Keesokan harinya Evan berpamitan lagi kepada Ririn, namun ia tidak memberitahu kepada Ririn kemana ia akan pergi.
Beberapa saat kemudian, Evan sampai di Toko Lelang untuk menjual Pil Obat yang ia buat semalam.
"Apa? 200 butir pil tingkat Tiga Level Sempurna?" si Pemilik Toko Lelang seketika terkejut saat Evan mengatakan ingin menjual Pil Obat hasil buatannya.
"Jangan terkejut, ini hanyalah sebuah Pil Obat saja!" kata Evan mencoba menenangkan si Pemilik Toko Lelang.
"Maaf Tuan, Saya tadi lepas kendali, soalnya di Kota ini belum pernah ada orang yang bisa membuat Pil Obat tingkat Tiga, apa lagi tingkat Tiga level Sempurna!" kata si Pemilik Toko Lelang.
"Hanya Tingkat Tiga Level Sempurna saja, diluar sana ada banyak orang yang bahkan bisa membuat Pil Obat tingkat empat!" kata Evan merendah.
"Baiklah, kita fokus dengan apa yang aku katakan tadi. Bagaimana, apakah Toko Lelang kalian bisa melelang Pil milikku ini?" tanya Evan.
"Tentu saja, Toko Lelang kami bisa melelang Pil Obat milik Tuan, tetapi peraturan masih sama seperti sebelumnya, yaitu Tuan harus menunggu selama tiga hari sebelum pelelangannya dimulai!" kata si Pemilik Toko Lelang.
"Aku mengerti!"
"Oh yah..., kalau boleh tau, Pil Obat jenis apa yang ingin Tuan Lelang?"
"Seratus Butir Pil Penambah Aura dan seratus Pil Pembersih Jiwa dan Raga!" jawab Evan.
Setelah itu, kemudian Evan pun langsung pergi meninggalkan Toko Lelang dan kembali ke Penginapan untuk mengajak Wolf pergi ke salah satu cabang Serikat Prajurit Bayaran yang ada di Kota Yanzi.
Di sana Evan dan Wolf mendaftarkan Kelompok Pasukan Serigala mereka untuk menjadi Prajurit Bayaran.
Setelah Evan dan Wolf mendaftarkan Pasukan Serigala mereka sebagai Prajurit Bayaran, Evan pun mendapatkan sebuah Token Prajurit Bayaran Serigala.
Setelah itu, kemudian Evan dan Wolf pun langsung kembali ke Penginapan.
Baru saja sampai di Penginapan, Evan langsung menemui Ririn yang berada di Halaman Penginapan.
"Kamu sedang apa disini?" sapa Evan yang baru saja datang dan menghampiri Ririn.
melihat ririn yang berada ditaman penginapan
Namun seperti biasanya, Ririn hanya mengabaikan dan sama sekali tidak menjawab sapaan dari Evan.
"Apakah kamu sedang menungguku?" tanya Evan tidak ingin menyerah.
"Tidak" jawab Ririn dengan singkat dan acuh tak acuh.
"Kenapa tidak?" tanya Evan sekali lagi.
"Karena kau akan kembali!"
"kenapa kamu sangat yakin kalau aku akan kembali?"
"Karena aku menunggumu!"
"Aaah?? Bukankah tadi katanya kamu tidak sedang menungguku? Sekarang mengapa jadi menungguku?" ujar Evan menjebak Ririn.
Mendengar perkataan Evan yang sedang menjebaknya, seketika membuat Ririn menjadi kesal dan langsung pergi meninggalkan Evan.
Melihat Ririn yang tiba-tiba pergi meninggalkannya, Evan pun mencoba mengikutinya.
"Ririn, tunggu aku!" Evan berjalan cepat mengejar Ririn.
Wolf yang baru saja sampai di sana, seketika merasa terkejut saat Ririn berjalan melewatinya sambil melirik tajam ke arahnya.
"Hmmm?? kenapa Dia melirik ku dengan tatapan seperti itu?, aku baru saja sampai!" batin Wolf dalam hatinya.
Disisi lain, Evan terus mengejar Ririn, hingga kemudian Ririn sampai dan masuk ke dalam kamarnya.
Disaat Evan ingin masuk, tiba-tiba Ririn menutup pintu kamar dan membekukannya, agar membuat Evan tidak dapat membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya.
"Aih, Ngambek!" gumam Evan yang saat ini berada di depan pintu kamar Ririn.
"Ririn? buka pintunya, aku ingin masuk, bolehkan? Aku ingin meminta maaf padamu!" kata Evan memohon untuk dibukakan pintu oleh Ririn.
Namun sama sekali tidak ada respon dari dalam kamar. Ririn yang kesal tidak ingin berbicara dengan Evan, apalagi membukakan pintu untuk Evan.
Walau Evan telah membujuk Ririn dengan berbagai macam bujukan, namun Ririn tetap diam dan mengabaikan dirinya.
Hingga pada saat Evan mengatakan ingin memberikan hadiah, barulah Ririn langsung membuka pintu kamarnya.
"Aku memiliki hadiah untukmu!"
"kreek..." seketika pintu pun langsung terbuka untuk Evan.
"Mana?" Ririn mengulurkan tangannya kepada Evan.
Namun Evan yang hanya mengelabui Ririn agar membuka pintu, kini benar-benar dibuat gelagapan saat Ririn benar-benar menanyakan hadiahnya.
"Itu..., sebenarnya Aku belum memiliki hadiah untuk diberikan kepadamu. Tetapi aku berjanji akan membawakan hadiah untukmu. Sekarang bisakah kamu jangan marah?"
Mendengar itu, Ririn menjadi semakin kesal terhadap Evan. Ririn yang merasa sangat kesal melempar Evan dengan kekuatan gelombang Es miliknya.
Evan terlempar dan jatuh ke halaman depan kamar Ririn. Sedangkan Ririn sendiri langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya kembali.
Sementara itu disisi lain, tampak Evan yang terluka akibat terkena serangan Gelombang Es milik Ririn.
"Auuuww..... sakit sekali.... Ughh...." Evan bangkit berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu dengan langkah kaki yang terpincang-pincang.
Akan tetapi Evan tidak hanya mengalami luka luar saja, namun Evan juga mengalami luka dalam yang cukup serius pada tubuhnya.
Wolf yang melihat kejadian tersebut segera datang untuk membantu Evan berdiri dan berjalan.
"Kakak Besar, apakah aku perlu mengantar kamu ke kamar?" tanya Wolf merasa sangat khawatir.
"Yah, terima kasih!" ucap Evan.
Kemudian Wolf pun mengantarkan Evan ke kamar. Namun setelah sampai kamar, Evan bukannya beristirahat untuk memulihkan luka, tetapi Evan malah ingin membuat Pil Obat memenuhi janjinya kepada Ririn.
Tak hanya untuk memenuhi janjinya saja, tetapi sekaligus untuk permintaan maafnya kepada Ririn.
"Wolf, kamu pergilah, Aku ingin membuat Pil" ucap Evan dengan nada lemah.
"Baik Kakak Besar!"
Kemudian Wolf keluar dari kamar tersebut dan menutup pintu dengan perlahan.
Namun karena khawatir akan terjadi sesuatu kepada Evan, Wolf memutuskan untuk berjaga dan didepan pintu kamar.
Sementara itu dalam kamar, tampak Evan yang sedang berbicara dengan Para Elemen yang ada di dalam tubuhnya.
"Kakak Elemen, apakah kalian ada yang memiliki resep Pil atau Ramuan yang bagus untuk wanita?" tanya Evan.
"Tentu saja ada, tetapi, apakah kamu ingin membuat Pil untuk kamu berikan kepada gadis kecil mu?" tanya Racun merasa kurang senang.
"Yah..., aku ingin memberikan hadiah untuk Ririn!" jawab Evan.
Mendengar itu, Elemen Racun ingin sekali memarahi Evan dan melarangnya untuk melakukan itu. Namun disaat Elemen Racun ingin berkata, dengan segera Elemen Petir menahan Elemen Racun.
Disaat Elemen Racun melihat ke arah Elemen Petir yang sedang menahannya, Elemen Petir hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Tentu saja kami memilikinya. Dan nama Pil ini adalah Pil Dewi Kecantikan. Tetapi Pil ini adalah Pil Obat Tingkat 5 yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sekarang kamu sedang terluka, aku sarankan sebaiknya kamu jangan memaksakan diri untuk membuat Pil ini. Karena jika kamu memaksakan diri, takutnya luka ditubuhmu akan bertambah parah!" kata Elemen Petir mengingatkan Evan.
Namun Evan yang keras kepala tidak menghiraukan perkataan Elemen Petir, ia tetap ingin membuat Pil tersebut untuk diberikan kepada Ririn sebagai permintaan maaf.
"Maaf Kakak Petir, aku tetap akan membuat Pil itu, kumohon berikan aku resep Pil nya!"
"Haaiiss...., orang jika sudah jatuh cinta memang sulit untuk diberitahu. Dasar Keras Kepala!" kata Elemen Racun menyela Evan.
Mendengar itu, Evan hanya tertawa dan tersenyum cengengesan.
"Ya sudah, ini resepnya, jangan terlalu memaksakan diri jika tidak sanggup" kata Elemen Api memberikan resep Pil tersebut.
Kemudian Evan pun membuat Pil Obat tersebut walau dengan tubuh yang sedang terluka parah.
Saat Proses pembuatan, sesekali Evan terbatuk hingga mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
...----------------...
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 496 Episodes
Comments
Must Mbong
ajarin dong
2023-12-27
1
MATADEWA
Berikutnya....
2023-07-06
0
Usnin
maklum jiwa anak remaja pasti menggenu2
2023-05-28
0