Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pagi hari Vira terbangun karena mendengar suara gaduh yang berasal dari kamar sebelahnya.
Setelah tadi malam ia akhirnya bisa tertidur dengan pulas Vira sudah merasa lebih baik sekarang.
Penasaran dengan suara gaduh di samping, Vira pun beranjak pergi untuk melihatnya.
Dan ternyata suara itu berasal dari kamar anak laki-laki itu.
"Lepaskan aku!! Dasar pengecut! Akan aku hajar wajah sombong mu itu!! Beraninya kau mengikatku seperti ini!! Aaarrrgghh...!!!"
"Oi...!!! Apa kau mendengar ku, aku bilang lepaskan aku!!!"
Dan di sana Vira melihat kedua tangan dan kakinya terikat di atas kasur, sambil terus memberontak dan berteriak memaki-maki.
Vira pun hanya diam di tempatnya tanpa melakukan apapun, ia tidak berani melangkah lebih jauh lagi, mengingat kejadian semalam, Vira pikir laki-laki itu tidak suka dengannya.
"Kau..." Namun laki-laki itu justru sudah menyadari kehadiran Vira di ambang pintu setelah ia berhenti berteriak.
"Kenapa kau diam saja di sana?!!" tanya laki-laki itu dengan nada tinggi dan berhasil membuat Vira terlonjak kaget.
"Kemari dan lepaskan ikatan ini!!" pintanya memaksa, walaupun ia juga sebenarnya tidak mau melihat apalagi ditolong Vira, tapi ia juga tidak bisa menunggu sampai laki-laki yang mengikatnya kembali karena dia pasti tidak akan melepaskannya.
Vira seharusnya menuruti perintah itu, karena itulah yang selama ini selalu ia kerjakan, menuruti siapa saja pelanggan yang memerintah.
Tapi... Dia bukan pelanggan...
Itulah yang Vira pikirkan, ia tidak lagi di kamar hotel itu, dan lagi Sen pernah bilang kalau ia tidak lagi bekerja ataupun mendapat uang, karena Sen telah menyelamatkannya.
Tapi rasanya tidak nyaman melihat bagaimana laki-laki di depannya itu diikat, mengingat dulu juga ia pernah diikat seperti itu oleh salah satu pelanggannya.
"Apa yang kau tunggu?! Kenapa diam saja?! Cepat kemari dan lepaskan aku!!!"
Vira pun akhirnya mulai berjalan perlahan, dengan ragu ia pikir tak masalah jika ia melepas salah satunya.
"Vira..."
Saat tiba-tiba seorang memanggil namanya sambil menepuk pundaknya. Vira pun langsung menoleh dan mendapati sosok Sendiri belakangnya.
"Anda sudah bangun? Bagaimana dengan tidur anda, apa sudah merasa lebih baik?" tanya Sen pada Vira yang segera mengangguk.
"Cih!"
Sen pun berpaling melihat seseorang yang barusan mendecih kesal. Vira pun ikut melihat dan kembali menatap Sen seperti bertanya ada apa?.
"Nama saya Sen, seorang pengembara biasa, dan anda... Boleh saya tahu nama anda?" tanya Sen sembari memperkenalkan diri.
"Ha?! Kau bertanya padaku seakan kau tidak punya salah apapun! Lepaskan aku baru akan aku jawab" ujarnya menatap Sen tidak suka.
Sen pun menghampiri laki-laki itu dan mulai melepaskan satu persatu ikatan ditangan dan kakinya.
"Maaf saya tidak punya pilihan selain mengikat anda, saya hanya ingin memastikan sesuatu, tapi sepertinya sikap anda ini tidak bisa diajak kerja sama" ucap Sen setelah selesai melepaskan semua ikatan.
"Yah... Dan lagipula siapa juga yang mau kerja sama denganmu, kau bahkan mengikatku semalaman, apa itu pantas untuk meminta seseorang bekerja sama?" ucapnya sedikit kesal melihat pergelangan tangannya yang sedikit tergores dan memerah karena ia yang juga terus memberontak.
"Sekali lagi saya minta maaf. Jadi... apa anda bisa menjawab pertanyaan saya?"
"Vin" jawabnya singkat tanpa peduli dengan yang bertanya.
"Jadi nama anda Vin, itu lebih baik daripada saya harus mengikat anda lagi" ucap Sen sedikit menyinggung Vin.
Vin, laki-laki itu pun kembali menatap Vira yang masih diam di tempatnya seperti patung. Menyadari dirinya tengah ditatap balik Vira pun sedikit terkejut dan perlahan mundur.
"Lalu siapa anak perempuan yang bersamamu itu?" tanya Vin menatap Vira tidak suka.
Sen pun ikut menatap Vira yang hanya diam saja disana, lalu kembali menatap Vin dengan tatapan tidak sukanya pada Vira.
"Justru itulah yang ingin saya bicarakan dengan anda tentang kerja sama" ujar Sen sama sekali tidak menjawab pertanyaan Vin yang langsung menatap bingung pada Sen.
Sen pun mengambil kursi untuknya duduk dan untuk Vira juga, sambil menatap Vin yang menunggu Sen bicara.
"saya tidak tahu tentang asal usul anda, karena memang ini kali pertama kita bertemu, tapi percaya atau tidak saya bisa tahu siapa anda yang sebenarnya" ucap Sen memulai pembicaraan.
Vin pun mengerutkan dahinya bingung dengan apa yang Sen bicarakan, dan sedikit khawatir tentang apa yang ia ucapkan.
"Di dunia ini hanya sedikit orang yang punya kemampuan khusus, dan karena hal itu keturunan mereka pun bisa menjadi yang terkuat dan sampai bisa memimpin sebuah negeri"
"Bisakah kau langsung ke intinya saja! Aku tetap disini bukan untuk mendengar ocehan mu" ujar Vin yang dibuat kesal dengan Sen yang sebenarnya juga membuatnya takut ia tahu sesuatu tentangnya.
"Baiklah, saya juga tidak bisa terus bicara yang tidak-tidak. Jadi Vin... Saat anda pertama kali melihat Vira anda juga melihat itu bukan?" Sen kini merubah gaya bicaranya menjadi serius dan tak ada sisi bercandanya yang tadi.
Vin pun segera menyadari apa yang Sen maksudkan, dengan merubah ekspresi wajahnya juga yang semakin tidak suka saat Sen menanyakan hal itu.
"Apa maksudmu?" tanya Vin yang tidak mau Sen menyadarinya, walaupun mungkin juga sudah terlambat untuknya mengelak setelah kejadian semalam.
"Anda menanyakan maksud saya padahal anda sendiri pasti sudah mengerti sendiri" ucap Sen sambil tersenyum memancing emosi Vin yang menahan diri untuk tidak memukul Sen saat ini.
Vin pun beralih menatap Vira yang juga duduk tak jauh dari mereka. Melihat bagaimana ia mengingat sebuah gambaran di mimpi yang terus mengganggunya selama ini, dan itu terlihat semakin jelas saat ia melihat sosok Vira.
"Hah! Aku tidak percaya dengan ramalan itu" ucap Vin kembali menatap Sen.
"Tidak ada yang namanya anak dalam ramalan, semua itu hanyalah omong kosong!" ucap Vin semakin di buat emosi oleh dirinya sendiri yang seperti tengah melawan keegoisannya yang tidak mau mengalah.
Membuat emosinya justru semakin tak terkendali, dan ketika ia kembali melihat wajah datar Vira ia justru semakin tak terkendali layaknya bertemu hantu.
"Lalu bagaimana bisa dia sekarang ada di sini!!!" teriak Vin yang sudah kehilangan kendali hendak menghampiri Vira dan menyerangnya, tapi langsung di tahan oleh Sen yang mengunci kedua tangan Vin yang terus berteriak dan memberontak.
Merasa kalau tidak mungkin lagi bisa ditenangkan, Sen pun membuat Vin pingsan, maka baru ia bisa tenang.
Sementara Vira semakin dibuat bingung dan tidak tahu harus bagaimana, apa itu salahnya? Memangnya ada apa dengan kehadirannya yang selama ini justru selalu dianggap tidak ada?
Ada apa dengan tempat ini?...
***