Insiden keselek berjamaah karena anak monyet bikin Nala jadi gak enak hati setelah itu. Dia jadi gak konsen buat makan. Beberapa kali dia jatuhin sendok yang bunyinya berdenting keras.
"Nala, santai aja ya." Sean beranjak, membantu Nala membereskan sendok dan garpu yang kembali jatuh untuk kesekian kali.
Sean dari seberang loh, perhatiannya bikin Nala jadi ngerasa spesial. Gimana gak ngerasa gitu? Tristan yang di sebelahnya aja gak peduli sama dia. Dia malah asyik ngobrol sama kakek ngebahas masalah perusahaan.
Sekarang Sean malah duduk di samping Nala, jadi posisinya Nala lagi diapit dua laki-laki ganteng. Tristan yang tersadar, langsung menatap tajam Sean. Sean tidak peduli, dia melanjutkan acara makan sambil sesekali mengambilkan beberapa lauk untuk dicoba Nala.
"Udah, Nala udah kenyang." Nala terkekeh.
"Rugi loh, gak dicobain. Kakek itu punya personal chef di rumah ini dan makanan yang tersaji malam ini istimewa karena menyambut lo."
"Iya, tapi Nala gak biasa makan makanan orang kaya." kata Nala sambil sedikit berbisik agar tidak didengar yang lain.
"Mulai hari ini lo harus terbiasa, kan lo bakal jadi cucu mantunya Kakek." Sean terkekeh lagi.
"Nala lebih suka makan cah kangkung."
"Kenapa?"
"Biar cepat tidur, makan kangkung bikkn Nala cepat ngantuk."
Sean tertawa keras mendengarnya membuat semua orang menoleh. Kakek juga menghentikan keasyikannya membahas masalah perusahaan bersama Tristan.
"Apanya yang lucu, Sean?" tanya Kakek penasaran.
"Kakek, selama ini susah tidur kan?" Sean balik tanya. Ia tahu selama ini kakek memang suka mengkonsumsi obat tidur.
"Terus?"
"Kakek harus banyak makan kangkung."
"Kata siapa?"
"Kata Nala." Sean kembali tertawa. Nala cuma bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah malu bersemu merah.
"Boleh juga, nanti Kakek coba tiap hari makan kangkung. Nala, gimana? Suka makanan malam ini?"
"Iya, Kek. Nala suka, makasih ya."
Suara Nala yang selembut salju itu bikin hati Sean adem. Tristan kembali menatap keduanya tidak suka. Ia ingin secepatnya pulang dan membawa Nala kembali.
Tristan memotong steaknya lalu menyodorkannya di depan mulut Nala
"Cobain." katanya lebih kayak pemaksaan. Nala mau menggeleng tapi Tristan sudah melotot mengisyaratkan agar Nala menurut. Akhirnya Nala membuka mulut dan perhatian gadis itu kini selebihnya milik Tristan. "Enak, Sayang?" tanya Tristan sengaja digede-gedein.
"Iya, makasih ya Tristan."
Semua yang ada di ruangan itu terlihat senang. Sean hanya tersenyum kecil melihat pemandangan itu.
Acara makan malam itu berakhir tepat pukul sembilan malam. Masih banyak keluarga yang berkumpul tapi Tristan mengajak Nala pulang.
"Kek, kami pamit ya. Besok aku akan ajak Nala untuk cobain baju pengantin."
"Oke Tristan, Kakek juga akan menunggu kamu di sini besok. Ada yang mau Kakek berikan."
Mendengar itu, Tristan jadi tersenyum puas. Ia yakin, bisa meraih hati Kakek yang selama ini selalu diberikan kepada Sean sebagai cucu kebanggaan karena dari kecil selalu jadi juara, kuliah di tempat yang Kakek mau, pokoknya cucu idaman Abimanyu.
Berbeda dengan Tristan yang walaupun sama pintar tapi tidak pernah menjadi perhatian utama sang kakek. Walau Tristan seribu kali lebih pintar dari Sean, tapi kebanggaan kakek tetap hanya seorang Sean. Hanya karena Tristan dulu murid nakal, playboy dan tidak mau kuliah di tempat yang sudah kakek tentukan. Kakek memang gak pernah membandingkan Tristan dan Sean secara langsung tapi ia tahu, di mata kakek Sean jelas di atas Tristan.
"Lo gue anterin pulang ya La." kata Tristan setelah mereka di mobil.
"Iya."
"Lo gak papa kan La?"
"Ah enggak kok, emang Nala kelihatan kenapa-kenapa ya?"
"Enggak, lo pasti tadi gak begitu nyaman ya."
"Kan ada Sean, tadi dia temenin Nala ngobrol. Tristan, Sean baik ya. Ehmmmmm Sean itu seumuran ya sama Tristan? Sean tinggal di rumah sendiri juga ya kayak Tristan?"
Tristan menghentikan mobilnya, ia menepi di pinggir jalan.
"Buat apa lo tanya-tanya tentang dia?" tanya Tristan tajam.
"Enggak ... Nala cuma ..."
"Stop bertanya tentang dia, La. Gue gak suka. Jangan puji dia di depan gue juga!"
"Nala cuma ngomong apa yang Nala lihat."
"Ya udah lo tanya aja sana orangnya langsung!" bentak Tristan tiba-tiba. Suaranya nyaring, membuat Nala tersentak. Nala segera melengos. Dia gak suka dibentak.
"Anterin Nala pulang sekarang." ujar Nala pelan.
Tristan meremas rambutnya, dia kelepasan membentak Nala. Tapi gengsi mau minta maaf.
Selama perjalanan berlanjut, baik Nala maupun Tristan gak ada yang ngomong. Keduanya mendadak bisu.
Setelah sampai di depan gang, Nala segera turun dan setengah berlari meninggalkan Tristan. Awalnya Tristan membiarkan Nala pergi tapi kemudian dia menyusul. Langkahnya panjang menyusul Nala yang belum terlalu jauh. Ia segera meraih jemari Nala, Nala berusaha memberontak tapi genggaman Tristan semakin menguat membuat Nala pasrah Tristan menuntunnya sampai ke depan rumah.
"Makasih, Nala masuk."
Nala segera melepaskan pegangan tangan Tristan.
"Besok gue jemput jam sebelas." Nala tidak menjawab dan memilih segera masuk ke dalam rumahnya yang gelap gulita.
Langkah kaki Tristan terdengar menjauh, Nala menghembuskan nafas lega. Ia membuka pintu kamar dan menganga ketika melihat kelambunya sudah pada robek dan bolong di sana sini. Beben? Udah nyungsep ke dalam tong sampah mini punya Nala dengan posisi kepala di bawah.
"Beben?!" Nala mau nangis, Beben kayaknya bakal pingsan seminggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
knp ngg disuruh tunggu diluar Beben ny.biar nyari sendiri
2024-09-07
0
Rindayu
kasian beben, kelaparan
2022-05-18
0
Echa Angelia Putri
sejauh ini,, klo lihat sifat Tristan yg bgitu.. rasa'nya pngen kasih semangat buat Sean "Rebut aja du Sean... rebuuttt Nala dr Tristan"
2021-12-13
0