Demi ingin mencapai tujuan masing-masing, Ashley dan Hayden sepakat untuk melakukan pernikahan bisnis. Ashley harus mempertahankan miliknya yang ingin direbut Pamannya, sedangkan Hayden ingin hidup bebas dari kekangan keluarganya. Keduanya berjuang bersama. Ashley dan Hayden saling membantu, saling mendukung dan saling menghibur. Sampai tanpa mereka sadari, rasa ketertarikan muncul. Dan tumbuhlah benih cinta diantara keduanya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Pertemuan Dua Keluarga
Pertemuan dua keluarga pun berlangsung beberapa hari setelah bertemunya Hayden dan Ashley. Dan setelah pertemuan itu, Hayden dan Ashley semakin sering berkomunikasi lewat pesan atau telepon karena tak bisa bertemu. Keduany sudah sepakat saling membantu satu sama lain. Hayden berperan sebagai suami yang bisa menjamin Ashley tetap aman kedepannya, sampai Ashley bisa menduduki posisi sang Ayah. Sedangkan Ashley akan membantu Hayden yang sudah siap dengan segala resiko meninggalkan keluarganya, termasuk kehilangan posisi yang selama ini dipijaknya.
Makan malam berlangsung tenang dan damai. Papa Ashley dan Papa Hayden berbincang, bincang. Ashley melihat ke arah Mama tiri calon suaminya, Merry melihat Ashley dan terseyum, Ashley juga ikut tersenyum.
"Apa dia Mama tiri jahat yang dikatakan Hayden? dan dia pasti anaknya, Jayden," batin Ashley melirik ke arah Jaudey.
Ashley membandingkan Jayden dengan Merry dan Dion. Ashley merasa Jayden sangat tidak mirip Dion, ataupun Merry. Di mata Ashley seseorang yang sangat mirip Dion adalah Hayden yang duduk di sisi Jayden.
"Wah ... apa Bibi ini berselingkuh? Oh, apa yang baru saja aku katakan? aku tak boleh asal menuduh tanpa bukti. Lagipula hal seperti itu kan bukan urusanku." batin Ashley.
Ashley pamit pergi ke kamar mandi. Karena Merry juga ingin pergi, ia pun berpura-pura baik hati dan membawa Ashley bersamanya. Merry mendorong kursi roda Ashley, agar Ashley tak kerepotan menjalankan kursi rodanya sendirian. Ashley yang tahu Merry hanya berakting baik pun mengikuti alur permainan Merry. Ia berpura-pura senang, dan tersenyum lebar, lalu berterima kasih karena calon mama mertuanya mau membantunya.
Jayden mendekatkan wajahnya ke wajah Hayden, "Calon istrimu memang cantik, tapi apa dia bisa melakukan malam pertama? sepertinya tidak. Kakinya kan tak bisa bergerak. Oh, apa dia akan kau tindih? wah, kau akan jadi serigala. Hahaha ... " bisik Jayden mengejek Hayden.
"Apa hanya itu yang bisa kau pikirkan dan kau katakan? kau memikirkan hubungan intim saja, pantas pekerjaanmu selalu berantakan." bisik Hayden membalas Jayden.
Jayden mengerutkan alis, "Berani sekali kau bicara bergitu pada Kakakmu, bedebah. Sialan, kau!" gumam Jayden kesal.
"Kenapa kau kesal, kau kan yang mulai duluan. Aku hanya menjawab sesuai pertanyaanmu," jawab Hayden berbisik.
Jayden tersenyum, "Apa kau masih kesal padaku? karena aku tidur dengan kekasihmu? ah, apa sebaiknya aku bilang mantan kekasihmu, Julia? apa kau pernah tidur dengannya? atau akulah yang lebih dulu meraskaan kenikmatan?" bisik Jayden.
Hayden mengepalkan tangan. Ia ingin sekali menghajar Jayden yang banyak bicara. Hayden marah, karena Jayden selalu saja ingin mengambil semua miliknya, padahal Jayden juga punya semua yang direbut darinya. Hayden sadar, kalau ia tidak boleh gegabah dan mengacaukan pertemuan penting malam itu. Sekuat hati Hayden menahan diri dengan ucapan Jayden yang tidak pantas didengar.
"Tenang, Hayden. Tenang. Anggap saja dia tikus yang berdecit karena lapar. Kau tak boleh emosi dan marah pada situasi ini." batin Hayden mengatur napas.
Melihat Hayden menahan diri. Jayden semakin menjadi-jadi. Meski begitu, Hayden tak managgapi ocehan-ocehan Jayden yang tak berguna. Dan pada akhirnya Jayden diam karena kesal terus diabaikan Hayden. Jayden mengutuki Hayden dalam hatinya.
***
Di kamar mandi. Saat Merry dan Ashley cuci sedang cuci tangan bersama. Merry bertanya, bagaimana kesan Ashley pada Hayden. Merry menyanjung dan mengelu-elukan Hayden, seolah Hayden adalah segalanya untuknya.
"Apakah Nona menyukai putra bungsu saya? selain parasnya tampan, dia juha giat bekerja. Dia pasti bisa menjadi suami sempurna untuk Anda," kata Merry.
"Aku harus menunjukkan kesan baik. Kesan Ibu yang menyayangi putranya, agar pernikahan ini berjalan lancar kedepannya. Baguslah, aku bisa segera menyingkirkan Hayden yang bisa saja jadi penghalang Jayden-ku untuk mewarisi perusahaan." batin Merry.
"Tidak perlu pakai bahasa formal, Bibi. Bicara santai saja. Saya cukup terkesan pada Hayden. Dia memang tampan dan terlihat baik. Sesuai dengan perkataan Anda," kata Ashley tersenyum.
"Dia menyanjung seseorang yang dibencinya sampai seperti ini, dia sungguh ingin melempar Hayden keluar dari keluarga rupanya. Baguslah kalau begitu, Hayden pun tak ingin menjalin lagi hubungan dengan keluarga yang hanya memanfaatkannya saja." batin Ashley.
Merry dan Ashley pun kembali ke tempat semula.
***
Mattew dan Dion akhirnya menemui kesepakatan. Pernikahan akan diadakan tiga bulan lagi. Selama waktu tersebut, Mattew meminta keluarga Dion untuk tidak melakukan apa-apa, karena segala sesuatunya pihak dari pengantin Wanita yang akan menyiapkannya. Dion berterima kasih atas kebaikan Mattew, ia berkata ia tidak enak hati kalau hanya diam saja. Mattew tersenyum, ia tidak mempermasalahkan apapun lagi, karena yang ia lakukan semua demi putrinya. Dan acara pertemuan malam itupun berakhir begitu saja dengan hasil yang memuaskan bagi Dion sekeluarga.
Mattew dan Ashley pun pergi, mereka sudah meninggalkan restoran lebih dulu. Terisa Dion, Merry, Jayden dan Hayden. Karena tidak ingin berlama-lama ditempat yang membuatnya sesak, Hayden lantas berpamitan hendak pergi.
"Pa, Ma, Kak, aku pergi dulu karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di rumah," kata Hayden.
"Hayden, kau sudah melakukannya dengan baik. Kau harus memperlakukan Nona Ashley dengan baik, karena Mama rasa dia adalah wanita yang tepat untukmu." kata Merry.
Hayden tersenyum menatap Merry, "Mama benar, dia adalah wanita yang tepat," jawab Hayden.
"Tepat untuk menjadi sekutu. Karena dia bisa membantuku lepas dari kalian semua." batin Hayden.
"Kalian berdua, pergilah dulu. Ada hal yang ingin aku katakan pada Hayden." kata Dion.
Merry da Jayden memenuhi perkataan Dion. Mereka pun pergi meninggalkan Dion dan Hayden dalam ruangan berdua saja. Melihat Merry dan Jayden yang sudah pergi, Dion pun langsung bicara pada Hayden apa yang ingin ia sampaikan.
"Hayden, apa kau sungguh tidak apa-apa melakukan ini?" tanya Dion merasa bersalah.
"Apa aku tidak salah dengar? Papa bertanya buka karena khwatir, kan? jangan berbelit, Pa. Katakan saja apa yang ingin Papa katakan." jawab Hayden menatap Papanya.
"Maafkan Papa, Nak. Papa merasa bersalah, karena seharusnya Papa tak membebanimu. Mamamu juga pasti akan marah pada Papa," kata Dion sedih.
"Tidak perlu berlebihan. Papa kan suka dengan hasilnya. Menikahkanku dan meraup keuntunga. Oh, ya ... aku ingin sampaikan sesuatu pada Papa, aku akan menyelesaikan perkerjaanku sampai akhir bulan ini saja. Silakan Papa cari pengganti, atau minta saja Jayden kesayangan Papa mengambil alih posisiku." kata Hayden.
Dion kaget, "Apa maksudmu? kenapa kau ingin mengundurkan diri?" tanya Dion bingung.
"Tidak ada alasan khusus. Lagipula Papa tak bisa melarangku, karena ini adalah balasan atas apa yang sudah aku lalukan. Tidak mungkin kan aku berkorban cuma-cuma saja. Aku tak minta uang, harta warisan, jabatan tinggu atau apapun itu, yang aku minta hanya satu, Papa tak lagi mencampuri urusanku setelah ini. Permisi, aku masih harus bekerja," kata Hayden yang langsung pergi meninggalkan Dion sendirian.
Cuma bab terakhir ini terkesan buru-buru.
Semangat berkarya ya Author........