Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5 Jatuh Cinta?
DUGH
"AKHH! Sial! Aset berharga gue!" seru Ken saat setelah Luna menendang aset berharga miliknya. Sepertinya gadis itu tak terima Ken mencuri ciuman darinya.
"Rasain," ujar Luna cuek.
"Jangan gitu dong, kalo aset berharga gue gak fungsi lagi, Lo yang nyesel nanti," sahut Ken, dia sama sekali tidak kesal atau marah setelah mendapatkan tendangan maut dari Luna. Sadar sebab apa yang tadi dia lakukan juga termasuk lancang, pantas Luna menyerangnya.
Luna hanya memutar bola matanya malas, tak ingin menanggapi Ken. Bertepatan saat itu, seorang anggota Scorpion keluar dari markas, sepertinya dia akan pulang atau entah kemana.
"Eh Bang, tolongin gue bukain ikatan ini dong," pinta Luna, tangannya sudah kebas, tapi Ken tak kunjung melepas ikatan di tangannya.
Ken yang mendengar itu langsung menatap anak buahnya penuh peringatan, membuat pemuda itu tersenyum kikuk. "Eh sorry, gue gak bisa. Gue buru-buru soalnya." Pemuda itu langsung naik ke atas motornya, sama sekali tak berniat menolong Luna.
Luna mendengus, menatap sebaliknya pada Ken. Sudah pasti Ken melarang pemuda itu menolongnya.
"Ini Lo niat bukain gak sih? Kalau gak biar gue minta tolong sama yang lain," ujar Luna sudah sangat kesal.
"Masuk dulu, ntar gue bukain." Final Ken.
"Gak! Gue mau balik!" Luna keras kepala, padahal tadi pagi dia sudah berusaha kabur dari Ken tapi tidak berhasil, dan sekarang mau kabur lagi.
Ken menghela napas, "Preman tadi masih di sekitar sini, kalo Lo ketangkap mereka lagi gimana?" ujarnya.
Luna menghentakkan kaki karena kesal, sebab tak ada pilihan lain selain menuruti ucapan Ken. Dia juga tidak mau ditangkap oleh preman tadi, lebih baik ikut dengan Ken meski hatinya sudah dongkol.
"Lo tuh niat nolongin gue apa nyiksa gue sih?" cerocos Luna tak terima dipermainkan oleh Ken.
"Tau gak sih, tangan gue kebas, kesemutan. Kenapa gak lepas aja!" meski langkahnya mengikuti Ken, tapi mulutnya terus menggerutu dan Ken sama sekali tidak menyahut, membiarkan gadis itu mengungkapkan kekesalannya.
Sesampainya di dalam markas, semua anggota Scorpion menatap ke arah Ken dan Luna. Mereka menyapa Ken satu persatu, dan tak lupa menyapa Luna yang berjalan tepat di belakang Ken. Mereka sempat heran, kenapa kedua tangan Luna diikat, tapi tak ada satu pun yang berani bertanya langsung.
"Naik!" titah Ken saat merasakan langkah Luna di belakangnya terhenti ketika dia menaiki anak tangga.
"Ogah, gua mau di sini!" sahut Luna kesal.
"Ck, keras kepala banget sih!" terpaksa Ken menggendong tubuh Luna dan membawanya ke lantai dua. mengabaikan tatapan semua orang yang ada di dalam markas.
"TURUNIN GUE!" teriak Luna, tapi Ken tak peduli.
Sesampainya di lantai dua, Ken mendudukan Luna di sofa yang berada di balkon depan kamar pemuda itu. Lalu masuk ke dalam kamar sebentar mengambil sesuatu.
"Gak usah mikir yang aneh-aneh! Gue emang brengsek, tapi gue bukan orang yang suka memanfaatkan keadaan," ujar Ken setelah duduk di sebelah Luna.
Luna tak menyahut, dia hanya memasang wajah kesal.
"Biar gue obatin dulu wajah Lo, hadap sini bentar," titah Ken. Ternyata tadi dia masuk ke dalam kamar mengambil salep yang kini ada di tangannya.
"Gak perlu! Gue gak butuh perhatian dari Lo!" tolak Luna mentah-mentah.
"Hm, ya sudah. Gue juga gak akan lepasin tuh iketan tangan Lo, kan Lo gak butuh!" ancam Ken membuat Luna mendelik.
"Apa sih yang Lo mau?!" tanyanya dengan suara keras.
"Gue cuma mau ngobatin luka di wajah Lo doang, gak lebih. Gue juga gak akan macam-macam. Untuk yang tadi gue minta maaf, tadi gue reflek," jelas Ken. Tadi dia memang reflek mengecup bibir Luna, nalurinya yang membuat dia melakukan itu, dan tentu saja dia menyesalinya.
Luna mendengus, "Gue obatin sendiri!" ujar Luna, meski tak bisa membantah Ken, tapi dia punya penawaran.
"Hm, baiklah. Gue lepas dulu ikatannya." Ken kembali mengeluarkan senjata kecil miliknya, dan memotong ikatan di tangan Luna.
"Nih obatin dulu, baru boleh pulang, tapi sama gue pulangnya." Ken menyerahkan salep tersebut pada Luna dan gadis itu menerimanya dengan malas.
Sebelum mengobati lupa di wajahnya, Luna lebih dahulu ke kamar mandi guna membersihkan tangan dan wajahnya. Sedangkan Ken tetap menunggu di sana, tak ingin kecolongan karena Luna kabur.
Tak lama Luna keluar dari kamar mandi, "Nih, makasih." Luna mengembalikan salep milik Ken.
"Udah?"
"Dah," jawab Luna singkat.
"Gue mau balik," ucapnya lagi.
"Makan malam dulu, gue yakin Lo belum makan malam. Kebetulan pesanan gue juga udah dateng."
Luna menatap dua kotak makanan yang ada di atas meja, dan dua cup minuman. Entah sejak kapan Ken memesan itu semua, padahal dia ke kamar mandi hanya beberapa saat bahkan tidak ada sepuluh menit.
"Gue udah makan," tolak nya. Dia sengaja berbohong, sebab tak ingin lebih lama lagi berada di dekat Ken. Dia masih kesal dengan pemuda itu. Ya, meskipun dia akui Ken selalu datang tepat waktu saat dirinya dalam bahaya.
"Gue gak memberikan penawaran," sahut Ken tak ingin ditolak.
"Ck, dasar pemaksa." Luna mau tak mau mengikuti perintah Ken lagi, dia tahu tak akan mudah keluar dari markas ini jika tidak menurut apa kata Ken.
"Gue minta maaf, karena keteledoran gue, Lo terluka," celetuk Ken di tengah menikmati makananya.
Dahi Luna mengernyit, "Maksudnya?" tanyanya bingung.
Ken menghela napas sebelum menjawab, "Pagi tadi, saat anak buah gue ambil tas di rumah Lo, bokap Lo tahu. Dan gue yakin luka di pipi dan bibir Lo karena itu, kan?" tebakan yang sangat benar sekali.
Luna terdiam mencerna semua ucapan Ken, lalu menggelengkan kepala. Sama sekali tak ingin mengakui kebenarannya. "Sok tahu," sahutnya.
Ken hanya berdehem, dan kembali melanjutkan acara makan malamnya. Dia tahu Luna tak mau menceritakan kejadian sebenarnya. Dia juga tidak berhak mencampuri urusan keluarga gadis itu, kan? Apalagi mereka baru saja mengenal.
"Gue udah suruh Dilan jemput Lo," celetuk Ken setelah keduanya cukup lama terdiam.
Luna yang sejak tadi makan sambil menundukkan kepala, kini dia mendongak menatap pemuda itu, "Ngapain? Gue bisa pulang sendiri, gak mau ngrepotin orang lain," sahut Luna.
Ken menggelengkan kepala, "Lo gak boleh pulang sendiri," ujarnya.
"Misalnya Lo pulang sama gue, ortu Lo bakalan marah lagi, dan kayaknya Lo lebih aman pulang sama Dilan," ucapnya lagi
Dilan salah satu rekan kerja Ken di showroom mobil milik mereka. Tak jarang Dilan datang ke markas Scorpion untuk membahas pekerjaan dengan Ken. Selain itu Dilan juga tetangga Luna yang rumahnya hanya berbatasan dengan jalan komplek.
"Lo ngapain culik anak orang ke sini?" orang yang baru saja mereka bicarakan tiba-tiba datang.
Ken mendengus mendengar ucapan Dilan, "Anterin dia pulang, awas kalo Lo bawa mampir ke tempat maksiat!" ancam Ken.
Dilan terkekeh, "Gue mana pernah ke tempat kaya gitu?" sahut Dilan, ikut duduk di sofa yang masih kosong.
"Iya gak pernah absen!" delik Ken.
"Gue mau pulang bang," ditengah perdebatan Ken dan Dilan, Luna mengeluarkan suara, jengah dengan perdebatan dua pemuda itu.
"Hayuk," sahut Dilan. "Lo turun dulu bentar, gue mau ngomong sama Ken!" titahnya pada Luna dan gadis itu langsung mengangguk.
Sikap Luna berubah seratus delapan puluh derajat saat berbicara dengan orang lain. Bendera saat bicara dengan Ken selalu menggunakan otot dan emosi berlebih.
"Awas kalo Lo cuma mainin Luna, gue yang bakal hajar Lo duluan!" ancam Dilan setelah memastikan Luna sampai di lantai dasar.
"Gue saksi hidup dia. Dari kecil dia gak pernah bahagia, kalau Lo gak bisa membahagiakan mending gak usah," ucapnya lagi.
Ken menghela napas, "Lo ngomong apa? Gue gak ada hubungan apapun sama dia, cuma kebetulan doang Lan. Lo mikirnya terlalu jauh," jawabnya.
Kenyataannya memang seperti itu. Mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun. Tapi selalu dipertemukan dalam waktu yang tepat.
"Terserah! Lo tetep harus ingat peringatan dari gue!" setelah mengatakan itu Dilan pun meninggalkan Ken yang menatap kepergiannya.
Ken menghela napas, "Gue gak mungkin semudah itu jatuh cinta kan?"
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri