Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Bisa Datang
Sudah 3 hari Amezza ada di kotanya. Ia terus menemani Oma Tizza yang dirawat secara intensif karena sakit perut yang dialaminya.
"Sayang, kamu sudah 3 hari berjaga di sini tanpa pernah pulang. Apakah kamu tak capek?" tanya Tizza.
"Dulu Oma menjagaku tanpa pernah merasakan capek. Oma mengajari aku berjalan, Oma membantu aku menyelesaikan semua PR di sekolah. Oma menghadang anak laki-laki yang menarik rambutku. Apa sih yang tak dibuat Oma untukku. Masakan hanya menjaga Oma saja aku harus capek."
Tizza terharu mendengar perkataan cucu kesayangannya itu.
"Kamu memang bintang di hati Oma." ujar Tizza.
Amezza mengecup tangan Omanya. "Cepat sembuh ya, Oma. Jangan sakit lagi. Aku sedih melihat badan Oma yang ditusuk jarum infus seperti ini. Aku kan sudah janji jika pulang dari Perancis, aku akan mengajak Oma jalan-jalan. Aku mendapatkan banyak uang di sana."
"Oma bangga padamu, sayang. Oma ingin pergi ke Indonesia. Oma rindu pada sahabat Oma. Amelia pasti sedih karena sudah hampir 10 tahun kita tak pernah datang lagi ke Indonesia."
"Baiklah, Oma. Kita akan pulang ke kota mamaku."
Tizza menatap cincin yang dipakai oleh cucunya. Ia tahu kalau Amezza tak suka memakai perhiasan emas, kecuali kalung yang merupakan warisan darinya. "Cincinnya sangat bagus. Ini berlian asli." kata Tizza sambil memegang cincin itu. "Kayak cincin pernikahan ya? Sekarang kamu suka pakai perhiasan ya?"
"Suka saja dengan modelnya, Oma." Amezza terpaksa berbohong. Ia belum berani mengatakan tentang pernikahannya karena ia ingin ada Evradt di sini.
Evradt memang tak menggunakan cincin pernikahan. Alasannya karena ia terburu-buru untuk melamar Amezza dan hanya membelikan cincin lamaran saja.
"Sekarang Oma tidur ya?" Amezza membetulkan letak selimut Omanya. Kemudian ia memutarkan lagu lagu klasik Spanyol dengan petikan gitar yang kental dari ponsel Omanya. Tizza memang suka mendengarkan musik klasik ini semenjak suaminya meninggal.
Malam sudah menunjukan pukul 9 malam ketika Oma Tizza akhirnya tidur. Amezza pun keluar kamar sebentar untuk menghirup udara segar. Ia ingin menghubungi suaminya. Sejak pagi hanya sekali Evradt menghubunginya dan mengatakan kalau ia akan sibuk seharian. Makanya Amezza tak mau menganggu nya. Namun sekarang ia ingin menghubungi lelaki yang sangat dirindukannya itu.
Panggilan pertama tak ada jawaban. Amezza menatap jam tangannya. Apakah Evradt masih sibuk di jam seperti ini?
5 menit kemudian Amezza mencobanya lagi. Namun tak juga dijawab. Gadis itu berusaha berpikir positif kalau Evradt masih sibuk. Makanya ia mencoba lagi dan kali ini diangkat.
"Bonjour bonsoir!" terdengar sapaan yang artinya hallo selamat malam. Namun bukan suara Evradt. Itu suara seorang perempuan. Amezza jadi kaget. Bukankah asisten Evradt semuanya laki-laki?
"Puis-je parler à M. Evradt ? (Bolehkah saya bicara dengan tuan Evradt?)" tanya Amezza dengan bahas Perancis yang agak terbata-bata.
"Qui est-ce (siapa ini)?"
Amezza bingung harus jawab apa. "Aku temannya dari Spanyol."
"Maaf. Dia sedang sibuk dengan pacarnya." lalu panggilan itu di tutup. Amezza terkejut. Ia berusaha berpikir positif. Ia tak boleh percaya begitu saja.
Walaupun demikian, Amezza menjadi gelisah. Ia kembali ke kamar Omanya dan menemukan kalau papa dan mamanya ada di sana.
"Nak, malam ini pulanglah dulu ke rumah. Istirahatlah. Biar papa dan mama yang berjaga. Sopir sudah menunggu di luar." kata Enrique.
"Baik, pa. Aku pulang dulu ya ma?" Amezza mencium pipi papa dan mamanya lalu segera pergi.
Elora menatap putrinya sambil mengerutkan dahinya. "Sayang, mengapa aku merasa sepertinya Amezza baru selesai menangis?"
"Mungkin dia sedang capek, sayang."
Elora pun berusaha menangkan hatinya. Namun sebagai ibu, ia tahu ada yang lain dengan putrinya.
************
Sepanjang malama Amezza gelisah. Tidurnya tak nyenyak dan pagi ini ia bangun dengan tubuh yang lelah. Kepalanya bahkan merasa sedikit pusing.
Di saat ia masih rebahan, ponselnya berbunyi. Itu adalah panggilan dari Evradt.
"Selamat pagi, istriku. Maaf ya semalam aku tak menelepon mu. Ponselku ketinggalan di apartemen Antonio. Kemarin Antonio ulang tahun dan mengundang aku makan malam di apartemennya." ujar Evradt.
"Oh gitu ya?"
"Sayang, mengapa suaranya terdengar kesal."
"Semalam aku menelepon dan ada seorang perempuan yang mengangkatnya. Walaupun ia menggunakan bahasa Perancis. Namun aku bisa mengerti sedikit. Katanya kamu sedang sibuk dengan pacarmu."
Terdengar tawa Evradt dari seberang. Ia langsung mengganti panggilannya dengan mode Videocall.
Nampak ia sedang berada di ruangan kantornya. Ia kemudian mengarahkan kameranya pada sebuah foto yang ada di meja kerjanya. "Semua orang sudah tahu kalau aku sudah menikah, sayang. Fotomu ada di ruangan ku, ada di rumahku bahkan ada di dasboard mobilku. Kalau kamu tak cepat-cepat pulang, aku pasti sudah mengenalkan mu dengan mereka semua. Apakah kamu meragukan perasaanku padamu?" tanya Evradt dengan wajah sedih.
"Bukan..., bukan seperti itu. Hanya saja, kita berjauhan. Aku tak bisa mengetahui apa yang kamu lakukan di sana."
"Sayang, kita saling mencintai kan? Yang paling penting itu adalah kita saling percaya. Please, jangan ragukan aku."
Amezza memaksakan sebuah senyum. "Maaf kalau aku kesannya terlalu cemburu buta."
Evradt tersenyum. "Aku senang kalau kamu cemburu. Itu tandanya kamu mencintai aku, sayang. Pokonya kamu tenang di sana ya? Jika pekerjaan ku sudah selesai, aku pasti akan ke sana dan berbicara dengan orang tuamu."
"Baiklah." Amezza tersenyum tanpa ada paksaan.
"Nah, senyum mu terlihat tulus sekarang. Aku sangat merindukanmu. Aku bahkan sering tak tidur nyenyak karena terlalu merindukanmu."
"Aku juga merindukanmu."
Lalu keduanya mengobrol sampai 30 menit sampai akhirnya oanghilannitu berakhir karena Antonio sudah memanggil Evradt untuk rapat.
Amezza pun jadi bersemangat untuk melakukan aktivitasnya hari ini. Ia berencana akan mampir ke galeri miliknya sebelum pergi ke rumah sakit.
************
Setelah dirawat selama 10 hari, Oma Tizza pun diijinkan pulang oleh dokter.
Amezza ikut pulang ke perkebunan selama 3 hari. Ia dan Evradt akan Videocall setiap malam.
"Ame, kamu mendapatkan undangan untuk menghadiri konferensi seluruh pelukis sedunia yang akan dilaksanakan di London. Kamu mau ikut?" tanya Fifi saat ia mengunjungi Amezza di perkebunan.
"Tentu saja kita akan pergi."
"Tapi sayang, aku tak bisa ikut. Aku harus mengurus beberapa pekerjaan di galeri dan juga minggu depan ada acara makan malam dengan keluarga Elmo. Mamanya ulang tahun."
"Cie...cie yang sudah pendekatan dengan keluarganya. Aku lihat kali ini hubungan kalian serius ya?"
"Iya. Usiaku sudah 27 tahun. Aku ingin segera menikah. Aku ingin punya anak di usia muda." kata Fifi dengan mata yang berbinar.
Amezza memeluk sahabatnya itu. "Aku doakan yang terbaik untukmu."
"Terima kasih. Oh ya, bagaimana dengan tuan Evradt. Apakah hubungan kalian berlanjut?"
Amezza hanya tersenyum.
"Hati-hati ya. Jangan dulu cepat-cepat melabuhkan hatiku padanya. Ingat kalau dia itu tampan dan sangat kaya. Mustahil dong kalau belum punya pacar." ujar Fifi sebelum akhirnya pergi.
Amezza terpaku di tempatnya. Perkataan Fifi cukup membuat hatinya gelisah. Apakah ia terlalu cepat menikah dengan Evradt? Bukankah mereka baru beberapa hari saja kenal? Namun gadis itu buru-buru menggelengkan kepalanya. Hati kecilnya mempercayai apa yang dikatakan Evradt padanya. Ia ingat kata-kata suaminya itu. Kalau dalam cinta ada kepercayaan.
**************
London bagaimana rumah ketiga bagi Amezza setelah Spanyol dan Indonesia. Ia sudah lebih dari 10 kali datang ke kota ini.
Amezza sudah 2 hari ini tak bisa berkomunikasi dengan Evradt. Hanya saja kemarin asistennya mengirimnya pesan dan mengatakan kalau Evradt sedang disibukan dengan proyeknya yang mengalami gangguan. Amezza tak ingin menganggu karena ia tak mau dianggap sebagai istri yang cemburuan karena selalu ingin tahu keberadaan suaminya.
Makanya Amezza datang ke London tanpa diketahui oleh Evradt.
Ia tiba di London saat waktu sudah menunjukan pukul 5 sore waktu setempat. Amezza dan para pelukis lainnya sudah mendapatkan tempat tinggal di hotel The Thomson. Salah satu hotel termewah di kota ini. Amezza juga tahu kalau pemilik hotel ini, istrinya adalah orang Indonesia. Karena Amezza pernah bertemu dengannya.
Konferensi akan dimulai besok pagi selama 3 hari. Makanya makan ini Amezza memutuskan untuk pergi jalan-jalan mengelilingi kota London sekaligus mencari makan malam.
Saat Amezza keluar dari lobby hotel, ia tersenyum memandang pemandangan kota London yang sangat disukainya. Namun, baru saja Amezza akan melangkah, ia melihat sebuah mobil yang berhenti di depan lobby. Bukan mobilnya yang menarik perhatian Amezza. Tapi penumpang yang turun dari mobil itu.
"Evradt?" Amezza terkejut.
*********
Sedang apa Evradt di London?