PENYESALAN AYAH SI KEMBAR 4

"Tuan Leo, apakah kamu memiliki keluarga di Indonesia?" Tanya Andien sambil menikmati puding coklat miliknya.

"Ayahku menikahi ibuku yang berdarah Indonesia. Saat ini keduanya memilih menetap di Bali untuk menghabiskan masa tua mereka.

"Ibuku tidak ingin tinggal di sini karena dia ingin meninggal di tanah kelahirannya. Ibuku seorang muslim dan dia kuatir jika dia meninggal, proses pemakamannya menjadi sulit ditengah komunitas negara ini yang dominan beragama Kristen." Ucap tuan Leo.

"Berarti ayahmu mengikuti agama ibumu?"

"Iya, tapi aku memilih agamaku sendiri saat aku berusia 18 tahun." Ucap tuan Leo apa adanya tentang perbedaan keyakinan diantara ia dan kedua orangtuanya.

"Tidak masalah karena semua orang memiliki kebebasan untuk memilih keyakinan yang akan dipegangnya sesuai dengan nuraninya dan Islam sangat menghargai keyakinan orang lain." Ucap Andien.

"Apakah kamu seorang muslim Andien?" Tanya tuan Leo.

"Aku lahir dan besar ditengah keluarga muslim dan aku sangat mencintai keyakinan yang ku anut bersama orangtuaku dan juga moyangku." Ucap Andien.

"Ternyata gadis Indonesia itu bukan hanya cantik tapi ramah dan santun. Hanya saja gadis Indonesia begitu sulit untuk aku taklukkan." Sindir tuan Leo.

Andien yang mengerti arah pembicaraan tuan Leo sengaja tidak menanggapi perkataan tuan Leo saat ini. Ia lebih senang menikmati pudingnya daripada mendengar omong kosong tuan Leo.

"Demi bayiku aku rela merendahkan harga diriku padamu tuan Leo, tapi untuk cinta, hatiku sudah menutupnya rapat-rapat setelah kehadiran ayah si kembar." Gumam Andien membatin.

Keduanya kembali membisu hingga makanan penutup mereka selesai. Tuan Leo mengajak Andien untuk beristirahat karena Andien terlihat tidak bersemangat lagi untuk ngobrol dengannya.

"Apakah kamu sudah mengantuk Andien?" Tanya Leo menatap mata Andien yang terlihat memerah.

"Aku ingin istirahat tuan Leo." Ucap Andien lalu meninggalkan meja makan itu menuju kamarnya.

"Aku akan mengantarmu." Ucap tuan Leo penuh perhatian.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke kamar mereka. Tuan Leo membuka pintu kamar Andien dan mengucapkan selamat malam untuk gadis itu. Andien langsung mengunci pintu dari dalam dan menambahkan kunci dobel lainnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan olehnya karena bagaimanapun juga Leo adalah lelaki dewasa yang akan tergoda juga saat mereka berdua sendirian di kamar.

"Bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan hati Andien jika gadis itu masih memikirkan ayah kandung dari calon bayi kembarnya?" Tanya tuan Leo dengan perasaan risau karena hatinya sudah terpaut pada pesona Andien.

Sementara di kamar lain Andien sudah terlelap dalam mimpi indahnya.

Karena perbedaan waktu antara Kolombia dengan Indonesia antara siang dan malam sekitar delapan jam, itu berarti di Indonesia saat ini masih siang.

Di Jakarta, Reza yang tidak mengetahui kepergian Andien ke luar negeri, sengaja menyambangi kost milik Andien.

Saat itu, Reza bertemu langsung dengan ibu pemilik kost yang Andien tempati.

"Maaf ibu, apakah saya boleh bertemu dengan Andien?" Tanya Reza hati-hati.

"Maaf mas!" Andien sudah pergi dari kemarin tanpa pamit langsung ke saya. Gadis itu hanya mengirim pesan singkat kalau dia berubah pikiran untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta.

Ia ingin melanjutkan kuliahnya di universitas yang ada di Jogjakarta bersama dengan kedua adik kembarnya." Tutur Ibu Yati, pemilik kost itu.

"Apa...?" Jadi dia membatalkan untuk kuliah di Jakarta?" Tanya Reza kesal dengan tindakan nekat gadis itu.

"Maaf, anda ini siapanya mbak Andien?" tanya nyonya pemilik kost tersebut.

"Saya tunangannya Bu. Kalau begitu saya permisi Bu." Ucap Reza diikuti anggukan ibu pemilik kost.

Reza masuk ke mobilnya dan berpikir sesaat tentang Andien.

"Apakah kamu kembali lagi ke kampung dan mengakui kehamilanmu pada kedua orangtuamu, Andien?" Tanya Reza begitu ketakutan karena hampir semua orang di kampung Andien sangat mengenalnya.

"Aku harus memberitahu kedua orangtuaku untuk melamar Andien sebelum bayi kami lahir." Ucap Reza lalu melanjutkan lagi perjalanannya.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Setibanya di mansion, Reza menghubungi nomor ponsel milik Reni, sahabat akrab Andien.

"Hallo, Reni!" Sapa Reza dengan berbasa-basi sebentar pada gadis itu sebelum menyampaikan kepentingannya.

"Hallo bang Reza!" Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Reni yang sudah mengetahui kalau lelaki ini hanya menghubunginya bila ada maunya saja.

"Reni, apakah kamu tahu sesuatu tentang Andien?" Apakah saat ini dia ada di kampung?" Tanya Reza.

"Bukankah dia sedang kuliah di Jakarta sekarang ini, bang Reza?" Reni nggak tahu karena Reni kuliah di Jogja bersama dua saudara kembarnya Andien, mas Adam dan Agam." Ucap Reni.

"Awalnya dia memang ingin kuliah di sini tapi ada pertengkaran kecil terjadi antara kami berdua setelah itu dia langsung kabur begitu saja dari kostnya. Saya ingin menyusulnya ke kampung, tapi pingin tahu dulu keberadaan Andien melalui dirimu." Ucap Reza begitu kuatir dengan Andien yang saat ini sedang hamil muda.

"Tunggu sebentar ya bang, Reni coba tanya dulu sama Adam." Ucap Reni lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Reza.

Sepuluh menit kemudian, Reni menghubungi lagi Reza setelah mendapatkan informasi dari saudara kembar sahabatnya itu.

"Hallo bang Reza!"

"Iya, Reni!" Informasi apa yang kamu dapatkan dari Adam tentang kekasihku?" Tanya Reza tidak sabaran.

"Andien pindah kuliah di luar negeri dan saat ini dia masuk ke universitas bergengsi di Kolumbia." Ucap Reni membuat tubuh Reza seketika gemetar.

"Terimakasih atas informasinya Reni, kalau begitu aku akan mencarinya ke sana." Ucap Reza lalu mencari tahu informasi tentang kampus tempat Andien belajar.

"Andien, apakah kamu sedang melarikan diri saat ini dari kami semua?" Mengapa kamu tidak mau bersabar sebentar saja agar masalah kehamilanmu bisa kita bicarakan bersama." Gumam Reza lalu menemui kedua orangtuanya untuk membicarakan tentang hubungannya dengan Andien.

"Apa...?" Jadi kamu telah menghamili anak orang?" Apa-apaan kamu Reza, baru saja mau memimpin perusahaan ayah, sekarang kamu melibatkan dirimu dengan perempuan hingga hamil.

Padahal, ayah sudah mempersiapkan jodohmu dengan relasi perusahaan ayah. Jika kamu menikahi putrinya maka kerajaan bisnis yang kita miliki akan sampai ke Eropa. Mengapa kamu memilih wanita berdasarkan keinginanmu bukan berdasarkan kepentingan bisnis yang saat ini sedang kita kembangkan." Ucap Tuan Handoyo kesal.

"Di mana rumahnya gadis itu?" Biar ibu saja yang akan menemuinya dan memberikan sejumlah uang untuk mengugurkan kandungannya." Ucap nyonya Susan pada putranya.

"Mami!" Andien akan menolak dengan alasan menyeramkan itu. Ia mati-matian mempertahankan janinnya hingga kabur ke luar negeri hanya untuk melahirkan anak kami di sana. Tolong jangan lakukan apapun untuk menyakiti bayi kami, mami. Aku sangat mencintai Andien, hanya saja aku begitu pengecut karena tidak bisa mendapatkan gadis itu secara terhormat.

Aku yang telah menghancurkan hidupnya dan sekarang aku tidak ingin mengambil resiko untuk membunuh keturunanku." Ucap Reza begitu kecewa pada ibunya.

"Kamu bisa mendapatkan keturunan dengan gadis pilihan ayah. Lupakan wanita itu dan fokus pada perusahaan kita." Timpal tuan Handoyo.

"Aku kira kalian orangtuaku yang bijak dengan memiliki pemikiran modern, ternyata kalian sama saja seperti orangtua diktator lainnya yang hanya mementingkan nilai bisnis daripada perasaan anak-anak kalian." Ucap Reza lalu meninggalkan rumahnya dalam keadaan marah.

"Reza!" Panggil ibunya.

"Biarkan saja mama!" Biarkan dia berpikir mana yang terbaik untuk masa depannya." Ucap tuan Handoyo menenangkan istrinya.