Jam tujuh tepat, Nala akhirnya selesai berhias. Dia memakai make up yang ada di dalam tasnya. Riasannya natural, rambutnya dibiarkan tergerai. Gaun yang Tristan siapkan pas di tubuhnya. Berwarna peach cerah.
"Tristan?" Nala manggil-manggil Tristan sekeluarnya dia dari kamar lelaki itu.
"Udah?" Suara Tristan dari arah belakang mengagetkan. Keduanya saling berpandangan. Tristan tersenyum kecil, dia memang sudah beberapa kali lihat Nala berdandan ketika memakai kostum kerjanya sebagai biduan, tapi jelas gaun yang dia siapkan buat Nala hari ini adalah barang mahal yang membuatnya jadi lebih berbeda.
"Kenapa? Jelek ya?" tanya Nala salah tingkah karena dipandangi begitu intens oleh Tristan. Tristan segera menggeleng lalu memberikan lengannya untuk digamit Nala.
"Lo cantik. Yuk, kita udah ditungguin."
Nala meletakkan lengannya sendiri menyatu bersama Tristan dengan sedikit gemetar. Baru kali ini dia sebegitu dekat dengan pria. Seolah ini adalah sebuah kenyataan, terlalu manis jika hanya untuk pura-pura.
"Lo gugup?" tanya Tristan ketika mereka sudah di dalam lift. Nala mengangguk.
"Nala, ngerasa gak pantas aja, malu juga. Walaupun kita cuma pura-pura tetap aja Nala malu."
Tristan tersenyum kecil. Nala ini apa adanya sekali. Mungkin apa yang ada dipikirannya, akan dia jabarkan sejujur mungkin. Terlalu polos.
"Gak papa, keluarga gue baik-baik kok. Lo bakal banyak ketemu orang malam ini."
Makin gugup Nala jadinya. Bik Ina dan pelayan lain melepas Nala dan Tristan dengan penuh kekaguman.
Sepanjang perjalanan menuju rumah keluarga besarnya, Tristan dan Nala jadi banyak diam. Diam-diam pula Tristan melirik Nala yang nampak cantik sekali malam ini.
Ponsel Tristan berdering lagi. Ratu lagi.
"Sayang, kamu gak ke apartemen aku?" Suara manja kekasihnya sekarang terdengar biasa dan tidak lagi terlalu menggairahkan di telinga Tristan. Dia pun heran.
"Enggak, malam ini ada acara makan malam satu keluarga besar aku."
"Kamu gak ajak aku?" tanya Ratu kesal.
"Sorry, Sayang. Ini cuma acara keluarga."
Terdengar Ratu mematikan sambungan telepon dengan sebal. Tristan menarik nafas panjang. Nala hanya melirik sekilas. Sedari tadi, Nala menunduk.
Mereka sampai di gerbang tinggi dan kemudian disajikan pemandangan jalan aspal menuju rumah megah yang berdiri dengan gagah. Sudah ada beberapa mobil mewah terparkir, bersamaan dengan itu satu mobil sport sama mewahnya dengan punya Tristan berhenti di samping mereka.
Seorang lelaki tampan memakai kemeja berwarna navy keluar. Tristan keluar dari mobil pula.
"Dateng lo?" Lelaki itu tertawa sinis memandang Tristan.
"Kenapa? Lo gak suka?" tantang Tristan.
"Enggak, cuma heran aja. Selama ini, lo mana pernah hadir kalo di rumah Kakek ada acara."
"Bacot lo." desis Tristan lalu ia membuka pintu dan Nala keluar dari sana.
Sean terpaku, menatap sosok sederhana dan cantik jelita itu tanpa berkedip. Nala hanya menunduk, merasa malu sekali saat ini.
"Hai, gue Sean." Sean menyodorkan jemarinya. Nala mengangkat wajahnya, ia memberi senyum lalu menjabat tangan Sean yang begitu hangat.
"Nala."
Sean mengangguk.
"Gue ke dalem dulu ya." Nala mengangguk juga.
Tristan menatap jengah Sean yang sedari kecil selalu menjadi saingannya.
"Itu sepupu yang kata Tristan kemarin?" tanya Nala hati-hati.
Tristan mengangguk, mereka menyusul Sean yang sudah lebih dulu masuk.
"Dia kayaknya orang baik." ujar Nala sambil tersenyum.
"Lo juga mau jadi orang kesekian yang bilang Sean lebih baik dari gue?" tanya Tristan ketus dan sinis. Nala jadi menutup mulutnya, sepertinya dia salah bicara.
"Maafin Nala."
Tristan diam tapi kemudian menggandeng jemari Nala, membawanya ke sebuah ruangan dimana semua keluarga sedang berkumpul.
"Nala." Kakek Abimanyu berbinar melihat kedatangan Tristan dan Nala. Nala seperti biasa akan mencium punggung tangan kakek dengan penuh hormat.
"Tristan, semuanya oke?" tanya kakek penuh arti. Tristan mengangguk mantap..
"Kami udah setuju akan segera menikah, Kek."
Kata-kata Tristan membuat semua yang ada di dalam menyambut dengan beragam ekspresi. Ada yang terkejut, ada yang gembira kayak mama papanya Tristan, ada yang biasa aja dan lebih menganggap makanan yang terhidang lebih menarik daripada berita itu. Sean tampak melihat Nala dengan lekat dari seberang.
"Bagus, itu yang Kakek mau."
Pembicaraan itu berlanjut menjadi lebih serius. Nala hanya mendengar dan sibuk mengangguk bila ada yang bertanya. Dia benar-benar gak percaya diri berada di antara banyaknya orang kaya kayak sekarang ini. Berasa upik abu banget Nala.
"Nala selama ini kerja?" tanya mamanya Tristan.
"Iya, Tante."
"Kerja apa?" imbuh mamanya Sean.
"Nala penyanyi, Tante."
Semua yang ada disana ber oh ria.
"Wah, keren dong. Pasti bakal ngeluarin album ya?"
"Ah enggak kok, Nala cuma biduan kampung nyanyi acara kawinan doang."
Mereka saling pandang walaupun udah mulai sesak nafas.
"Terus gajinya gimana?"
"Nala dibayar pas manggung aja terus biasanya disawer juga. Banyak banget uang Nala kalo ada yang nyawer."
Udah mulai bengek semua yang dengerin, sementara kakek Abi hanya tersenyum mendengar itu.
"Terus, Nala sama siapa di rumah selama ini?" Mamanya Tristan bertanya lagi.
"Sama Beben, Tante." jawab Nala kalem.
"Beben? Udah gede?"
"Enggak, masih kecil dan sedang lucu-lucunya."
"Oh, masih anak-anak, emangnya dia gak papa kamu tinggalin sendirian di rumah sekarang?" Giliran papanya Tristan yang bertanya.
"Gak papa kok, udah biasa Nala tinggal. Kan di dalam rumah udah ada pisang."
"Pisang?"
"Wah jarang-jarang ya anak kecil suka pisang." Mama Tristan tertawa kecil sambil menyesap minumannya perlahan.
"Iya Tante, soalnya Beben anak monyet."
Mamanya Tristan langsung tersedak dan menyemburkan minumannya. Yang lain juga pada keselek berjamaah. Cuma kakek Abimanyu dan Sean yang tertawa mendengar itu.
"Dia lucu banget, Kek." kata Sean sambil mengusap airmata yang keluar karena ketawa keras dari tadi.
"Makanya Kakek jodohin sama Tristan biar Tristan bisa belajar banyak dari Nala."
Tristan gak peduli, dia cuma tahu Sean gak akan dapat apa yang akan dia dapatkan kelak. Sementara Nala sudah membantu calon mertuanya yang udah tersedak biji jeruk.
"Emang apa salahnya sih kalo Nala pelihara anak monyet?" tanya Nala dalam hatinya sendiri.
Anak monyet yang jadi topik saat ini udah gelantungan di kelambunya Nala, bikin beberapa bagian jadi pada bolong. Gitu aja kerjaannya Beben, naik turun gelantungan loncat-loncat. Sementara yang ditungguin belum kunjung pulang. Beben laper, pengen makan pisang sebaskom.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
polos bgt la... pantesan dimanfaatin sm Tristan
2024-09-07
0
Eleanor Stefanie
ngakak aq cam orang gilaaa hahaha
2022-09-16
0
Nafa
kram perutku gara" baca novel ini
2022-08-07
0