"Ini, rumah Tristan?" Nala nyaris memekik melihat begitu besar dan megahnya rumah lelaki yang akan segera menyandang gelar menjadi suaminya itu.
Ia terkagum-kagum dengan halamannya yang luas yang kalau di daerahnya tinggal pasti udah jadi lapangan bola anak-anak.
"Iya, jadi istri gue gak bakalan rugi, La. Lihat, semua kemewahan akan lo rasakan dalam rumah ini."
Nala menoleh, memandang Tristan yang nampak tampan. Tampan? Sekian kali bertemu, baru kali ini Nala mengakui hal itu. Nala segera mengembalikan pandangannya ke depan. Menatap lurus rumah yang akan ia huni bersama Tristan setahun ke depan. Ya, hanya setahun.
"Ayo masuk, lo mau istirahat kan? Gue udah telepon Bik Ina, buat sediain air hangat buat lo mandi."
Nala mengusap tengkuknya, baru berada di depan rumah, Nala sudah merasa tak biasa. Ada sekelebat pikiran memintanya segera pulang. Please Nala, lo gak pantas menjejakkan kaki di rumah orang kaya begini. Hati Nala menghasut, Nala jadi insinyur. Insecure maksudnya.
"Kok bengong, La?" Tristan yang udah duluan jadi balik, ia meraih tangan Nala. Tolong Oom jangan pegang-pegang! Nala jadi kayak kesetrum pas Tristan meraih dan menggenggam jemarinya lembut. Ah Tristan, seandainya kamu gak terpaksa dengan perjodohan ini. Tentu belajar mencintai kamu bukan hal yang sulit untjk Nala lakukan.
Ealah, baper hati kerdilnya Nala. Dia segera menampar pipinya sendiri. Tristan menatapnya terkekeh geli. Nala lucu, Tristan jadi gak mau jauh. Ceileh, dasar gak komitmen. Udah mulai mekar kuncup bunga di dalam hati nampaknya.
Terus Tristan merasa Nala berhenti, dia jadi ikutan berhenti. Tristan membuka matanya lebih lebar karena sekarang, Nala lagi buka sendal tingginya.
"Nala, jangan dibuka! Ya ampun, pake aja pake." sergah Tristan cepat sebelum Nala benar-benar membuka habis sendalnya.
"Tapi, nanti lantainya kotor. Biarin aja, Nala buka."
"Jangan! Pake aja. Gak papa, ada pembantu nanti yang bersihin kalo emang kotor nanti lo bisa ganti sendal lo sama sendal di dalam rumah ini. Udah disiapin di setiap kamar."
Nala cuma garuk-garuk kepalanya yang gak gatal. Jadi terpaksa dia melangkah gak enak hati dengan suara sendal menghentak-hentak. Beda banget sendal mahal sama sendal murah ya La? Sekarang giliran sendal Nala yang jadi insecure.
"Den Tristan, Bibi udah siapin airmandinya di kamar Aden."
"Loh, kok di kamar aku, Bi? Di kamar sebelah aku itu Bi harusnya. Buat Nala nih." tunjuk Tristan.
Desas desus Tristan akan menikah dengan cucu sahabat tuan besar Abimanyu sudah kesebar sampai ke telinga para pembantu. Bi Ina jadi membulatkan mata.
"Oh ini ya, Den, calonnya? Cantiknya." puji bi Ina. Nala cuma bisa senyum sopan. "Kalo gitu, Bibi siapin lagi air hangat baru ya?"
"Udah, gak usah Bi. Biarin Nala pake kamar aku."
"Tapi ..."
"Gue di sebelahnya, Nala. Takut banget sih."
Iya gimana engga takut, kamu kan penjahat kelam*n. Gerutu Nala dalam hati.
"Ayo, kita naik ke atas. Kamarnya ada di sana."
Nala mengangguk.
"Eh, lo mau kemana? Sini, lewat sini aja. Kita lewat tangga kalo lift rusak."
Lift?
Makin sempurna kekaguman Nala. Rumah ini begitu mewah jika hanya didiami satu orang. Desainnya bergaya timur tengah, klasik tapi sangat elegan dan mewah. Setiap ruang di desain begitu detail.
"Ayo, masuk, Nala. Lo mau terus-terusan di situ?"
Nala tersentak lalu segera masuk ke dalam lift dan karena buru-buru Nala gak sengaja kesandung, dia jadi oleng dan dengan sigap Tristan menangkap tubuhnya. Bersamaan dengan itu pula, pintu lift tertutup.
Masih saling menatap, kayak adegan film india yang ada bagian romantisnya, Nala merasa Tristan meremas pinggang Nala pelan.
"Tristan, bisa lepasin Nala?"
Tristan tersadar lalu segera melepaskan Nala perlahan. Keduanya jadi diam sepanjang menuju lantai atas.
"Itu kamar gue, La. Lo masuk aja, air hangatnya udah disiapin."
"Gak papa ya?" Masih dilanda sindrom gak percaya diri, Nala ragu mau masuk ke kamarnya Tristan.
"Udah, masuk sana. Atau lo mau gue ikutan masuk ya?"
"Ih enggak, udah sana, Nala bisa masuk sendiri kok." sergah Nala cepat.
Nala akhirnya menuju kamar Tristan. Tristan masih mematung, memandangi b*kong padat yang lagi goyang karena jalan. Tristan memukul dahinya sendiri, dia jadi gak yakin bakalan kuat gak menyentuh Nala nanti.
"Sialan, mikirin apa sih gue? Itu bocil kayaknya terperangkap di badan orang dewasa deh!" tuding Tristan pelan.
Di dalam kamar Tristan, Nala kembali dibuat terkagum. Ada foto Tristan dalam bingkai besar dan berlampu, foto bertelanjang dada dengan perut kotak-kota kayak mukanya Spongebob, dan ada tato.
"Tristan, kamu beneran bakal jadi suami Nala? Walaupun cuma terpaksa dan pura-pura?" tanya Nala pada foto Tristan.
Nala kemudian duduk di ranjang, aduh ... ini empuk banget, pasti asyik kalo diajak goyang. Nala kembali menampar pipinya yang sudah memerah.
Dia segera membuka baju, menyisakan Bra dan ****** ***** lalu menanggalkannya begitu saja di lantai. Nala segera masuk kamar mandi lalu berendam di dalam bathtub beraroma terapi.
"Haduh, charger gue ketinggalan di dalam lagi."
Tristan ragu mau buka pintu. Tapi karena baterai ponsel udah mau lowbet, Tristan memberanikan diri juga. Tristan masuk, tak nampak tanda-tanda kehadiran Nala. Dia bernafas lega, Nala pasti lagi berendam itu dibuktikan dengan gaun dan bra besar yang sudah berada di lantai dan Tristan surprise lihat cel*na dal*m paling lucu yang pernah dia lihat.
"Hello kitty?"
Motif hello kitty berwarna pink terang itu kayak lagi ketawa lihat Tristan yang sekarang lagi melongo karena di sana menempel satu bulu. Kalo bulu Beben enggak mungkin, ini kayaknya bulu Nala. Gak perlu test DNA. Ini bulu punya yang punya celana dalem motif hello kitty, tak perlu diragukan lagi.
Tapi kenapa mesti Hello Kitty??? Kenapa gak sekalian motif dora dan monyetnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
bkn bulu kuduk kn tan
2024-09-07
0
Sitywasitah Sity123
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-06-11
0
Alvaro Alfahri
bengeeeeekkkkk 🤣🤣🤣
2022-12-24
0