" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buah pepaya
Antika dan Aldi kembali ke dunia mereka, aldi dan Antika berhenti dan menuruni agkotan umum itu tepat di depan gapura masuk kampung mereka, Aldi dan Antika berjalan berdampingan sejak turun dari amgot beberapa pasang mata merasa terkejut saat yang mereka lihat adalah Aldi, pria yang terkenal dengan kelumpuhannya di kampung itu, karena rasa penasaran beberapa pria dan wanita yang tak sengaja berpapasan dengan pasangan itu mereka menyapanya.
" Aldi..." Suara teriakan tak jauh dari mereka, Aldi dan Antika menghentikan langkahnya dan melihat ke arah sumber suara, dan di susul oleh beberapa orang yang menghampiri mereka.
" Aldi...kamu aldikan..dan mba Antika kalian dari mana?" Tanya salah satu warga yang mengenal mereka berdua.
" Eh..mamang..iya mang dari tempat berobat mang, " Jawab Antika dengan ramah.
" Syukur Alhamdulillah kalo gitu, lah...terus anak-anak siapa ynag jaga tik, Al?" Tanyanya heran.
" Ada Mbah Harjo sama Mbah wijah mang, anak-anak sementara sama mereka." Ujar Antika, Aldi hanya diam aja.
" Apa gak kasihan tik kamu tinggal sama mbah-mbah itu enka dong Mbah harjo gak perlu lagi mulung untuk makan." Ujar salah satu pria entah siapa yang jelas warga situ juga, Aldi dan Tika yang mendengar sangat kesal.
" Mau mereka makan gratis atau gak itu bukan urusan anda, kami tidak meminta anda menyumbangkan makanan untuk anak ku dan mereka berdua, lagian kami pergi tak lupa meninggalkaan bekal untuk mereka." Jawab Aldi tegas dan benar-benar kesal mendengar ucapan pria itu, pria itu terdiam saat Aldi membuka suara.
" Jangan belagu kamu Al, baru juga bisa jalan gitu sudah sok, dulu aja masih lumpuh diam aja di hina sana sini." Ujar wanita yang tak suka dengan keluarga itu.
" Emang ada masalah apa ya mba? Apakah saya dan suami saya membenakan hidup mba!" Tanya ku dengan geram, ku tatap tajam wanita itu dengan sorot mata permusuhan.
" Sudah-sudah...Mina kamu itu kalo punya mulut ya di jaga kasihan suamimu juga bukannya lagi kena stroke ya." Jawab kesal yang lain.
Antika pamit kepada semua, ia tak mau terlalu lama di kerumunan itu pasti akan banyak drama lain yang akan menyusul.
Antika do gandeng Aldi mereka menjauh, dari jauh Antika dan Aldi sudah melihat kerumunan kedua dari warung mbok iyah, Antika menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan ya secara panjang, Aldi yang melihat itu hanya diam saja ia tau istrinya lagi di uji emosinya.
" Eh...itu bukannya Antika dan Aldi ya, dari mana mereka, tapi kok....!" Ucap heran salah satu wanita yang kebetulan ada di kumpulan itu, antika tetap acuh tak acuh ia tetap berjalan tanpa menghiraukan para ibu-ibu yang sudah melihatnya dari jauh.
" Hah...itu Aldi kah?" Tanya yang lain hengan heran.
" Sepertinya tapi kok ya makin ganteng aja ya, eh ..tunggu bukannya Aldi itu cacat ia habis kecelakaan di tempat kerjanya dulu?" ujar wanita lain berhijab mocca sambil ia melirik karah teman-temannya
" Iya..iya...tapi bagus lah kalo Aldi sudah sembuh toh Antika sekarang juga sudah jadi juragan sayur kan." Ujar salah satu ibu ibu itu.
Kasak susuk di warung mbok iyah, Antika yang mendengar sepintas hanya diam dan cuek dia terus berjalan tanpa ingin menegur atau mampir mendengar celotehan ibu-ibu itu, namun langkah kaki Antika dan Aldi terhenti karena suara tantenya.
" Wah..Al...sudah bisa jalan kamu, Banyak duitmu dong kalo bisa berobat." Ujar Tante Ambar dengan nada biasa sinis.
" Alhamdulillah...di kasih rezeki dari Allah dan di beri jalan kesembuhan juga." Ujar Antika, membalas ucapan tantenya tak kalah sinis.
" Eh Tika..kamu itu tega banget ya sama keluarga, suami kamu aja kamu bisa bawa berobat kenapa waktu itu Tante minta uang gak kamu kasih, hah." Ucap Tante Ambar, antika masa bodo.
" Eh...mau kemana kalian, bayarkan dulu belanjaan ku,..." Ucap sedikit membentak dan memaksa.
" Maaf Tan kami berdua duluan." Jawabku.
" Heh...bayarkan dulu janagn pelit kami sama tantemu sendiri, bawa suami sampai sembuh aja bisa bayarkan belanjaan Tante gak bisa, dasar pelit." Ujar Tante Ambar denga. Emosi.
" Maaf kalo untuk berobat suami ku pasti ku usahakan ada, tapi jika untuk membayar makanan Tante maaf gak ada, bukannya Tante orang kaya, ngapain minta sama orang miskin sepertiku." Ucap Antika, ia langsung pergi tanpa menoleh lagi, Aldi pun yang tau sifat tantenya hanya mengeleng.
" Eh..Ambar, kalo ngomong itu jangan asal jeplak aja, ya jelas lah Antika gak ada uangnya jika kamu memintanya." Ujar salah satu ibu-ibu yang baru datang.
" Iya, main Mita aja emang kamu ada jasa apa sama Aldi sampai Antika kamu mintai uang?" Tanya mbok iyah yang heran melihat tingah wanita itu.
" Lah kan dia pasti punya uang lah buktinya dia bisa bawa suaminya berobat hingga sembuh, bukannya dia juga penjual sayuran mana sudah banyak kan pembelinya pasti banyak lah, masa tantenya minta gak boleh." Ujar Ambar sak enak udele.
" lebih baik kamu bayar hutangmu yang sudah hampir 3 juta lebih, enak kali kau berhutang gak tanggung tanggung, gaya elit tapi ekonomi sulit, ..cepat bayar itu gelang jual aja." ucap sela anak menantu mbok Iyah, ia menarik paksa tangan wanita itu dan mengecek emas asli atau bukan, saat melihat ternyata imitasi, langsung ia lemparkan ke wajah Ambar dengan kesal.
" Ngatain orang miskin gak taunya dia sendiri miskin, mending Antika dia sadar diri gak pernah dulu hutangnya sampai satu juta paling banter 500 ribuan aja itu pun dia hanya mengambil tahu tempe tidak sepertimu yang berhutang daging serta ayam dan ikan mana ambilnya samai lima kilo segala." ujar sela kesal, ia menguliti wanita itu di depan orang banyak, Karen pernah di hina juga oleh Ambar karena belum bisa memiliki anak dan di Katai menumpang segala di depan ibu-ibu.
Antika dan Aldi berjalan jauh, ia sudah tak mendengar lagi duel mulut yang ada di warung mbok Iyah, dari kejauhan rumah Antika sudah tersenyum senang saat melihat rumahnya dan pintu rumah juga terlihat sepertinya terbuka.
" Ma...lihat itu pepaya waktu itu di tanam sama anak-anak kan?" Tanya Aldi dan menujuk beberapa pohon pepaya yang berjejer rapi seperti pagar buahnya pun cukup menggiurkan.
" Sepertinya ia mas, nanti kita coba petik, buahnya juga lumayan banyak ya." Ujar Antika sambil tersenyum senang
" Assalamualaikum..." Ucap keduanya saat sudah berada di depan pintu rumah, tak lupa mengetik sopan.
" Walaikumsalam....wah...nak Antika sudah pulang Duk." jawab Mbah wijah dan membantu membawakan apa yang di bawa keduanya.
" Anak-anak mana Mbah?" Tanya Antika sopan kepada Mbah Ijah.
" Di dalam Duk, mereka habis panen tomat yang mereka tanam ternyata pertumbuhannya cukup cepat gak sampai dua Minggu sudah bisa di panen." Ujar Mbah wijah antusias memberitahukan kepada Aldi dan Antika, Aldi dan Antika hanya tersenyum.
" Mbah, di depan tadi aku lihat pohon pepayanya sudah berbuah banyak dan siap panen, kenapa gak di petik?" Tanya ku kepada Mbah wijah, Antika memberitahu Mbah wijah.
" Sudah Duk, beberapa hari ini sudah di petik sama mbah harjo, itu lihat sendiri sudah dalam peti tapi anehnya buahnya terus bertambah jadi Mbah biarkan dulu, nanti sore Mbah pulang dari beli pupuk baru di petik lagi." Ujar mba wijah, Antika terkejut begitu juga Aldi, Mbah wijah belum sadar akan perubahan Aldi karena Aldi saat sampai depan pintu ia langsung duduk di kursi yang tersedia di depan rumah, dan saat masuk pun Mbah wijah jalan duluan dan Aldi duduk di kursi dapur.
" Iya mbah, nanti kita petik sama-sama." Ujar ku pada Mbah wijah.
" Di minum dulu Duk, oh ya mana kursi rodanya nak Aldi?" tanya Mbah wijah heran dan baru menyadari jika kedua orang itu datang tak membawa kursi roda, Aldi yang melihat kebingungan Mbah wijah hanya tersenyum begitupun Antika.
" Mbah, anak-anak gak sadar kah yang Mak mereka sudah pulang kok pada gak ada yang samperin." Ujar ku sambil sedikit ngambek di buat-buat dan itu mambuat Aldi geli sendiri melihat istrinya yang celingukan sambil menahan kesal yang di sengaja.
" Coba mama lihat ke kamar Reyhan, mungkin mereka sedang asik sama mainannaya atau mungkin Nemani Reyhan belajar." Ujar mas Aldi, aku pun membenarkan akhirnya aku jalan bersama mas Aldi yang mengekori dari belakang, dan itu tak lepas dari terkejut Mbah wijah yang melihat langsung, Mbah wijah masih terbengong meilihat punggung Aldi yang berjalan sedikit pincang menjauh hingga hilang di tikungan baru lah Mbah wijah tersadar.
" Alhamdulillah...nak Aldi sudah sembuh,..ternyata benar kata mas Harjo, istri Soleha akan mendapatkan hikmahnya dengan ikhlas merawat suaminya, semoga setelah ini rumah tangga kalian semakin di limpahkan berkah Duk,le Mbah hanya bisa mendoakan yang terbaik." Ucap tulus Mbah wijah dengan tetes air mata yang tiba-tiba banjir di pipi.
semangat kak 💞
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰