Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Anak Siapa Sebenarnya?
Di lantai tertinggi gedung Sixnine Entertainment, ada dua ruangan yang digunakan untuk pimpinan. Yaitu pimpinan utama dan pimpinan kedua, mereka menempati ruangan masing-masing, karena semenjak keturunan Barrack lahir, organisasi dalam perusahaan mengalami sedikit perubahan.
Di ruangan pimpinan utama, Alessandro tampak mendesaahkan nafas. Menahan geram akibat kabar berita yang beredar di jagat maya. Tentang perselisihan antara Ghara dan Keysha di lobby hotel malam itu.
Lagi-lagi sang anak membuat onar, hingga dia harus menggerakkan kaki tangan, agar berita tersebut segera lenyap dari peredaran.
"Ck, sebenernya tuh bocah anak siapa sih, Bob? Tiap hari bawaannya bikin masalah mulu, lama-lama gue mati muda ini," gerutu Alessandro pada sang asisten yang sedang duduk di tempatnya. Sementara dia berdiri dengan tatapan yang menghunus ke arah jendela.
"Anak elu lah, Bege! Lu yang sawadikap skidipapap, ya kali tiba-tiba jadi anak si Jerry," balas Boby, menimpali ucapan atasan sekaligus sahabatnya yang tengah kesal, akibat ulah putranya, Ghara.
Alessandro meraup wajahnya menggunakan kedua tangan, lalu menyugar rambut ke belakang. "Perasaan pas bikin gue baca doa, kenapa jadinya begajulan begitu dah. Si Aston ngutuk gue kali ya?"
"Nah itu dia, lu kebanyakan dosa kali sama bokap lu."
"Si anjiirr, dosa apa gue sama si Aston?"
"Congor lu noh!" sentak Boby dengan keras.
Reflek, Alessandro langsung mengatupkan bibirnya. Dia bergeming dan mulai berpikir bahwa apa yang diucapkan Boby ada benarnya juga, mungkin ini semua adalah balasan atas dosa-dosanya saat masih muda.
"Ck, tapi kayaknya bukan karena itu deh," cetus Alessandro berubah pikiran.
"Ya terus karena apa, Nyet?"
Boby memasang wajah serius, membuat dia merasa menyesal melakukan itu, karena detik selanjutnya jawaban Alessandro membuat dia ingin tepuk jidat.
"Waktu itu gue bacanya doa makan, kan Jony disuguhi martabak mini."
"Mati aja lu, Al!"
***
Setelah mengurus masalah Lily, Ghara langsung berangkat ke perusahaan. Namun, setibanya di sana, dia tidak langsung masuk ke dalam ruangannya. Sebab dia dipanggil oleh sang ayah.
"Apaan lagi Bokapnya bawang putih?" tanya Ghara dengan wajah lemas. Karena akhir-akhir ini, pria paruh baya itu terus-menerus memberikan nasihat yang tentunya hanya lewat gendang telinga saja.
"Duduk!" titah Alessandro, dia menyandarkan setengah badannya ke meja, dengan kedua tangan yang melipat di depan dada.
Patuh, Ghara langsung mengikuti perintah sang ayah. Dan detik selanjutnya dia harus mendengarkan siraman roh halus, tentang Keysha, Keysha dan Keysha. Membuat dia merasa begitu jengah.
Andai tidak berdosa, Ghara ingin sekali menyumpal mulut ayahnya.
"Kamu itu calon suaminya, Ghar. Bersikap lebih manis gitu lho."
"Aku bukan gula biang."
Mendengar jawaban putranya, tentu membuat Alessandro mendelik, bukan tanpa sebab dia menjodohkan Ghara. Dia dan sang istri, hanya ingin yang terbaik untuk putranya, si biang masalah.
"Serius, Ghara!"
Ghara menghela nafas kasar. "Ya lagian kenapa Daddy maksa-maksa aku terus sih? Kenapa gak Daddy aja yang ngawinin tuh Lampir?!"
Plak!
"Sembarangan!" sentak Alessandro dengan wajah garang.
"Ya makanya, Daddy pahami situasi aku dong, lagian aku bukan tipe orang yang suka aha-ihi sama sembarang lobang."
Kepala Alessandro terasa berat sebelah, hingga menyisakan kedutan yang terasa begitu menyiksa. Jika diteruskan, dia yakin kepalanya akan segera pecah.
Hingga akhirnya Alessandro menyuruh Ghara untuk pergi, daripada dia harus mati berdiri.
"Ra, Ra, lu dulu ngidam apa sih? Anak kita kok bentukannya jadi gini?"
***
Jam makan siang telah tiba, Ghara dan Edo sudah berencana untuk keluar dan makan siang bersama. Namun, baru saja mencapai puncak pintu, tiba-tiba langkah mereka dihadang oleh Keysha.
"Sayang, aku bawain makan siang buat kamu. Ayo cobain," ucap wanita itu dengan antusias. Berharap apa yang menjadi harapannya terkabul, yaitu Ghara memakan makanannya.
Ghara memasang wajah keki, karena ia malas sekali untuk meladeni Keysha yang terlalu agresif pada seorang pria. "Gue mau makan siang di luar sama Edo."
"Tapi aku kan udah bawain masakan ini buat kamu, Ghar. Masa kamu tega."
Keysha menunjukkan raut sedih, ingin Ghara iba padanya. Akan tetapi bukan Ghara namanya, jika tertipu oleh itu semua. "Gue gak minta lu bawaian kayak gini, Anjirrr. Jadi, jangan salahin gue."
"Seenggaknya kamu hargain usaha aku dong."
Ghara menarik sudut bibirnya ke atas, karena dia memiliki sebuah ide. "Lu mau gue hargain?"
Keysha yang masih berharap Ghara akan membuka ruang di hatinya, sontak menganggukkan kepala.
"Kalo gitu bawa makanan ini ke ruangan bokap gue. Anggep aja lagi berhadapan sama Ghara senior."
"Ghar, tapi—"
Ucapan Keysha terpotong, sebab Ghara kembali meninggalkannya tanpa perasaan. Membuat dia ingin berteriak dan mengamuk sekarang. "Ck, sialan!"
***
jangan lupa taburan kembangnya🤸🤸🤸
"maen apa dad?? "😆😅