016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)

Jari-jari lentik nan mulus menarik tali kekang kuda, menghentikan tunggangannya di samping kereta yang mencolok, yang sisi kanan dan kirinya membentang kain bersulamkan emas. Ia tarik paksa tirai itu hingga tampak seorang gadis yang terlelap.

Kedua alis gadis itu bertaut ketika cahaya tiba-tiba menusuk netranya. Ia membuka mata masih menautkan alis kesal pada pelaku pengganggu kedamaiannya. "Sudewi?" batinnya menangkap sosok yang mengganggu tidurnya.

Kali ini tidak ada satu perhiasan pun menempel di tubuhnya. Kain wulang emas, kain penutup dada hingga pinggang para bangsawan wanita tidak dikenakannya, justru kain coklat polos usang membalut tubuhnya sampai ke kaki. "Sedang menyamar?" duga Idaline memperhatikan orang-orang yang menghentikan keretanya juga berpakaian usang, namun aura tegas dan wibawa ksatria tidak hilang dari diri mereka.

"Raden Ajeng, Anda pergi ke mana? Saya mencari Anda keliling kerajaan sampai ke setiap sudut terpencil, tak kunjung menemukan Anda." kata Sudewi melihat Idaline sudah sadarkan diri.

"Sangat tidak sopan mengganggu orang tidur!" ketus Idaline mengusap wajahnya. Sensitivitas emosinya tinggi, ia tahu Sudewi tidak menyukainya dan ia balik merasa tak suka.

Kesan pertama sangat berdampak dalam hubungan seperti pertemanan, akan sangat sukar menghapus kesan buruk di awal daripada tahu setelah mengenal lebih dalam. Idaline sekali lagi mengusap wajahnya menghilangkan sifat kekanakan yang mulai merasuki.

"Pangeran ingin bertemu dia. Kalian pergilah!" titah Sudewi mengusir Siji dan Loro yang berdiri di sebelah kereta, sigap melindungi penumpang di dalamnya.

"Mohon maaf, Yang Mulia. Tuan Mahapatih memerintahkan kami untuk membawa Yang Mulia Raden Ajeng Paramudita ke kediaman beliau." ucap Siji sedikit ragu. Keringat dingin keluar di dahinya. Ia dan adiknya, Loro, berada di antara dua orang yang tidak bisa dibantah.

"Katakan ini perintah Kanjeng Gusti Pangeran!" balas Sudewi sedikit mengeraskan suara, marah pada rakyat jelata yang berani membalas ucapannya.

"Baik, Raden Ajeng." pasrah Siji siap menerima kekecewaan tuannya.

"Aku tidak punya urusan dengan kalian." Idaline menatap malas orang-orang yang menunggu dirinya keluar. Ia tutup mulutnya menguap lebar-lebar lalu menyandarkan punggung di dinding kereta sebab kantuk belum hilang dari matanya.

"Karena Raden Ajeng Paramudita tidak mau datang sendiri. Pengawal! Tangkap Raden Ajeng!"

Belum sempat Idaline protes, tubuhnya sudah dibekukan dan tangannya diikat tali kasar. Kemudian para pengawal memaksanya turun dari kereta. "BERANI SEKALI KALIAN!" teriaknya berusaha melepaskan diri.

"Ini karena Raden Ajeng tidak mau menurut. Taruh kemari!" Sudewi menepuk punggung kudanya.

"Aw!" Pandangan Idaline mengabur setelah tengkuknya dipukul. Ia menatap nyalang seluruh orang yang terlibat.

••

Sudewi duduk di depan Idaline memperhatikan mata yang bergerak mulai terbuka. Sekilas pandangannya ragu lalu hilang tak berjejak. Ia menatap serius Idaline dan bergumam, "Aku sebenarnya tidak mau melakukan ini. Tapi nyatanya harus kulakukan."

Idaline memandang lemah Sudewi. Pukulan di tengkuk sangat mengejutkan tubuh kecilnya. Ia menunduk merasa kepalanya seperti tertimpa batu besar. "Apa aku telah melakukan kejahatan?" tanyanya lirih.

"Iya. Sangat besar."

"Apa itu?"

"Kamu membakar desa bahkan membunuh satu-satunya pangeran suatu Kerajaan."

"Kapan itu terjadi?"

Sudewi memalingkan wajahnya. Pertanyaan Idaline memukul telak kesadarannya. Kejadian itu sebenarnya sangat jauh di belakang, hatinya jadi bertanya apa benar yang dilakukannya ini?

Kepala berkonde itu menggeleng pelan. "Lebih baik menghilangkan satu nyawa daripada ratusan orang tak bersalah jadi korban," batinnya meyakinkan keputusan yang telah diambilnya.

"Mungkin kemarin. Mungkin juga besok." lontar Sudewi menjawab pertanyaan Idaline.

Raden Ajeng yang baru dilantik itu mendongak dan tergelak hingga orang berpakaian serba hitam di luar gubuk keheranan. Dengan penasaran ia intip suasana di dalam ruangan gelap yang hanya memiliki penerangan dari cahaya yang merangsek masuk dari atap berlubang.

Tubuh lemah Idaline jadi pulih mendengar lelucon yang dilontarkan Sudewi. Fitnahan mereka untuk menjatuhkannya sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa anak remaja tanpa kekuatan dan tanpa kuasa melakukan itu semua? Lalu apa alasannya? Dan apa katanya? Mungkin kemarin mungkin juga besok?

"Sudah cukup main-mainnya! Aku baru saja kembali dari perjalanan panjang." Sekali lagi Idaline memandang lemah Sudewi berharap gadis lucu itu melepaskannya. Kejahatan yang dilakukannya akan Idaline anggap lelucon anak yang takut kehilangan kasih sayang seorang ibu. "Tenang saja aku tidak akan menjejakkan kaki di istana jika tidak ada keperluan."

"Di mana tuan muda ketiga Ekadanta?" tanya Sudewi teringat informasi pengawalnya bahwa Idaline pergi bersama Candra. Ia tidak menemukan keberadaan Candra semenjak Idaline datang, menambah kecemasan dalam relung hatinya.

"Dia sedang belajar."

"Jangan bercanda!" bentak Sudewi bangkit dari duduknya. Ia berdiri di depan Idaline, sorot matanya penuh kemarahan. "Di mana tuan muda ketiga Ekadanta?" ulang Sudewi mengguncang bahu Idaline.

"Carilah di Pendopo Srengenge."

Sudewi melepaskan tangannya mendengar jawaban Idaline. Pendopo Srengenge terkenal dengan kejujuran orang-orangnya meski telah terjatuh, semua orang berasumsi itulah alasan Petapa Agung mempercayakan tulisan tangannya di sana.

"Apa berubah?" batinnya bertambah ragu. Sudewi tidak pernah tahu kehidupan Candra sebelum memasuki akademik. Tidak ada yang membicarakannya kecuali bergosip tentang kutukan dan mengejeknya sebagai anjing yang selalu mengekor pada majikannya.

Tubuh Sudewi kembali mendarat di kursi yang terletak di depan Idaline, mata coklatnya memandang serius Idaline. "Apa kamu tidak ingat?"

"Apa maksudmu?"

"Tentu saja kamu tidak ingat. Aku ceritakan,"

••

"Si-siapa yang melakukan perbuatan keji seperti ini?" tangan Sudewi gemetar melihat darah yang menggenang dan satu desa rata dengan tanah. Abu bekas bakaran rumah juga tumbuhan, hewan, dan manusia berkumpul menjadi satu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan maupun bekasnya.

"Idaline, kamu pergilah laporkan suasana di sini ke bupati Kabalan." kata seorang remaja yang berjongkok memeriksa tumpukan abu.

"Iya, ayunda. Yang Mulia Kakanda benar." sahut Sudewi membenarkan. "Ayunda pergilah secepatnya, kami akan periksa lebih dalam." cemasnya pada Idaline yang mematung di tempat.

Saat punggung kucing di asrama mereka terluka akibat berkelahi, Idaline tidak tidur selama tiga hari merawat lukanya sampai menutup sempurna. Kakak angkatnya itu sangat khawatir walau tangannya gemetar ketakutan melihat luka terbuka lebar, namun tetap saja gadis itu melakukan pengobatan dengan tangannya sendiri.

Sudewi mundur ke belakang mendapati tatapan dingin Idaline yang tidak pernah dilihatnya. Di sampingnya Hayan jatuh ke tanah memegangi tenggorokan.

"Kakanda?" panggil Sudewi mendekat dan membalik tubuh Hayan, nampak otot-otot di leher lelaki itu mencuat keluar.

"A-ayunda, ayunda. Tolonglah kakanda." Sudewi menatap Idaline dan Hayan bergantian. Ia ngeri melihat leher Hayan yang membengkak seperti akan pecah. Ia berharap Idaline membawa Hayan secepatnya pulang ke kediaman bupati.

Idaline berjalan menuju Sudewi. Berjongkok di hadapannya, Idaline jepit rahang Sudewi dengan jempol dan jari telunjuk. "Sepertinya kamu tidak makan kue buatanku." Idaline mengeluarkan aura hitam pekat di sekelilingnya, aura hitam itu sedikit demi sedikit memasuki raga Sudewi.

"Ayunda.ke..na.pa?"

"Apa kamu ini orang bodoh? Melihat aura ini seharusnya kamu paham."

"Ilmu hitam?" gumam Sudewi hampir tidak bersuara. "Ba-bagaimana mungkin guru di akademik tidak tahu?" teriak Sudewi dengan sekuat tenaga.

Ia tidak percaya dengan penglihatannya, Idaline tinggal bersamanya di akademik selama empat tahun penuh, patuh terhadap peraturan dan berbakat dalam banyak cabang kesenian.

Tidak mungkin selama itu ilmu hitam lolos dari keamanan akademik kerajaan.

Idaline duduk di atas batu menatap Sudewi yang sedang memegang dadanya tidak nyaman. Ia menumpuk kaki kanannya ke atas kaki kiri dan berkata, "Mereka tahu dan sudah mengobatiku. Nyatanya aku ditanami bibitnya bukan hanya dimasukkan aura hitam pada tubuhku."

Matanya melirik Hayan yang terkapar tak berdaya, di sudut mata yang kosong itu terdapat bekas air mata yang keluar dari hati terdalam, tidak menyangka pemilik hatinya setega itu pada dirinya.

"Ckck." decak Idaline melihat lemahnya pewaris kerajaan besar. Seharusnya orang seperti itu memiliki hati yang dingin dan kekuatan yang besar.

"Ah pangeranku, kamu pasti tidak tahan tanpa kehadiran kedua orang tuamu. Dan Sudewi, ayah yang sangat kamu sayangi..aku dengan senang hati akan mempertemukan kalian agar tidak merasakan sakit akibat berpisah."

"Ayunda, apa yang kamu bicarakan? Semuanya palsu kan? Semuanya bohong kan? Ini hanya alam mimpi?!"

"Benar. Selanjutnya kalian akan berkumpul di Surga." Idaline mengangkat tangannya menyusun kayu-kayu di sekeliling Hayan dan Sudewi menggunakan sihir.

"Surga ya?" Sudewi merasakan tubuhnya tidak lagi sakit tetapi tidak dapat digerakkan.

"Karena kamu sudah menyerap seluruh aura itu. Kita mulai pemberangkatan kalian." Idaline menjetikkan tangannya, seketika api muncul membakar kayu di sekeliling Hayan dan Sudewi.

"Apa ayunda tidak bahagia bersama kami? Apa kami pernah memiliki kesalahan pada ayunda?" tanya Sudewi tidak percaya orang sebaik Idaline melakukan hal kejam. Pikirannya justru terisi dugaan kesalahan yang pernah mereka lakukan sampai Idaline memupuk dendam kesumat.

"Aku bahagia saat menghabiskan waktu bersama kalian." Idaline memandang nanar dua raga yang hampir terkena api.

"Lalu kembalilah, ayunda. Jangan kamu korbankan dirimu. Selamatkan dirimu kemudian balaslah dendam kami." ucap Sudewi masih tidak percaya Idaline melakukan semua yang terjadi.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Ayunda pasti terpaksa melakukan ini. Benih yang ayunda bicarakan itu pasti telah mengendalikan ayunda. Hiduplah dan balaskan dendam kami pada mereka setelah ayunda terbebas." jawab Sudewi penuh harapan.

Idaline tertawa terbahak-bahak. Ia seka air yang muncul di ujung matanya lalu berkata, "Yang mereka tanamkan adalah benih ilmu hitam bukan benih perbudakan. Aku sangat sadar dengan yang kulakukan."

"Lantas mengapa ayunda terlihat sedih–" Sudewi memandang sendu Idaline.

"Sudahi pembicaraannya. Kita pergi bersama menuju keluarga kita." potong Idaline. Ia bangkit melangkahkan kaki ke arah jerami yang terbakar api hitam. "Pemimpin, jika kamu bohongi aku. Jangan salahkan aku datang menagih hutang padamu." katanya memasuki api.

Belum sempat kakinya masuk, cahaya putih muncul dari arah Sudewi dan Hayan yang tergeletak, memadamkan api merah di sekitar mereka. Nampak Candra menempelkan telapaknya ke tanah dan mengucapkan beberapa mantra lalu cahaya putih yang jauh lebih besar mencuat keluar.

Rahang Idaline mengeras, matanya menusuk Candra yang memandangnya dengan ekspresi sedih bercampur kecewa.

"Begini rasanya digigit anjing sendiri." tutur Idaline sebelum cahaya itu memakan tubuhnya.

"Kupikir para pria mendekatimu karena kagum atas bakatmu, ternyata kamu merayu mereka!" Sudewi menunjuk wajah Idaline. "Saat kita kembali ke titik ini lagi, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja."

Sudewi mendapatkan kabar ada orang-orang ilmu hitam yang bersembunyi di tengah hutan saat Idaline kembali dari toko obat, maka alurnya sudah benar dan ia hanya perlu melenyapkan orang yang akan menyebabkan bencana.

"Mimpi buruk sudah berakhir, Wiwi."

Sudewi tersentak mendengar ucapan Idaline. Ketika mimpi buruk datang tanpa permisi, Idaline yang serumah dengannya di akademik menenangkan dirinya dengan kalimat yang sama.

"Mimpinya sudah pergi dan keburukannya sudah hilang." Idaline menatap langit-langit gubug tempatnya disekap, menghitung sisa waktu untuknya kembali.

Bagaimanapun keadaannya, ia harus bertahan. Ia tidak mau mati tanpa nama dan tanpa didampingi orang-orang terkasih.

"Sudah hilang ya?"

"Tinggalkanlah mimpi ketika terbangun. Buatlah kebahagiaan dalam kenyataan dan hindarilah keburukan yang coba menerpa." tambah Idaline.

"Kenyataan.."

"Pangeran tidak usah bersembunyi di luar sana, datanglah katakan dengan jelas kesalahanku. Jika itu benar kulakukan, aku tidak akan lari." Idaline menatap jendela tempat seseorang mengintip. Pakaian hitam sangat mencolok di balik suasana terang di luar ruangan.

Hayan masuk ke dalam gubug, pakaiannya serba hitam dengan caping, topi jerami yang dibalut kain hitam hingga tidak terlihat wajahnya. "Kamu belum melakukan, tapi mungkin akan melakukan. Jika benih yang diucapkan Sudewi benar, maka kamu tidak akan bisa lari."

Suatu hari Hayan terbangun dengan perasaan benci yang sangat kuat, lalu ia semakin merasa benci ketika orang-orang berbicara tentang Idaline.

Awalnya ia mengira karena telah dimarahi ratu setelah ia menjadikan Idaline tameng saat pembunuh bayaran mencoba membunuhnya.

Padahal jauh sebelumnya, Indudewi dan ibu asuhnya pernah menggantikan posisinya dan ratu tidak marah.

Kemudian Sudewi datang menceritakan hal-hal yang sudah dialaminya, Hayan berpikir mungkin kebencian yang ia rasakan berasal dari sana.

Terpopuler

Comments

Dunya Barrack

Dunya Barrack

sudewi? sudewi bukannya istri hayam wuruk?

2021-07-21

7

Anah Aini

Anah Aini

esmosi

2021-07-20

16

Amina

Amina

cantik jangan kejam dong

2021-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2 002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3 003 - BERTAHANLAH NONA
4 004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7 006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8 007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9 008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10 009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11 010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12 011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13 012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14 013 - KUALITAS PRAJURIT
15 014 - MENGANGKAT MURID
16 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22 018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23 018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30 022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31 022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34 024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35 025 - BUNGA YANG MEKAR
36 026 - HAMPARAN RUMPUT
37 027 - KELUAR KERATON
38 028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39 029 - CALON NYONYAKU
40 030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41 031 - PULANG
42 032 - MATA AIR
43 033 - LUPA PADA SEMUANYA
44 034 - TUGAS SEORANG MURID
45 035 - PETI KOSONG
46 036 - PAKAIAN POLOS
47 037 - CANGKANG KEONG
48 038 - JEJAK SIHIR
49 039 - RUMAH PERBUDAKAN
50 040 - KAMU MENGAWASIKU?
51 041 - SEKAR LANGIT
52 042 - CALON SUAMI
53 043 - AKU MENCINTAIMU
54 044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55 045 - MENENANGKAN?!
56 046 - HARUM
57 047 - WETON
58 048 - PENOBATAN
59 049 - INGIN DILIHAT
60 050 - BOHONG
61 051 - PINGITAN
62 052 - UPACARA PERNIKAHAN
63 053 - TITAH
64 054 - SAKIT?
65 055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66 056 - DYAH
67 057 - MELATI
68 058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69 059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70 060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71 061 - HATI
72 062 - KENAPA TIDAK ASING?
73 063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74 064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75 065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76 066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77 067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78 068 - LUKISAN TERBAIK
79 069 - BOLEHKAH..?
80 070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81 071 - KALIGRAFI
82 072 - BUKAN AKU
83 073 - HANYA BISA PASRAH
84 074 - KUMOHON KEMBALILAH
85 075 - JANJI
86 076 - LAPANGAN BUBAT
87 077 - SURAT
88 078 - DIRESTUI
89 079 - ISTIRAHAT
90 080 - HUKUMAN
91 081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92 082 - JADI KENYATAAN
93 083 - PUTRA LAIN
94 084 - KATA MAAF
95 085 - PERTEMUAN
96 086 - TERBEBANI
97 087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98 088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99 089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100 090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101 091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102 092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103 093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104 094 - COKELAT ANDA MELELEH
105 095 - BANTUAN YANG DATANG
106 096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107 097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108 098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109 099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110 100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111 101 - KERIS MPU GANDRING
112 102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113 103 - KERJA KERAS HAYAN
114 104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115 105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116 106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117 107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118 108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119 109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120 110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121 SEASON 2
122 SEASON 2 - INFO
123 GIVEAWAY
124 Curhat
Episodes

Updated 124 Episodes

1
001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2
002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3
003 - BERTAHANLAH NONA
4
004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7
006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8
007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9
008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10
009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11
010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12
011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13
012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14
013 - KUALITAS PRAJURIT
15
014 - MENGANGKAT MURID
16
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22
018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23
018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30
022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31
022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34
024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35
025 - BUNGA YANG MEKAR
36
026 - HAMPARAN RUMPUT
37
027 - KELUAR KERATON
38
028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39
029 - CALON NYONYAKU
40
030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41
031 - PULANG
42
032 - MATA AIR
43
033 - LUPA PADA SEMUANYA
44
034 - TUGAS SEORANG MURID
45
035 - PETI KOSONG
46
036 - PAKAIAN POLOS
47
037 - CANGKANG KEONG
48
038 - JEJAK SIHIR
49
039 - RUMAH PERBUDAKAN
50
040 - KAMU MENGAWASIKU?
51
041 - SEKAR LANGIT
52
042 - CALON SUAMI
53
043 - AKU MENCINTAIMU
54
044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55
045 - MENENANGKAN?!
56
046 - HARUM
57
047 - WETON
58
048 - PENOBATAN
59
049 - INGIN DILIHAT
60
050 - BOHONG
61
051 - PINGITAN
62
052 - UPACARA PERNIKAHAN
63
053 - TITAH
64
054 - SAKIT?
65
055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66
056 - DYAH
67
057 - MELATI
68
058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69
059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70
060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71
061 - HATI
72
062 - KENAPA TIDAK ASING?
73
063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74
064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75
065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76
066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77
067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78
068 - LUKISAN TERBAIK
79
069 - BOLEHKAH..?
80
070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81
071 - KALIGRAFI
82
072 - BUKAN AKU
83
073 - HANYA BISA PASRAH
84
074 - KUMOHON KEMBALILAH
85
075 - JANJI
86
076 - LAPANGAN BUBAT
87
077 - SURAT
88
078 - DIRESTUI
89
079 - ISTIRAHAT
90
080 - HUKUMAN
91
081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92
082 - JADI KENYATAAN
93
083 - PUTRA LAIN
94
084 - KATA MAAF
95
085 - PERTEMUAN
96
086 - TERBEBANI
97
087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98
088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99
089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100
090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101
091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102
092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103
093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104
094 - COKELAT ANDA MELELEH
105
095 - BANTUAN YANG DATANG
106
096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107
097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108
098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109
099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110
100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111
101 - KERIS MPU GANDRING
112
102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113
103 - KERJA KERAS HAYAN
114
104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115
105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116
106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117
107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118
108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119
109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120
110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121
SEASON 2
122
SEASON 2 - INFO
123
GIVEAWAY
124
Curhat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!