NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:784
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berusaha Menyangkal

"Maafin aku ya, karena perutku sakit kita harus membatalkan jalan-jalan kita hari ini," ujar Radella dengan raut wajah bersalah.

Mereka tengah berada di parkiran restoran Jepang. Radella yang sudah bersiap di atas motornya, sedangkan Reno berdiri di sampingnya dengan penuh kekhawatiran menatap sang kekasih. Wajah Radella memang terlihat sedikit pucat, juga beberapa kali mengernyitkan kening terlihat seperti menahan sakit.

Reno menggeleng, memegang tangan Radella yang langsung tersentak sebentar. Reno menyadarinya, tapi dia malah tersenyum maklum. Mengartikan kalau Radella benar-benar bisa menjaga diri, karena mereka juga sudah lama tidak bersentuhan karena jarang bertemu.

"Kenapa harus meminta maaf, masih ada hari esok lagi. Memang sebaiknya kamu pulang untuk istirahat, wajah kamu terlihat sedikit pucat," balasnya dengan cepat. Lebih baik aku antarkan saja. Biar nanti motor kamu diantarkan sama temanku. Aku khawatir kalau kamu mengendarai sendiri," ungkap Reno menunjukkan rasa sayang dan ketulusan yang besar.

Radella menatap lekat sosok Reno yang tengah menatap dirinya dengan khawatir. Salah satu alasan dia berpisah dari Delan karena tidak ingin berpisah dan menyakiti pria. Namun, sekarang setiap menatap dan mendengar apa yang dia katakan, malah perasaan bersalah semakin besar.

"Hey, kenapa malah menangis? Sakit banget ya, ayo biar aku antar saja!" Reno panik sendiri melihat Radella berkaca-kaca, sejauh mereka menjalani hubungan, Reno tahu Radella bukan sosok yang cengeng.

Radella menggeleng, mengusap air matanya sambil tersenyum. "Tidak usah, arah kita berbeda. Aku masih kuat, kok," balas Radella berusaha meyakinkan.

"Kalau gitu, aku pulang dulu ya!" pamitnya bersiap menyalakan motor. Motor baru yang diberikan oleh Delan sebagai hadiah ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu. Namun, dia mengatakan kepada orang lain kalau itu motor pemberian dari orangtunya. Delan juga mengetahui, tapi pria itu sama sekali tidak mempersalahkan karena mereka sepakat untuk saling menutupi hubungan pernikahan mereka.

"Kamu yakin? Apa aku perlu mengawal dari belakang?" Radella segera menggeleng, semakin Reno perhatian, semakin besar perasaan bersalahnya.

"Tidak perlu. Aku bisa kok," tolak Radella kembali tersenyum.

Reno mengangguk, melepaskan tangannya yang tadi menggenggam Radella. Membiarkan perempuan itu menyalakan motor untuk bersiap pergi. Sebelum Radella melajukan motornya, perempuan itu kembali menatap Reno dengan perasaan bersalah. Melempar senyuman, lalu pergi membelah jalanan meninggalkan Reno yang menatapnya penuh khawatir.

***

"Aaa...!" Teriakan terdengar dari bibir Radella, perempuan muda itu tidak langsung pulang sesuai ucapannya. Memilih berbelok menuju sebuah danau yang sepi, hanya ada beberapa orang yang tengah memancing atau sekadar menikmati angin.

Tentu beberapa orang itu langsung menoleh terkejut saat mendengar teriakan dari perempuan yang tak jauh dari mereka. Selanjutnya, tangan Radella melempar batu dengan kekuatan keras sampai jatuh cukup jauh dan masuk ke dalam air hingga menimbulkan percikan yang terlihat jelas. Tiga kali, perempuan itu melakukan hal tersebut hingga dirinya sadar kalau orang di sekitarnya tengah memperhatikan dirinya.

Meski hanya beberapa orang, tapi dia juga merasa malu diperhatikan di tempat umum seperti ini. Sudah jelas, mereka merasa aneh dengan apa yang dilakukan Radella. Dia datang lalu berteriak dengan keras, tak lama melempar batu ke dalam air danau. Mungkin saja, mereka terganggu dengan apa yang Radella lakukan selain merasa aneh dengan dirinya.

"Maaf," ujarnya tersenyum kikuk pada beberapa orang yang menatapnya. Dia buru-buru bangun untuk segera pergi dari sana. Dia juga merasa sudah cukup melampiaskan rasa kesalnya dan sedikit terasa longgar di dada.

Sampai rumah, Radella bernapas lega saat tidak mendapati kedua orangtuanya atau adiknya berada di rumah. Kakinya langsung melangkah menuju kamarnya dan segera mengunci diri. Selanjutnya, dia melihat tampilan dirinya yang terlihat muram di depan kaca.

Sebenarnya, sakit perut hanya alasan saja karena Radella sudah tidak memiliki gairah untuk jalan-jalan lagi. Hanya karena melihat sosok Delan bersama kekasihnya, yang membuatnya di puncak kekesalan adalah saat Delan menyentuh ujung bibir kekasihnya. Itu hal yang normal bagi pasangan kekasih, harusnya dia biasa saja. Nyatanya, seluruh tubuh dan otaknya tidak selaras dengan keinginannya.

Radella kesakitan hingga membatalkan jalan-jalannya bersama Reno. Mereka sudah berencana, setelah dari restoran Jepang akan berlanjut entah nonton bioskop atau ke tempat lain. Namun sayangnya, Radella malah menuruti sakit hatinya dan ingin segera pulang.

"Gak adil banget, Delan saja bisa santai seperti itu. Kenapa aku malah sakit hati gini?" Dia kesal sendiri, kalau begini dia bisa sakit hati terus setiap tahu Delan tengah bersama kekasihnya.

Dia juga merasa bersalah kepada Reno, pria baik itu pasti merasa begitu kecewa. Mereka sudah lama tidak keluar bersama, tapi saat ada kesempatan dirinya malah menghancurkan. Padahal, tadi dia bisa menepis rasa sakitnya dan tetap bersama Reno.

"Bodoh banget Radella, kalau sekarang masih bersama Reno, pasti aku bisa kembali ceria," rutuknya kembali menyadari kebodohannya.

"Aku yakin, aku masih cinta banget sama Reno. Melihat Reno saja aku bisa tersenyum senang, terus kenapa aku tadi malah buru-buru pulang, sih," cerocosnya merasa menyesal.

Tak lama, suara dering ponselnya terdengar. Tidak perlu untuk melihat namanya, Radella sudah tahu kalau itu panggilan dari Reno. Dia menyetel nada khusus untuk sang kekasih setelah satu bulan jadian. Terdengar lebay, tapi Radella memang menyukainya hingga sekarang.

Radella tersenyum, mendengar suara Reno yang menanyakan dirinya sudah sampai atau belum, juga keadaan perutnya sekarang. Namun, dia hanya bisa tersenyum tanpa merasakan perasaan hangat atau berdebar seperti sebelumnya. Dia merasa sebatas senang saja, tapi dia kembali tidak menyadari. Karena, Radella terus menyangkal perasaannya dan menekankan dirinya kalau dia masih mencintai Reno.

Tidak ingin tahu alasan sakit hatinya saat melihat Delan bersama kekasihnya seperti tadi. Tidak ingin juga mencari tahu bagaimana perasaan sesungguhnya kepada Delan, karena merasa dia hanya merasa nyaman sebagai teman. Baginya, sekarang dia masih bersama Reno dan akan seterusnya seperti itu karena mereka saling mencintai.

"Iya, kamu juga jaga kesehatan. Aku menyayangimu juga!" pungkas Radella lalu menekan tombol merah untuk mengakhiri percakapan.

Dirinya tersenyum tipis, menatap layar ponselnya yang menampilkan riwayat panggilan. Hampir setengahnya panggilan dari nama yang sama, sisanya dari keluarga teman dan orang lainnya. Mendadak, tangannya menggulir mencari nama seseorang dalam daftar riwayat panggilan.

"Apa yang aku cari, sudah tahu Delan tidak pernah meneleponku." Dia tersenyum kecut, lalu melempar pelan ponselnya di atas kasur.

Selama mereka menikah, mereka memang tidak pernah melakukan panggilan telepon. Hanya mengirim pesan singkat, semisal tahu salah satu di antara mereka tidak ada di rumah saat jam sudah menunjukkan waktu pulang. Hanya dua balasan, menanyakan di mana keberadaannya juga kepulangannya. Setelahnya, tidak ada lagi hal yang perlu dikabari dalam pesan.

"Sedatar itu pernikahanku dan Delan, tapi kenapa sekarang malah merasa aneh gini." Mata Radella menatap plafon kamarnya, sama sekali tidak menarik. Hanya plafon biasa dengan warna biru muda yang menjadi warna favoritnya.

Berbeda dengan kamar di rumah Delan, yang digambar corak indah dengan memadukan beberapa warna. Saat melihat ke atas, tidak terasa membosankan karena tetap ada seni keindahan yang memanjakan mata. "Kenapa malah keinget kamar Delan lagi!" ujarnya dengan sedikit menaikkan nada.

"Kamar ini sudah sangat nyaman, aku lebih lama di sini daripada di tempat Delan. Cukup Radella, jangan lagi ingat tentang Delan. Kalian akan berpisah, lalu kamu bisa menjalin hubungan lebih serius lagi dengan Reno!"

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!