yang kakinya mulai kesemutan, wajahnya penuh kekesalan.

"Pergunakanlah identitas ini dengan bijak, putriku,"

"Terima kasih, Ibu Ratu. Ananda akan berusaha sebaik mungkin melakukan tugas sebagai Raden Ajeng Paramudita,"

"Kembalilah ke tempatmu,"

"Baik, Ibu Ratu,"

"Kenapa Yang Mulia memberinya gelar sedangkan pangeran dan para putri belum?" bisik orang-orang.

Alunan musik dan tarian terus dilakukan hingga langit mulai berwarna jingga. Idaline terus menelan kuap dan menahan kantuk. Ia mengapresiasi orang-orang yang kuat matanya. Tiga gadis kecil di sebelahnya bahkan duduk dengan tegak, tidak bergerak selain tangan yang sesekali mengambil makanan.

"Terima kasih atas kehadiran kalian. Semoga di tahun-tahun berikutnya panen raya terus melimpah," tutup ratu berdiri diiringi seluruh orang.

"Pfft," tawa Sudewi pada Idaline yang telat berdiri akibat kesusahan pakaian juga kesemutan.

"Semua karena kebijaksaan Yang Mulia Ratu,"

"Hidup Yang Mulia Ratu,"

"Hidup Yang Mulia Ratu,"

Ratu berjalan keluar diiringi para mahamentri.

"Yang Mulia Ratu, bukankah terlalu berlebihan memberikan gelar pada orang baru?" ujar Catra Yuswanto, mahamentri i sirikan yang bertugas mengawasi para pejabat.

Ratu menghentikan langkahnya, semua orang segera bersimpuh. Ratu menggerakkan kepalanya melihat Yuswanto. "Yang pantas akan mendapatkannya. Kalian kembali saja,"

"Baik, Yang Mulia,"

Idaline menggerakkan bola matanya ke arah pintu, ia tersenyum pada orang-orang di mengelilinginya. "Saya permisi,"

"Silahkan,"

"Idaline!"

Idaline menengok ke belakang tampak Hayan berdiri di depan pintu memanggilnya.

"Nanti ya, Pangeran. Saya buru-buru," Idaline berjalan cepat mengejar rombongan Ekadanta yang sudah sampai kereta kuda.

"Nyonya, apa saya boleh berkunjung ke kediaman Ekadanta?" Idaline tersenyum lebar dan matanya bersinar penuh harap.

"Silahkan, Yang Mulia." sambut istri sah kepala keluarga Ekadanta.

"Terima kasih," Idaline berdiri di sisi kereta.

Bayu menghela napas kemudian mengulurkan tangannya. "Hati-hati," ia membantu Idaline dan para ibunya menaiki kereta yang sama.

"Apa Raden Ajeng sangat menyukai anak saya?"

"Sangat amat," Idaline menyipitkan matanya menggoda Bayu.

"Raden Ajeng sangat senang bercanda," cibir Bayu.

"Saya sedih loh. Padahal saya selalu serius," Idaline menautkan kedua alisnya, wajahnya berkabut.

"Hoho beruntung sekali Bayu bisa disukai oleh Raden Ajeng,"

Idaline tertawa kecil, orang-orang di depannya sama sekali tidak suka bersandiwara. Angin malam yang dingin menyelimuti perjalanan mereka. Mata Idaline memberat perlahan terlelap di bahu satu-satunya pria di sana.

"Ibu nanti capek. Ananda saja," kata Bayu menatap lantai, malu dilihat dua ibunya dengan tatapan penuh godaan.

"Nyonya, tuan muda, kita sudah sampai," celetuk kusir setelah perjalanan berlalu beberapa jam.

Bayu menangkap kepala Idaline yang hampir terkatuk kereta yang berhenti mendadak, ia bergegas turun ketika Idaline sudah tersadar, membantu para ibunya kemudian menuntun Idaline turun.

"Terima kasih," bisik Idaline berjinjit.

"Selamat datang tuan, nyonya, dan nyonya selir," sapa para selir dan gundik milik Candraaji, kepala keluarga Ekadanta.

"Momo antarlah Raden Ajeng ke rumah tamu," perintah Tuti, istri sah Aji.

"Raden Ajeng, mari saya antar."

"Ah, saya ingin berbicara dengan Bayu." sosor Idaline merapatkan diri ke arah Bayu.

"Jangan terlalu larut," pesan Tuti mengizinkan.

"Tinggallah dengan nyaman," cetus Aji yang sedari tadi diam memperhatikan Idaline. Ia adalah mahamentri i halu, orang yang selalu diperintahkan ratu di luar tugas kepemerintahan. Bisa dibilang adalah tangan kanan ratu yang terdekat, tahu semua hadiah dan gelar yang diberikan ratu secara pribadi, tapi tak pernah dia dengar ratu akan mengangkat Raden Ajeng baru.

Secara fisik dan latar keluarga, Aji tidak masalah gadis kecil di depannya sebagai keluarga kerajaan. "Tapi memberikan gelar?" Aji memejamkan matanya mengusir keraguan dalam diri. Bagaimanapun, ragu terhadap keputusan ratu adalah dosa besar.

"Terima kasih tuan Ekadanta,"

"Mari, Raden Ajeng." ajak Bayu berjalan di depan.

Idaline dan Bayu hilang dari pandangan Aji, ia pegang tali kekang kudanya lantas para wanita kembali ke kediaman masing-masing.

"Jadi nona manis, ada apa sampai mengikutiku ke rumah?" Bayu menundukkan badannya mensejajarkan mulutnya dengan teling gadis pendek di depannya.

Idaline terlonjak, menjauh beberapa langkah dari Bayu. "Wow, perlakuanmu sangat berbeda sekali ya," ujarnya memperhatikan senyum mengerikan Bayu.

"Ehm. Ehm," Bayu menyesuaikan raut wajahnya. "Tentu saja harus hormat kepada yang lebih tua,"

"Tuan Bayu adalah penyihir terbaik saat ini. Saya ingin melihat sihir terbaikmu, boleh?" Idaline menatap penuh harap, ia sudah memperhatikan Bayu yang tidak tahan terhadap hal-hal yang menggemaskan.

Bayu diam dengan bibir dan tangannya bergetar, ia sisir rambutnya ke belakang dengan tangan kanannya dan menaruh tangan kirinya di pinggang sambil berdecak. "Tidak. Kenapa saya harus melakukannya?" tolaknya.

"Ayolah, tuan." mohon Idaline, tentu saja tidak mungkin orang lain akan begitu saja menunjukkan rahasia dirinya.

"Kalau begitu, izinkan saya mencubit pipi nona sekali," senyum mengerikan kembali bertengger di bibir Bayu.

"Apa?!" sahut Idaline terkejut. "Nih," Idaline memajukan wajahnya dengan telinga memerah. Pipinya memerah dicubit dari sisi kanan dan kiri. "Pantas saja anak kecil menangis," pikirnya. Tak lama sensasi dingin menyapu kedua pipinya saat tangan Bayu menangkup wajahnya.

"Dalam sihir maupun kanuragan, yang paling sulit adalah menyembuhkan luka dan memanggil hewan kontrak. Aku hanya bisa menghilangkan rasa sakit dan memanggil harimau dalam beberapa kali dalam sebulan. Baru setelah mengucapkan janji setia pada keluarga kerajaan, kekuatan akan meningkat," jelas Bayu menjentikkan tangannya.

"Apa ini ngga bahaya?" Idaline mundur melihat harimau muncul di kanan Bayu.

"Tidak. Selama nona Ida tidak berbahaya bagi saya," jelas Bayu mengusap kepala harimau. Buntalan oren itu memutari tubuh Bayu seperti anjing kecil yang kegirangan.

"Oh begitu,"

Lalu malam itu Bayu memperlihatkan sihir api dan air miliknya membuat Idaline menjadi takjub.

••• BERSAMBUNG •••

© Al-Fa4 | 06 Juni 2021

 

 

Terpopuler

Comments

senja

senja

itu maksud gelar apa ya? diangkat anak+dpt gelar?


btw ada maksud apa dia milih Bayu? apa sebelumnya sdh tertarik atau gimana? kan tubuhnya orang dewasa jd dia pasti mikir dewasa kan, ada "alasan"

2022-02-14

4

lihat semua
Episodes
1 001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2 002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3 003 - BERTAHANLAH NONA
4 004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7 006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8 007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9 008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10 009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11 010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12 011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13 012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14 013 - KUALITAS PRAJURIT
15 014 - MENGANGKAT MURID
16 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22 018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23 018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30 022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31 022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34 024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35 025 - BUNGA YANG MEKAR
36 026 - HAMPARAN RUMPUT
37 027 - KELUAR KERATON
38 028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39 029 - CALON NYONYAKU
40 030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41 031 - PULANG
42 032 - MATA AIR
43 033 - LUPA PADA SEMUANYA
44 034 - TUGAS SEORANG MURID
45 035 - PETI KOSONG
46 036 - PAKAIAN POLOS
47 037 - CANGKANG KEONG
48 038 - JEJAK SIHIR
49 039 - RUMAH PERBUDAKAN
50 040 - KAMU MENGAWASIKU?
51 041 - SEKAR LANGIT
52 042 - CALON SUAMI
53 043 - AKU MENCINTAIMU
54 044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55 045 - MENENANGKAN?!
56 046 - HARUM
57 047 - WETON
58 048 - PENOBATAN
59 049 - INGIN DILIHAT
60 050 - BOHONG
61 051 - PINGITAN
62 052 - UPACARA PERNIKAHAN
63 053 - TITAH
64 054 - SAKIT?
65 055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66 056 - DYAH
67 057 - MELATI
68 058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69 059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70 060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71 061 - HATI
72 062 - KENAPA TIDAK ASING?
73 063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74 064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75 065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76 066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77 067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78 068 - LUKISAN TERBAIK
79 069 - BOLEHKAH..?
80 070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81 071 - KALIGRAFI
82 072 - BUKAN AKU
83 073 - HANYA BISA PASRAH
84 074 - KUMOHON KEMBALILAH
85 075 - JANJI
86 076 - LAPANGAN BUBAT
87 077 - SURAT
88 078 - DIRESTUI
89 079 - ISTIRAHAT
90 080 - HUKUMAN
91 081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92 082 - JADI KENYATAAN
93 083 - PUTRA LAIN
94 084 - KATA MAAF
95 085 - PERTEMUAN
96 086 - TERBEBANI
97 087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98 088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99 089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100 090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101 091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102 092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103 093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104 094 - COKELAT ANDA MELELEH
105 095 - BANTUAN YANG DATANG
106 096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107 097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108 098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109 099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110 100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111 101 - KERIS MPU GANDRING
112 102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113 103 - KERJA KERAS HAYAN
114 104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115 105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116 106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117 107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118 108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119 109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120 110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121 SEASON 2
122 SEASON 2 - INFO
123 GIVEAWAY
124 Curhat
Episodes

Updated 124 Episodes

1
001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2
002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3
003 - BERTAHANLAH NONA
4
004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7
006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8
007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9
008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10
009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11
010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12
011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13
012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14
013 - KUALITAS PRAJURIT
15
014 - MENGANGKAT MURID
16
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22
018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23
018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30
022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31
022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34
024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35
025 - BUNGA YANG MEKAR
36
026 - HAMPARAN RUMPUT
37
027 - KELUAR KERATON
38
028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39
029 - CALON NYONYAKU
40
030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41
031 - PULANG
42
032 - MATA AIR
43
033 - LUPA PADA SEMUANYA
44
034 - TUGAS SEORANG MURID
45
035 - PETI KOSONG
46
036 - PAKAIAN POLOS
47
037 - CANGKANG KEONG
48
038 - JEJAK SIHIR
49
039 - RUMAH PERBUDAKAN
50
040 - KAMU MENGAWASIKU?
51
041 - SEKAR LANGIT
52
042 - CALON SUAMI
53
043 - AKU MENCINTAIMU
54
044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55
045 - MENENANGKAN?!
56
046 - HARUM
57
047 - WETON
58
048 - PENOBATAN
59
049 - INGIN DILIHAT
60
050 - BOHONG
61
051 - PINGITAN
62
052 - UPACARA PERNIKAHAN
63
053 - TITAH
64
054 - SAKIT?
65
055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66
056 - DYAH
67
057 - MELATI
68
058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69
059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70
060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71
061 - HATI
72
062 - KENAPA TIDAK ASING?
73
063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74
064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75
065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76
066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77
067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78
068 - LUKISAN TERBAIK
79
069 - BOLEHKAH..?
80
070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81
071 - KALIGRAFI
82
072 - BUKAN AKU
83
073 - HANYA BISA PASRAH
84
074 - KUMOHON KEMBALILAH
85
075 - JANJI
86
076 - LAPANGAN BUBAT
87
077 - SURAT
88
078 - DIRESTUI
89
079 - ISTIRAHAT
90
080 - HUKUMAN
91
081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92
082 - JADI KENYATAAN
93
083 - PUTRA LAIN
94
084 - KATA MAAF
95
085 - PERTEMUAN
96
086 - TERBEBANI
97
087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98
088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99
089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100
090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101
091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102
092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103
093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104
094 - COKELAT ANDA MELELEH
105
095 - BANTUAN YANG DATANG
106
096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107
097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108
098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109
099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110
100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111
101 - KERIS MPU GANDRING
112
102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113
103 - KERJA KERAS HAYAN
114
104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115
105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116
106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117
107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118
108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119
109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120
110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121
SEASON 2
122
SEASON 2 - INFO
123
GIVEAWAY
124
Curhat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!