Masih saling tatap-tatapan, baik Tristan maupun Nala belum ada yang buka suara. Beben yang lagi makan pisang kebetulan ke dapur pengen minum air keran, jadi urung waktu lihat dua orang lagi saling menatap. Gak ada yang ngomong. Beben jadi kesal lihat keduanya. Anak monyet pake pempers itu naik terus berdiri di tengah-tengah meja dan tanpa diduga pisangnya yang tinggal setengah dia cocol ke mukanya Tristan.
Nala dan Tristan jadi sadar, Tristan udah sibuk membersihkan mukanya yang genteng karena sekarang nempel sisa-sisa pisang. Beben segera lari ngacir keluar menuju pohon durian dan gak sengaja kepalanya kepentok buah durian. Mau bocor kepala Beben rasanya habis itu. Sementara Tristan sudah pengen nampol Beben karena keki setengah mati sama anak monyet itu.
"Udah! Beben udah naik ke pohon! Tristan balik lagi ke sini! Katanya mau bikin kesepakatan."
Balik lagi Tristan akhirnya dengan rasa kesal yang semakin menjadi. Dia bakal musuhan sama Beben setelah ini kayaknya.
"Pelihara hewan tuh kayak kucing, La! Ini monyet durhaka!" omel Tristan.
"Masih durhaka kamu!" balas Nala.
"Kok gue? Monyet lo tuh kelewatan."
"Kamu lebih kelewatan, demi harta kamu rela kayak gini."
Tristan menarik nafas panjang. Semua orang tahu Tristan, semua orang tahu betapa ambisius seorang Tristan. Tapi, orang gak pernah tahu apa yang sudah terjadi di masa lalu, hingga akhirnya Tristan dendam dan menjadi sosok yang ambisius seperti ini.
"Terserah. Gue gak peduli lo mau nganggep gue gimana. Yang jelas, gue gak mau harta dan jabatan yang sekarang gue dudukin, akhirnya jatuh ke tangan Sean."
"Sean?"
"Lo gak perlu tahu dia siapa. Setelah kita menikah, lo akan tahu dia. Lo akan bertemu dia. Gue cuma mau lo bantu gue, Nala. Karena cuma lo yang bisa, karena kakek mau gue menikah sama lo."
Nala semakin gak ngerti dengan apa yang Tristan bicarakan. Tapi mau seribu kali pun Nala bertanya, yang jelas dan pasti hanya satu bahwa kakek Abi ingin menunaikan amanah dari kakeknya dan satu-satunya cara adalah menjadikan Nala sebagai cucu menantu di dalam keluarga mereka.
"Oke, sekarang coba Tristan bilang apa kesepakatan itu? Apa akan menguntungkan Nala dan kamu?"
"Jelas dong. Makanya lo gak akan menyesal menikah sama gue."
Nala mendengarkan dengan seksama rencana dari Tristan. Keduanya sudah terlibat pembicaraan serius.
"Hanya satu tahun?"
Tristan mengangguk. "Hanya satu tahun, setelah gue resmi menjadi pemimpin tertinggi perusahaan dan punya semuanya. Setelah itu, lo boleh pergi, Nala. Dan selama kita menikah, kita akan tinggal di kamar terpisah. Gue gak akan menyentuh lo. Kita hanya pura-pura mesra waktu ada keluarga besar gue, apalagi pas ada Kakek. Lo bebas mau dekat dengan siapapun, setiap bulan, lo bakal dapat uang saku dari gue. Lo bakal punya semua fasilitas mewah. Dan perlu lo tahu, gue udah punya pacar dan setelah kita pisah nanti, kami akan segera menikah."
Setelah panjang kali lebar kali rendah kali tinggi, Nala akhirnya bisa mengerti apa yang sudah Tristan sampaikan.
"Tristan sebenarnya, Nala gak suka semua ini. Pernikahan sesuatu hal yang sakral, ada Tuhan yang kita libatkan di dalamnya. Tapi, kalau memang hanya Nala yang bisa membantu kamu, ya udah lah. Lagipula, Nala juga ingin menghormati Kakek kita."
"Jadi, lo setuju kan?"
Nala mengangguk akhirnya. Tristan memandang puas Nala.
"Tapi, kamu bisa pegang kata-kata kamu kan? Nala bebas dekat dengan siapa aja? juga pernikahan ini gak akan lebih dari setahun?"
Tristan mengangguk. Melihat Tristan yang begitu yakin akhirnya Nala setuju karena memang gak punya pilihan lain. Dia juga udah capek dikejar-kejar Tristan. Lelaki itu tidak akan berhenti membuatnya menyerah apalagi dia punya foto mesum mereka berdua.
Teringat foto, Nala menggigit bibirnya sendiri. Dia jadi penasaran karena semalam hanya sekilas melihat foto yang diambil paksa itu.
"Tristan. Foto semalam?"
"Oh itu, ada, masih gue simpan. Lo keren lho di dalam foto itu. Kita kayak bintang film bokep."
Mendengar itu, Nala jadi malu sendiri, malu juga ada perasaan kesal.
"Lo mau lihat?"
Nala mengangguk ragu.
Tristan mengeluarkan ponsel mahalnya lalu sibuk mengotak atik galeri dan kemudian memperlihatkan sebuah foto yang langsung membuat Nala jadi gak karuan. Dua benda padatnya terlihat begitu nyata, juga bibir mereka yang sedang menempel satu sama lain.
"Hapus aja!"
"Foto ini bakal gue hapus setelah pernikahan kita berakhir. Ini jadi senjata gue biar lo gak macem-macem."
Nala terduduk lemas, punggungnya bersandar di kursi makan dengan mata yang masih memandang Tristan.
"Nala gak selicik kamu, Tristan. Nala bantuin kamu dan gak akan ingkari itu."
"Tetap aja gue gak percaya. Lo tenang aja, foto ini akan aman selama lo nurut semua kata-kata gue."
"Kamu emang gak punya perasaan." ujar Nala lirih tapi tajam.
Tristan hanya tersenyum penuh misteri. Membiarkan Nala akan tetap berpikiran seperti itu.
"Jadi, kapan lo siap ketemu Kakek lagi?" tuntut Tristan.
"Terserah kamu, tapi jangan hari ini."
"Katanya terserah gue!"
"Jangan hari ini, Nala ada job nyanyi soalnya."
"Pake baju kayak semalem lagi?" tanya Tristan sewot. Nala mengangguk kemudian beranjak dan sibuk berkutat di dapur. Nala kayaknya mau masak ikan Nila pedas manis juga cah kangkung.
"Kamu udah makan?" tanya Nala tanpa menoleh.
"Belom."
"Ya udah, Nala masak dulu, kamu bisa tunggu sambil cuci piring."
Tristan membulatkan matanya. Cuci piring? Tristan apa-apa semuanya serba siap ini malah diminta cuci piring.
"Kenapa nyuruh gue cuci piring?" tanya Tristan gak terima.
"Anggap aja itu upah aku bantuin kamu nanti." sahut Nala santai.
Mau gak mau Tristan akhirnya menggulung kemeja lalu mulai sibuk dengan spons dan busa sabun. Nala sendiri lagi masak dan baunya sudah harum bikin cacing dalam perut Tristan dan Beben pada dangdutan.
Diam-diam Tristan mandangin Nala, meski memakai dress rumahan tapi tubuh Nala membentuk dress itu mengikuti garis tubuhnya sendiri. Tristan jadi menelan ludahnya sendiri.
"Kenapa lihat-lihat? Awas, nanti jatuh cinta." kata Nala tanpa menoleh tapi ia sadar sedang diperhatikan. Tristan jadi gelagapan terus gak sengaja jatohin piring sampai pecah.
"Sialan, sampe pecah gini!" desis Tristan kebingungan lalu meraih sebuah plastik kotor dan mulai memungut pecahan kaca itu. Gak sengaja, tangannya malah tertusuk kaca. Darah segar mengalir, Nala yang baru kembali setelah selesai menata makanan di atas meja makan langsung menghampiri Tristan.
Dengan sigap ia meraih telunjuk Tristan dan menghisapnya perlahan. Alamak, Tristan merasakan pedang jepangnya mulai berdesing-desing mau ngajak lobang semut Nala buat perang. Itu baru hisapan di jari gimana kalo di tempat lain yang udah tegak berdiri dan membesar beberapa senti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
ada yang tegak tp bkn keadilan
2024-09-06
0
Raufaya Raisa Putri
lah...blm nikah sm nala aj udah nyosor...gmn udah nikah.ngg yakin bisa nahan ini mh
2024-09-06
0
Asngadah Baruharjo
Nemu kata 2 baru🤣🤣🤣🤣
2023-08-16
0