Airin menerima sebuah Pernikahan Bisnis, karena jatuh cinta pada pandangan pertama pada calon yang di jodohkannya, Austin Castillo.
Airin memiliki hidup yang hancur selama 2 tahun pernikahannya. Suaminya tidak pernah mencintainya, juga Ibu Mertuanya yang selalu jahat padanya.
Suatu insiden menimpa Kakak Suaminya, Erlan Castillo yang merupakan CEO, dikabarkan terlibat dalam pencucian uang dan pengelapan membuat dia di jatuhkan dari posisinya.
Dalam pergolakan ini, Istri Kakak Suaminya itu malah mengoda Suami Airin, mereka diam-diam berselingkuh. Ternyata Suami Airin sudah lama memendam cinta pada Kakak Iparnya sendiri.
Airin mencoba bertahan...
Sampai suatu tragedi menimpa Erlan, dan Erlan kecelakaan, koma dan hampir mati.
Namun Kakak Iparnya itu bukannya mencemaskan Erlan, malah sangat gencar mengoda Austin.
Apakah Airin bisa mempertahankan Pernikahannya?
Atau menemukan Kebahagiaan baru?
Persaingan, Harta, Tahta dan Cinta.
Siapakah yang Akan Menang pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Za L Lucifer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35: Sebuah Tekad
Perasaan Airin jadi begitu sedih ketika dirinya melihat pemandangan itu, dimana Erlan bersama dengan Sylvia.
Hal yang paling membuat dirinya kesal adalah dirinya tidak rela jika Kak Erlan masih mencintai orang semacam Sylvia, lihat saja kelakuannya di masa lalu.
Dimana, tidak hanya menghianati Kak Erlan, terlebih penghianatan itu dengan adik Kak Erlan sendiri. Dan tidak hanya itu, Sylvia juga merebut suami orang, menggoda adik iparnya sendiri.
Sungguh tindakan yang sangat tidak tahu malu dan tidak tahu diri.
Orang semacam itu jelas tidak layak untuk dicintai oleh orang sebaik Kak Erlan.
Ketika Airin memikirkan ini dirinya semakin tidak bisa menerimanya.
Jelas hal-hal ini tidak bisa dibiarkan.
Hal-hal ini sungguh menggagunya, Sampai saat ini pun dirinya memang merasa bahwa mungkin Kak Erlan belum move on.
Pantai ini adalah tempat kenangan mereka berdua tempat di mana mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.
Hah, semakin memikirkan ini membuat Airin semakin sedih.
Ya, Ada apa dengan dirinya?
Apakah ini disebut perasaan cemburu?
Apakah sebenarnya dirinya diam-diam sudah memiliki perasaan pada Kak Erlan?
Entahlah dirinya juga belum benar-benar yakin.
Namun, menurut Airin jelas bukan hal baik jika Kak Erlan masih belum move on seperti ini.
Ya, Airin sekarang memiliki sebuah ide.
Dirinya ingin membuat Kak Erlan move on.
Cara paling mudah apa untuk membuat seseorang move on?
Yaitu untuk menemukan seorang pengganti yang lebih baik.
Airin merasa dirinya memanglah bukan wanita yang sempurna, namun setidaknya dirinya merasa jika dirinya lebih baik daripada Sylvia sialan itu.
Jelas, berbeda dari sebelumnya kali ini dirinya tidak akan membiarkan Sylvia sialan itu, sampai membuat Kak Erlan terbawa perasaan!!
Ya, Airin mulai membulatkan tekadnya ini.
Dirinya ingin menjauhkan mereka berdua...
Yah, kalau di pikir lagi sekarang dirinya dan Erlan sudah menikah, ini mungkin hanya berpura-pura, Namun siapa yang tahu takdir nanti berjalan ke arah mana?
Yang paling penting setidaknya, dirinya akan mencoba berusaha, untuk mendapatkan Kak Erlan.
Ya, Airin merasa Kak Erlan cukup baik, sepertinya tidak masalah jika menghabiskan sepanjang hidupnya dengan orang itu.
Selama tiga tahun ini, banyak hal yang terjadi pada dirinya.
Ada juga saat di mana Dirinya hampir putus asa ketika melukis.
Namun, dirinya benar-benar bisa kembali bangkit berkat bantuan dari Pria itu, Erlan Castillo.
Begitu banyak hal yang sudah pria itu berikan padanya, orang yang selalu membantu dirinya.
Jadi setidaknya dirinya juga ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan.
Yah, setidaknya untuk membantu Pria itu melupakan masalalunya, agar tidak lagi tenggelam pada kisah-kisah di masa lalu yang menyedihkan.
Seperti tentang bagaimana dirinya sudah melupakan masa lalunya.
Austin adalah masalalu terburuk dalam hidupnya.
Namun walaupun dirinya sudah mengalami kisah cinta yang menyedihkan, bukan berarti dirinya tidak ingin membuka hatinya untuk menemukan sebuah kebahagiaan baru.
Dalam hidup ini selalu ada begitu banyak kemungkinan.
Tidak ada yang salah jika itu jatuh cinta lagi.
Mungkin perlahan-lahan dan biarkan waktu yang akan menjawab.
Saat ini dirinya memiliki begitu banyak waktu yang dibutuhkan.
Setelah membulatkan tekadnya itu, Airin kembali lagi menatap ke arah dua orang itu, yang sepertinya kali ini ada seseorang yang datang.
Kali ini terlihat Austin yang datang dan langsung memukul Erlan.
Astaga, si gila itu!
Airin jelas merasa tidak bisa membiarkan hal itu terus terjadi.
Airin segera berlari menuju ke arah tempat kejadian.
"Brengsek kamu Erlan! Kamu berani mendekati Istriku!!"
Sebelum Erlan menjawab, Airin segera datang membantu Erlan untuk berdiri, lalu segera berbicara,
"Austin, Kamu itu jangan memfitnah Suamiku Erlan! Kamu harusnya yang paling tahu soal bagaimana Istrimu, Sylvia itu! Dia itu adalah seorang wanita genit, mana tahu laki-laki mana yang ingin dia rayu, jelas dia yang mencoba merayu Suamiku Erlan,"
Sylvia yang dituduh itu segera menjadi kesal, Sylvia pertama memberikan Elvin pada pengasuhnya, memintanya untuk segera membawa anak itu pergi dari sini.
Lalu Sylvia segera berkata,
"Kamu jangan bicara sembarangan, Airin!"
Airin yang mendengar itu segera tertawa.
"Apa? Aku hanya mengatakan tentang sebuah kenyataan, Kamu hanyalah wanita yang sangat suka merayu Pria lain, buktinya terlihat jelas di depan mata. Tidak perlu mencari jauh-jauh soal laki-laki mana yang kamu goda,"
Austin yang mendengar Airin menghina Sylvia jelas menjadi marah.
"Diam kamu Airin! Kamu jangan bicara sembarangan!"
Airin yang melihat Austin membela Sylvia itu menjadi semakin kesal.
Ya, Austin itu sepertinya sudah buta, seolah-olah lupa tentang hal-hal yang ada di masa lalu.
Atau malah...
"Pfff.... Jadi begitu, jika bukan Sylvia yang murahan, apakah kamu yang murahan dan suka merayu Kakak Iparmu sendiri? Foto malah kalian berdua saja yang dasarnya sama-sama brengsek makanya kalian saling membina satu sama lain, sungguh membuatku terharu,"
Erlan yang dari tadi diam, segera menatap ke arah Airin, mencoba untuk bekerja sama setelah memberikan beberapa kode.
"Benar, kalian berdua itu sama saja, sama-sama murahan! entah siapa yang menggoda siapa Namun yang pasti kalian berdua itu tidak tahu malu dan tidak tahu diri," Kata Erlan lagi.
"Jaga bicaramu! Aku jelas melihat bagaimana, kamu memengang tangan Istriku Sylvia barusan!"
Airin segera tertawa dan berkata,
"Austin, Erlan suamiku itu bukan laki-laki mata keranjang sepertimu, yang suka menggoda Istri orang, dan apa bagusnya Sylvia ini? Erlan sekarang memilikiku, tidak mungkin dia mau mendekati wanita sepertinya, yang sudah menjadi mantan," kata Airin segera merangkul mesra kearah Erlan.
Ya, inti dari semua ini adalah menunjukkan ke pasangan sampah itu bagaimana dirinya dan Erlan memiliki hubungan yang mesra dan bahagia.
Erlan diam-diam ingin tertawa melihat bagaimana Airin ternyata cukup pintar untuk berbicara.
"Itu benar, Aku memiliki Airin. Dia adalah wanita yang baik dan bermartabat, kenapa lagi aku harus melihat Istri orang? Aku juga adalah laki-laki bermartabat, tidak seperti seseorang, jadi tentu saja, Aku akan selalu setia pada Istriku Airin, aku sangat beruntung memiliki Airin sebagai Istriku, setidaknya dia selalu ada di sisiku bahkan ketika aku dalam posisi yang buruk, sangat sial laki-laki yang sudah mencampakan wanita sebaik ini,"
Hal yang dikatakan Erlan itu kurang lebih bukanlah sebuah kebohongan, hampir apa yang dikatakannya itu adalah hal-hal yang ada di hatinya.
Tentang, memang Airin yang sebenarnya sangat baik, dan mandiri, tidak layak untuk disia-siakan dan diberlakukan seperti sebelumnya oleh Austin.
Laki-laki yang tidak bisa melihat berlian.
Jelas sekali, sindiran Erlan itu diarahkan ke arah siapa.
Ya, kesiapa lagi kalau bukan Austin?
Austin sejujurnya sempat tidak bisa berkata-kata setelah mendengar hal itu.
Airin yang mendengar kata-kata Erlan itu, diam-diam di dalam hatinya sangat senang.
Yah, walaupun itu hanya sebuah kebohongan namun tidak apa-apa, dirinya sudah cukup senang untuk itu.
"Erlan, kamu itu memang suami yang paling baik," puji Airin sambil mencium pipi Erlan.
Gerakan itu jelas saja mengejutkan semua orang yang ada di situ.
Termasuk Erlan sendiri.
Airin yang merasa jika dirinya akan semakin emosi jika berada di sini jelas memilih untuk segera pergi.
"Sudahlah, Erlan Sayang, kita pergi dari sini saja, hmph lupakan tentang dua orang tidak tahu malu itu. Kita kan di sini untuk bulan madu, dan membuat dedek bayi, tidak perlu untuk mengganggu masa indah kita dengan melihat wajah mereka berdua,"
Erlan memutuskan untuk setuju.
Yah, mari melupakan dulu soal masalah Elvin, dirinya akan mencoba menyelidikinya lain waktu.
Karena percuma, mencoba mencari tahu dari mulut wanita pembohong seperti Sylvia, karena entah kebohongan apa yang akan keluar dari mulutnya itu.
Dan sekarang, Airin dan Erlan sudah berada di salah satu cafe dekat pantai disekitar sana.
Setidaknya keduanya merasa cukup lega, karena akhirnya bisa lolos dari masalah.
"Terimakasih, Airin. Kamu datang tepat waktu,"
"Ya, aku hanya kebetulan lewat. Namun tadi Sebenarnya apa yang terjadi?"
Airin memilih untuk pura-pura tidak tahu tentang bagaimana Erlan sempat mengandeng tangan Sylvia.
Dirinya ingin melihat seberapa jujur Erlan.
"Tadi, Elvin menagis karena Sylvia yang memarahinya dan bersikap tidak masuk akal, Elvin hanya ingin untuk bermain denganku sebentar namun, Sylvia itu membuat Elvin menagis, Aku benar-benar tidak tahan melihat anak kecil itu menangis itulah kenapa aku mencoba untuk mencegahnya pergi, sikap Sylvia itu, terlalu mencurigakan dan tidak masuk akal,"
Airin ketika mendengar itu entah kenapa merasa lega.
Ah, jadi ini karena Elvin?
Bukan karena Erlan terbawa suasana?
Namun, Elvin tetaplah Putra Sylvia, mana tahu Sylvia malah memanfaatkan putranya itu?
Mengigat, kelemahan Kak Erlan adalah anak kecil.
"Jadi begitu,"
Erlan menatap ke arah wanita yang ada di depannya, yang entah kenapa saat ini menunjukkan ekspresi rumit.
"Apa? Apakah kamu mengira aku mencoba mendekati Sylvia juga?"
Airin tidak menjawab, namun malah bertanya,
"Kak Erlan, Apakah Kakak tidak ingin mencoba untuk jatuh cinta lagi?"
Pertanyaan itu terlalu tiba-tiba karena hampir keluar dari topik.
Erlan menjadi bingung ketika ditanya tiba-tiba itu.
Jatuh Cinta lagi?
Dirinya sempat belum memikirkan soal hal-hal itu...
Cinta, bisa berujung sebuah sakit hati yang mendalam...
Bukan berarti dirinya belum bisa move on hanya saja...
Sepertinya masih sedikit sulit untuk dirinya bisa jatuh cinta lagi.
Hanya, kenapa Airin tiba-tiba menanyakan ini?
Bersambut
Catatan Penulis: Mau Promosi Novel Baru rilis nih, Barangkali ada yang tertarik baca,
Judulnya: Istri Mainan Sang Tuan Muda
Ada juga beberapa Novel yang sudah Tamat,
sehat selaluu
Terima kasih kak Author 🙏 utk karya2nya yg mnurut aku ga gampang membuat sbuah karya cerita, semangat utk karya2 terbarunya 💪🏻🥰
terimakasih banyak atas karyanya, banyak kesan dan inspirasi yang dapat diambil 🤗
semangat kak terus berkarya 🙏🤗