013 - KUALITAS PRAJURIT

Di kejauhan, sebuah bambu runcing dalam kegelapan mengarah pada mereka. Ketika bidikannya pas, senjata itu melesat dari sarangnya menuju target.

Idaline terbelalak melihat sasaran tembak bambu yang basah dengan cairan hitam. "HEI HENTIKAN!" teriaknya melihat peluru itu melaju ke arah anak harimau yang terbaring tak sadarkan diri.

Ia menghela napas lega saat induk harimau menghempaskan anak thulup dengan ekornya.

"Beraninya mereka!" geram harimau.

"Kulakukan!" ucap Idaline cepat menghentikan harimau yang akan meloncat. Ia duduk lalu menengadahkan tangan kanannya, sang harimau pun memberikan bantalan kakinya. "Uh empuk sekali, jadi kangen kucing-kucingku." Idaline memijat pelan telapak kaki berwarna merah muda sambil tertawa kecil.

"Apakah nona sedang berdiskusi dengan harimau itu?" bisik Noto di balik semak-semak.

"Sepertinya begitu. Ami turunkan senjatamu, kita lihat dulu dari sini." Cokro memegang pelatuk crossbow dengan siaga.

"Saya akan mengantar Anda ke goa yang aman. Anda tidak boleh membawa teman-teman Anda,"

"Aku datang ke gunung ini untuk mengambil bunga abadi, bisakah kamu sekalian bawakan? Aku dan anakmu akan menunggu di desa dekat bukit Tang. Di sana lebih dekat jika kamu pergi ke lereng Buto." usul Idaline menolak tinggal lebih lama. Ia mengkhawatirkan Candra yang berada di desa.

"Apa maksud Anda? Membiarkan tiga manusia itu saja saya tidak akan pernah melakukannya! Dan Anda ingin membawa anak saya ke desa manusia?"

"Dengarlah, nyonya harimau. Melihat pola anakmu belum sepenuhnya berwarna ungu, ini pasti belum lama terjadi dan mungkin para pemburunya masih di sekitar sini. Tiga hari sangat cukup untuk manusia memikirkan cara menembus perlindunganmu."

Idaline tidak mengarangnya, dalam hidup Udelia ia sempat ikut bergabung dalam divisi jungle menyelamatkan sekelompok anak yang masuk sarang harimau. Mereka berada di tempat yang lumayan aman karena masuk jauh ke dalam. Namun untuk tim penyelamat masuk, harus melewati tempat tinggal harimau yang baru melahirkan. Dan dalam tiga hari semua anak telah selamat.

Ukuran harimau di sini mungkin berbeda, namun manusianya pun berbeda. Dunia yang memandang kekuatan sebagai puncak tertinggi pasti memiliki banyak taktik. Dunia yang mungkin terlihat lebih kejam, namun benarkah lebih kejam dari dunia yang memandang kekayaan? Dunia yang harus seragam tanpa memikirkan pendapat yang lain. Dunia yang katanya menerima kebebasan namun menatap penuh curiga mereka yang fokus pada kampung halaman, tempat seharusnya manusia kembali.

"Semua manusia itu sama! Kamu pikir aku akan mempercayaimu?" berang harimau menatap lurus mata Idaline. "Semua manusia sama saja!! Menganggap keputusannya adalah yang terbaik! Tidak mau mendengarkan pendapat orang lain! Tidak mau diskusi! Apalagi berkepala dingin jika keputusan orang lain yang diambil!!"

"Lah? Terus kenapa kamu meminta tolong pada manusia?"

"Karena kamu memiliki hubungan dengan pak tua itu. Aura seorang manusia tidak bisa diberikan begitu saja pada orang lain. Si pak tua bahkan tidak mengontrak dengan hewan spiritual," kesal harimau menarik tangannya sedetik kemudian menempelkannya lagi.

"Wah bicaramu lebih santuy ya sekarang,"

"Kami bahkan menawarkan diri karena berkontrak dengannya mampu memperkuat aura kami berkali-kali lipat. Orang seperti itu tidak tamak, maka tidak mungkin dia sembrono memberikan aura dirinya pada orang jahat," tambah harimau mengabaikan ucapan Idaline.

"Wah terdengar luar biasa sekali. Padahal bocah itu tidak pernah melakukan apapun padaku,"

"Tidak mungkin. Aura pak tua itu sangat jelas di tubuhmu," harimau itu memperhatikan tubuh Idaline. "Bocah? Hubungan mereka sedekat itu? Yah..aura tubuh pak tua memang melimpah,"

"Huh? Apa pada saat itu?" gumam Idaline terbayang saat dirinya pingsan usai upacara do'a bersama. "Kukira karena lelah jadi tertidur,"

"Pokoknya aku tidak akan memberikan izin!" tegas harimau mengembalikan fokus Idaline pada dirinya.

"Aku bisa memberikan aura itu untuk menolong anakmu. Tapi tidak dengan menjaganya, ada hal lain yang harus kulakukan."

"Dua hari. Kumohon luangkan waktumu dua hari saja." pinta harimau, tampak air di sudut matanya. Dia sangat tahu keadaan anaknya.

Seperti kata manusia di depannya, belumlah terlalu lama sang anak terkena racun. Banyak waktu baginya mengambil obat, tapi dia tidak bisa bertaruh akan keselamatan buah hatinya. Sebuah keberuntungan besar ada yang memiliki aura Petapa Agung di gunung Dieng, tempat tinggal mereka. Dengan aura Petapa Agung, proses pemulihan akan lebih cepat, tentu dia tidak akan melepaskan kesempatan ini.

"Sepertinya waktumu sudah habis," ujar Idaline ketika sekelompok orang muncul dari arah matahari mulai tenggelam.

"Ck. Mereka membawa lebih banyak orang,"

Induk harimau telah membunuh dua dari empat manusia yang mengerubungi anaknya. Dua manusia yang selamat kini datang membawa belasan orang. Ia ceroboh membiarkan mereka mengetahui tempat tinggalnya. Dan ia ceroboh membiarkan manusia-manusia itu tetap hidup. Mata harimau berkilat penuh amarah.

"Mereka pasti percaya diri untuk menangkapmu dan anakmu karena fokusmu terbagi,"

"Tenanglah adik-adik, kami akan menyelamatkan kalian dari hewan buas ini!" teriak salah satu orang.

Orang-orang dewasa dengan berbagai macam senjata berlari semakin mendekat ke arah Idaline yang menunggu jawaban harimau.

"Baik. Aku akan mempercayakan anakku padamu. Pergilah dan jaga dia atau desamu akan aku luluhlantakkan! AUUUM," induk harimau meninggalkan Idaline di sebelah anaknya.

"Aku membutuhkan bunga abadi!" teriak Idaline takut ibu tunggal lupa permintaannya.

Harimau itu berhenti sebentar, menatap Idaline lalu mengangguk meyakinkannya. Tiga orang yang bersembunyi pelan-pelan keluar mendekat ke Idaline.

"Nona, Anda tidak apa-apa?" tanya Ami hendak membantu Idaline berdiri dan membersihkan pakaiannya. Ia tersentak ketika Idaline menghempaskan tangannya dan berdiri sendiri. Hawa dingin berhembus di sekitar mereka dan tatapan membunuh terasa sangat dekat.

"Seperti ini kualitas prajurit 3G?" darah mendesir naik ke wajahnya, memang Idaline yang menyuruh mereka berhenti, namun ia tidak menyangka ketiga orang itu bergeming tanpa melakukan apapun. Bagaimana jika sebenarnya dia sedang diancam dan tidak ada yang berinisiatif menolong? Dan bukankah tugas prajurit adalah melindungi? Idaline benar-benar marah.

"Mohon ampuni kami!" bergegas ketiga orang itu bersujud di kaki Idaline. Punggung mereka gemetar tahu konsekuensi yang akan terjadi telah menyinggung orang besar dari kerajaan yang besar.

Idaline menutup wajahnya, ia sembunyikan alisnya yang mengerut teringat 3G yang lain. "Semoga para pahlawan dari kekejian itu semuanya ditempatkan di tempat yang sepantasnya." Idaline usap wajahnya kembali berekspresi normal. "Bangunlah. Ambilkan kain di tasku."

"Silahkan," secepat kilat Ami memberikan kain pada Idaline.

Dengan hati-hati Idaline bungkus anak harimau sebesar kucing dewasa dengan kain mori katun berwarna putih sama seperti bulu makhluk imut itu. Ketiga orang yang ikut berjongkok di belakang Idaline saling menatap penuh tanya dan khawatir. Tidak lagi sabar, Ami mendorong Noto mendekat ke tamu kehormatan mereka yang kembali berdiri membuat gendongan. Ami tidak ingin lepas dari kungkungan kerajaan, masuk ke mulut harimau.

"Nona, harimau itu akan mengejar kita kalau membawa anaknya seperti ini," pelan Noto bersuara, takut terdengar harimau dan takut menyinggung Idaline.

"Dia ingin aku membawa anak ini. Ayo kita kembali ke desa,"

"Nona benar-benar berdiskusi dengan harimau itu?" ucap Noto tak percaya. "Maafkan saya nona," resah Noto bersimpuh di samping Idaline.

"Bagaimana dengan bunganya?" tanya Cokro ingin memastikan suasana hati Idaline. Suara dan ekspresi Idaline sudah membaik tapi kemarahan belum tentu hilang. Orang marah tidak akan menjawab pertanyaan dan jika sudah hilang amarahnya, dia akan menjawab. Itu yang Cokro ketahui selama mempelajari tentang wanita.

"Dia akan membawanya ke desa," jawab Idaline membuat pria dengan gendongan terbesar menghela napas.

"Tapi desa kita jauh, perjalanannya selama satu setengah hari untuk jalan curam yang paling dekat," timpal Ami memikirkan jauhnya tempat mereka. "Anak harimau ini terkena racun?" tanyanya menyadari.

Noto bergidik ngeri melihat tingkah Ami. "Apa tidak takut?" batinnya. Ami yang dilihat, mengerlingkan matanya ke Noto. Ia mengangguk pelan pada teman satu timnya. Idaline di matanya adalah orang yang cepat berubah suasana hati, memandang alam beberapa detik tersenyum senang, detik selanjutnya tahu-tahu menangis.

"Benar. Induknya sedang mencari obat, dia akan membawanya dua atau tiga hari lagi. Di sini tidak aman karena sepertinya warga sekitar mulai memburu hewan-hewan untuk dijadikan hewan kontrak,"

"Sepertinya begitu, kami melihat banyak darah selama perjalanan. Kukira itu hanya pemburu biasa," ujar Noto masih bersimpuh.

"Padahal kamu berpikir itu adalah darah nona," bisik Ami membantunya bangun.

"Bagaimana cara mentransfer aura?" tanya Idaline pada Cokro.

"Apa? Tasfe? Apaan itu?" Noto memegang dagunya berpikir keras.

"Anda hanya perlu fokus pada satu titik di telapak tangan lalu bayangkan energi besar di sana dan doronglah sekuat tenaga," jawab Cokro, tampak ketenangan di suaranya.

Idaline duduk bersila, meletakkan telapak tangannya di perut harimau putih kecil itu dan memejamkan mata berusaha fokus di tengah keributan suara bertarung. Cokro mengintruksikan dengan tangannya untuk mengelilingi Idaline, menjaganya dari ancaman.

"Wow, Anda cepat sekali mempelajarinya," takjub Noto melihat aura besar keluar dari telapak tangan Idaline, warna ungu yang seharusnya hitam sedikit memudar.

"Ayo," ajak Idaline pergi dari sana.

"Saudara-saudara, mereka membawa anak harimau ini," ucap seseorang di tengah pertarungan.

"Sial. Padahal lebih bagus menjinakkannya sedari kecil,"

"Hei harimau, lihatlah anakmu dibawa mereka,"

"Harimau ini terus menyerang kita dan tidak mempedulikan anaknya?" pria yang menahan serangan harimau tercengang.

"Bukan seperti itu. Sepertinya harimau ini percaya pada anak-anak tadi,"

"Atau jangan-jangan dia sudah melakukan kontrak dengan salah satunya,"

"Jangan berbincang-bincang terus. Lihatlah harimau itu telah mengumpulkan aura yang sangat kuat. Kita harus lari,"

"Kalian berani sekali menyerang anakku!!!" teriak harimau yang terdengar sebagai auman. Ia menghabisi mereka dalam sekali serang.

••••••••••••••••••••

"Saya mengenali beberapa jenis racun. Jika nona mengizinkan, saya akan meramu obat." tawar Ami ketika mereka sampai di penginapan. Mereka menuruni gunung tanpa beristirahat.

"Aku percayakan padamu. Panggillah Cokro kalau kamu keluar," Idaline menempatkan para pria di satu kamar dan Ami di kamarnya. Gadis itu bersikeras menolak, akhirnya Idaline perintahkan barulah mau.

"Baik, nona."

Tangan Idaline yang menyisir rambut terhenti mendengar suara langkah kaki. Ia gelung rambutnya dan duduk dengan tegak. Selama hidupnya baru kali ini dia berhadapan dengan seorang pria di dalam kamar. Ia sedikit gugup.

"Saya Cokro meminta izin menghadap nona,"

Idaline menenggak air tiga kali teguk menetralkan detak jantungnya. "Masuklah," sahutnya setelah beberapa saat.

Cokro memasuki kamar Idaline. Detak jantungnya pun tak karuan. Bukan. Bukan dia jatuh cinta pada pandangan pertama atau semisalnya. Ia tidak percaya ada orang yang bernasib sama sepertinya.

"Berbicaralah yang santai." Idaline menepuk sisi kanan amben.

"Saya mana berani." Cokro memilih duduk di lantai. Dia menyadari mereka sama namun suasana hati perempuan itu cepat berubah. Jika di pandangannya dia bertindak tidak sopan, hidupnya belum tentu selamat.

"Nah Cokro. Siapa namamu? Dari mana kamu berasal? Bagaimana kamu bisa ada di sini?"

Cokro tersenyum. "Saya Cakra, saya dari kota bawang, saya yakin saya sedang tertidur di angkot tapi ketika mendengar suara ibu-ibu yang membangunkan saya, saya malah terbangun di sini sedang berada di kekacauan perang antar desa. Padahal saya hanyalah seorang anak SMA yang baru pulang ekskul,"

"Pasti sulit berada di sini,"

"Awalnya seperti itu, tapi karena saya memikirkan ini sebagai perjalanan wisata, saya menikmatinya. Apalagi semuanya sangat ramah, penuh sopan santun dan ikatan yang begitu kuat. Dan tidak ada yang kelaparan meskipun kita tidak tinggal di rumah yang nyaman,"

"Kamu sangat optimis untuk kembali ya," Idaline menangkap kata wisata, seindah apapun tempat itu, rumah adalah tempat kembali. Behari-hari sampai berbulan-bulan orang bisa menghabiskan waktu di tempat wisata, namun dia tetap akan kembali ke rumahnya.

"Tentu saja. Karena di sini bukan tempatku..saya," koreksi Cokro di akhir kalimat.

Idaline tersenyum senang. Pemikiran adik SMA ini sama dengan pemikirannya. "Baiklah. Aku akan mengabari kalau pintunya telah terbuka,"

"Saya juga akan mengabari Anda jika melihat jalan,"

"Kalau ada yang dapat kubantu, jangan sungkan." Idaline memberikan kertas pada Cokro. Dari pengetahuan barunya tadi, Idaline sedikit mampu menggunakan aura dalam tubuhnya.

"Terima kasih. Kalau begitu, saya undur diri."

Cokro meninggalkan Idaline di kamar bersama anak harimau yang sedang tidur di ranjang. Tak berselang lama, Ami datang mengetuk pintu. "Nona.."

"Masuk," Idaline mulai bosan memberikan izin.

"Saya membawakan obatnya,"

Idaline bangkit dari amben membiarkan Ami leluasa mengobati harimau kecil.

"Kenapa Anda sangat mempercayai saya?" tanya Ami membereskan peralatannya. Suasana mengobati pasien terlalu canggung, biasanya orang akan bertanya ini dan itu. Atau memberontak tidak mempercayai dirinya. Suasana sangat hidup, tidak mencekam seperti sekarang.

"Aku tidak perlu mempercayaimu. Induknya telah melihat wajah kita." Idaline tersenyum kecil.

"Anda memang luar biasa. Di umur Anda, saya baru bisa mengerti beberapa hal tentang ramuan."

"Kehidupan diri sendiri adalah yang terbaik untuk kita jalani. Yang terlihat indah tidak selamanya indah. Untuk menjadi bahagia, kita hanya perlu bersyukur dalam segala keadaan. Dan untuk menjadi luar biasa.." Idaline memberikan cangkir air pada Ami. "..kita harus melampaui diri kita kemarin," sambungnya kembali duduk.

"Apakah Anda menerima murid?" tanya Ami bersimpuh menodongkan cangkirnya pada Idaline.

"Aku masih harus belajar dan melakukan beberapa hal," jawab Idaline menepuk bahu Ami. "Minumlah dengan tenang."

"Jadi Anda tidak menerima murid ya?" Ami menegaskan sekali lagi.

"Tidak perlu menjadi murid untuk belajar. Jika ada orang yang ingin belajar, maka wajib untuk yang bisa mengajarinya. Ada beberapa ilmu yang tidak mutlak, harus dipelajari dari berbagai orang, maka jangan sungkan untuk mendengar nasihat bahkan dari musuh yang sangat kita benci."

"Bagaimana jika dia adalah orang sesat?"

"Asalnya manusia itu suci, maka sesedikit apapun pasti ada kebaikan padanya. Jangan engkau lelah memberi nasihat padanya untuk kembali pada jalan yang benar,"

"Apakah benar-benar mungkin mengembalikan orang yang sudah tersesat jauh?"

"Teruslah berbincang santai dengannya, dari hati ke hati. Kita tidak tahu perkataan mana yang akan masuk membawanya kembali,"

"Berbincang dari hati ke hati?" Ami tidak pernah membayangkan dua pribadi yang saling bermusuhan duduk bersama. Yang ada tiap bertemu pasti keduanya menodongkan senjata. Teman yang dekat pun tidak akan ragu bila saling bertentangan.

"Aku mengantuk," ujar Idaline menggelar klasa, tikar dari daun pandan.

"Nona, Anda yakin ingin tidur di lantai??" Ami bergerak membantu Idaline menggelar klasa dan kain untuk mempertebal alas tidur.

"Harimau itu sedang terluka, biarkan saja tidur di ranjang." kata Idaline menumpuk kain di bagian kepala.

"Kalau begitu saya akan pamit keluar,"

"Kamu tidur saja di sebelahku,"

"Saya mana berani,"

"Tidurlah di sini,"

"Tapi nona.." ragu Ami. Pikirannya jadi melayang, bagaimana kalau ini adalah waktunya hukuman untuk kemarahan tadi sore?

Tiba-tiba Ami ingin menangis. Dia belum menulis surat wasiat.

"Ini perintah,"

"Ka-kalau begitu permisi," Ami berbaring kaku sambil menutup mulutnya meredakan tangis yang keluar.

"Apa dia terharu?" pikir Idaline sebelum terlelap.

••••••••••••••••••••

"Aku lupa kalau tidurku bangga," Idaline tersenyum canggung. Istirahat mereka selama 3 jam telah berakhir dan sedang bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

"Tidak apa-apa, nona."

"Semuanya sudah siap," ucap Noto dari balik pintu.

"Kami juga sudah selesai," Ami keluar membawa barang-barang tersisa dan Idaline menggendong anak harimau yang telah dibedong.

"Apakah harimau belum membaik?" tanya Noto melihat harimau itu belum membuka mata sepanjang perjalanan.

"Masa kritisnya sudah lewat. Tapi untuk membuka mata harus menghilangkan seluruh racunnya. Ini jenis baru yang bisa menyerang aura tubuh. Untuk obatnya aku belum paham," jelas Ami mewakili.

"Kamu mengobatinya!?" Noto bukannya tidak percaya Ami bisa melakukannya, tapi ini mempertaruhkan seluruh desa, ada banyak orang yang lebih mampu.

"Kamu sudah bekerja keras, Ami. Kamu bisa menahan penyebaran racun baru saja sudah luar biasa. Kalau kamu belajar obat-obatan dari racun mungkin kamu dapat menyelesaikannya,"

"Terima kasih atas saran Anda,"

"Benar, Ami. Kamu selama ini terlalu fokus pada berbagai jenis racun, membuat obatnya tidak akan mengurangi kekuatanmu. Daripada kamu hanya bertahan atas racun yang kamu buat sendiri." Cokro mengangguk setuju.

"Kalian.." Noto terguncang melihat kedekatan dua rekannya dengan Idaline. "Kalian tidak takut lagi?"

"Bertahan?" Kali ini Idaline menebaknya bahwa Ami–.

"Saya meminum semua racun yang saya buat sendiri,"

Idaline mangut-mangut atas kecerdasannya sendiri. "Apa kalian benar-benar akan tinggal?" alihnya bertanya pada dua orang yang izin pergi belakangan.

"Kami akan memastikan mereka tidak mengejar. Tidak tahu apakah harimau itu berhasil menundukkan semua orang."

"Baiklah. Kalian langsung saja kembali siang nanti jika tidak ada tanda-tandanya." pesan Idaline tidak meragukan harimau. "Yang memiliki cinta yang besar pasti memiliki kekuatan besar. Jika tidak, rasa cintanyalah yang memberi kekuatan."

"Iya,"

Idaline menaiki kereta kuda. Ia, Ami, dan Noto berangkat terlebih dahulu meninggalkan Cokro dan kusir, Parimin.

"Saya tidak menyangka kusir yang membawa kami adalah sang peringkat nomor 1," ucap Cokro melihat Parimin membuka capingnya.

"Saya ingin melihat hal menarik. Malah ditinggalkan di sini," Parimin yang semula tersenyum merubah ekspresinya jadi sedih.

"Padahal situasi desa kita mungkin sudah sampai pada mereka,"

Raut wajah Parimin berubah serius, ia pandang langit luas dan membalas, "Tidak ada untungnya pergi ke sana saat desa kita baru berdamai."

•••BERSAMBUNG•••

© Al-Fa4 | 04 Juli 2021

Terpopuler

Comments

senja

senja

banyak quotes di bab ini. ..

apalagi kl cinta harusnya punya kekuatan besar kl bukan berarti cintanya itu yg sumber kekuatannya

2022-02-14

0

dong ma

dong ma

mengerlingkan or menggerakkan?

2021-08-07

2

Aluna Achmed

Aluna Achmed

ckckckck masa prajurit gitu

2021-07-20

1

lihat semua
Episodes
1 001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2 002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3 003 - BERTAHANLAH NONA
4 004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6 005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7 006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8 007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9 008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10 009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11 010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12 011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13 012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14 013 - KUALITAS PRAJURIT
15 014 - MENGANGKAT MURID
16 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17 015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19 016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21 017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22 018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23 018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25 019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27 020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29 021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30 022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31 022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33 023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34 024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35 025 - BUNGA YANG MEKAR
36 026 - HAMPARAN RUMPUT
37 027 - KELUAR KERATON
38 028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39 029 - CALON NYONYAKU
40 030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41 031 - PULANG
42 032 - MATA AIR
43 033 - LUPA PADA SEMUANYA
44 034 - TUGAS SEORANG MURID
45 035 - PETI KOSONG
46 036 - PAKAIAN POLOS
47 037 - CANGKANG KEONG
48 038 - JEJAK SIHIR
49 039 - RUMAH PERBUDAKAN
50 040 - KAMU MENGAWASIKU?
51 041 - SEKAR LANGIT
52 042 - CALON SUAMI
53 043 - AKU MENCINTAIMU
54 044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55 045 - MENENANGKAN?!
56 046 - HARUM
57 047 - WETON
58 048 - PENOBATAN
59 049 - INGIN DILIHAT
60 050 - BOHONG
61 051 - PINGITAN
62 052 - UPACARA PERNIKAHAN
63 053 - TITAH
64 054 - SAKIT?
65 055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66 056 - DYAH
67 057 - MELATI
68 058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69 059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70 060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71 061 - HATI
72 062 - KENAPA TIDAK ASING?
73 063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74 064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75 065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76 066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77 067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78 068 - LUKISAN TERBAIK
79 069 - BOLEHKAH..?
80 070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81 071 - KALIGRAFI
82 072 - BUKAN AKU
83 073 - HANYA BISA PASRAH
84 074 - KUMOHON KEMBALILAH
85 075 - JANJI
86 076 - LAPANGAN BUBAT
87 077 - SURAT
88 078 - DIRESTUI
89 079 - ISTIRAHAT
90 080 - HUKUMAN
91 081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92 082 - JADI KENYATAAN
93 083 - PUTRA LAIN
94 084 - KATA MAAF
95 085 - PERTEMUAN
96 086 - TERBEBANI
97 087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98 088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99 089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100 090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101 091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102 092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103 093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104 094 - COKELAT ANDA MELELEH
105 095 - BANTUAN YANG DATANG
106 096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107 097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108 098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109 099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110 100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111 101 - KERIS MPU GANDRING
112 102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113 103 - KERJA KERAS HAYAN
114 104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115 105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116 106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117 107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118 108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119 109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120 110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121 SEASON 2
122 SEASON 2 - INFO
123 GIVEAWAY
124 Curhat
Episodes

Updated 124 Episodes

1
001 - MEMERIKSA ATAU MENYIKSA
2
002 - PUPIL BERWARNA MERAH
3
003 - BERTAHANLAH NONA
4
004 - ISTANA TEMPAT YANG MENGERIKAN
5
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
6
005 - TIDAK SUKA BERSANDIWARA
7
006 - MEMBAWA SIAL KE RUMAH
8
007 - SIHIR DAN KANURAGAN
9
008 - BATU HITAM PENUH WARNA
10
009 - TAMPAK SEPERTI PORSELEN
11
010 - PERDAGANGAN HITAM DAN PUTIH
12
011 - KEMATIAN TIDAK AKAN BISA DIHINDARI
13
012 - DUNIA SUDAH BERKEMBANG
14
013 - KUALITAS PRAJURIT
15
014 - MENGANGKAT MURID
16
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (1)
17
015 - MAHAPATIH MENCARI ANDA (2)
18
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (1)
19
016 - PERINTAH KANJENG GUSTI PANGERAN (2)
20
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (1)
21
017 - KALIAN AKAN MENIKAH (2)
22
018 - LAPORKAN SEMUANYA (1)
23
018 - LAPORKAN SEMUANYA (2)
24
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (1)
25
019 - SIMULASI PERNIKAHAN (2)
26
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (1)
27
020 - SURAT PEMBATAL PERTUNANGAN (2)
28
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (1)
29
021 - SEMUA SUDAH BERLALU (2)
30
022 - BERLIBURLAH DAHULU (1)
31
022 - BERLIBURLAH DAHULU (2)
32
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (1)
33
023 - KESEJAHTERAAN DAN PETUNJUK (2)
34
024 - KAKAK SANGAT KEJAM
35
025 - BUNGA YANG MEKAR
36
026 - HAMPARAN RUMPUT
37
027 - KELUAR KERATON
38
028 - JANGAN MEMAKSAKAN DIRI
39
029 - CALON NYONYAKU
40
030 - MEMBERIKAN KEMULIAAN
41
031 - PULANG
42
032 - MATA AIR
43
033 - LUPA PADA SEMUANYA
44
034 - TUGAS SEORANG MURID
45
035 - PETI KOSONG
46
036 - PAKAIAN POLOS
47
037 - CANGKANG KEONG
48
038 - JEJAK SIHIR
49
039 - RUMAH PERBUDAKAN
50
040 - KAMU MENGAWASIKU?
51
041 - SEKAR LANGIT
52
042 - CALON SUAMI
53
043 - AKU MENCINTAIMU
54
044 - MENDAPAT PENGAJARAN
55
045 - MENENANGKAN?!
56
046 - HARUM
57
047 - WETON
58
048 - PENOBATAN
59
049 - INGIN DILIHAT
60
050 - BOHONG
61
051 - PINGITAN
62
052 - UPACARA PERNIKAHAN
63
053 - TITAH
64
054 - SAKIT?
65
055 - PEREMPUAN PILIHANNYA
66
056 - DYAH
67
057 - MELATI
68
058 - AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI
69
059 - KENAPA SEMUA JADI RUMIT BEGINI?
70
060 - AKU TIDAK AKAN MENCERAIKANMU
71
061 - HATI
72
062 - KENAPA TIDAK ASING?
73
063 - HARUSNYA ITU ADALAH MILIKNYA
74
064 - SEDANG MENCARI WANITA LAIN
75
065 - KENAPA TIDAK BUNUH AKU SAJA?
76
066 - BERSAMA MAHARAJA JUGA MAHAPATIH
77
067 - SAMPAI WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN
78
068 - LUKISAN TERBAIK
79
069 - BOLEHKAH..?
80
070 - APA AKU BUKAN SUAMIMU?
81
071 - KALIGRAFI
82
072 - BUKAN AKU
83
073 - HANYA BISA PASRAH
84
074 - KUMOHON KEMBALILAH
85
075 - JANJI
86
076 - LAPANGAN BUBAT
87
077 - SURAT
88
078 - DIRESTUI
89
079 - ISTIRAHAT
90
080 - HUKUMAN
91
081 - BERTINDAK SESUKA HATI
92
082 - JADI KENYATAAN
93
083 - PUTRA LAIN
94
084 - KATA MAAF
95
085 - PERTEMUAN
96
086 - TERBEBANI
97
087 - MEMINTA IZIN BUKAN MENGAJAK
98
088 - KUBERI SATU KESEMPATAN
99
089 - INI SUDAH WAKTUNYA
100
090 - DIA TIDAK MUNGKIN MEMBENCI BAGIAN DARI IDALINE
101
091 - KEBAHAGIAANKU ADALAH MEMILIKIMU
102
092 - BINTANG DI LANGIT YANG CERAH
103
093 - BERGERAK MEMBENTUK GELOMBANG
104
094 - COKELAT ANDA MELELEH
105
095 - BANTUAN YANG DATANG
106
096 - KESEMPATAN SEKALIGUS HUKUMAN
107
097 - SESUAI INTRUKSI MAHARAJA
108
098 - KEHAMILAN ADALAH ANUGERAH
109
099 - MEMECAHKAN DUA-DUANYA
110
100 - TIDAK MAU TERJADI SESUATU YANG GAWAT
111
101 - KERIS MPU GANDRING
112
102 - AKU AKAN BEKERJA KERAS SAMPAI KAMU MENCINTAIKU
113
103 - KERJA KERAS HAYAN
114
104 - IKATAN YANG TERPUTUS DALAM JIWANYA
115
105 - KETURUNAN TUNGGUL AMETUNG
116
106 - ANGIN YANG BERHEMBUS KENCANG
117
107 - GENANGAN DARAH DI TANAH
118
108 - LAPISAN PELINDUNG YANG SANGAT TEBAL
119
109 - MAHARANI SUDAH SEMBUH
120
110 - SURAT UNTUK IBUNDA
121
SEASON 2
122
SEASON 2 - INFO
123
GIVEAWAY
124
Curhat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!