NovelToon NovelToon
Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pembaca Pikiran / Pelakor jahat
Popularitas:783
Nilai: 5
Nama Author: Tri Harjanti

Jarang merasakan sentuhan kasih sayang dari suami yang diandalkan, membuat Mala mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pernikahannya. Perselingkuhan, penghinaan, dan pernah berada di tepi jurang kematian membuat Mala sadar bahwa selama ini dia bucin tolol. Lambat laun Mala berusaha melepas ketergantungannya pada suami.
Sayangnya melepas ikatan dengan suami NPD tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak konflik dan drama yang harus dihadapi. Walaupun tertatih, Mala si wanita tangguh berusaha meramu kembali kekuatan mental yang hancur berkeping-keping.
Tidak percaya lagi pada cinta dan muak dengan lelaki, tetapi jauh di dasar hatinya masih mengharapkan ada cinta tulus yang kelak melindungi dan menghargai keberadaannya di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Harjanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengapa Wajahku Menyerupai Nenek?

Hiruk pikuk suara menjerit dan tawa cekikikan anak bungsu diiringi teriakan penuh emosi dari dua anak remaja. Mia si balita telanjang bulat berlarian menginjak-injak kasur dua kakak yang masih rebahan dengan ponsel menyala. Mereka berteriak, Mia menyebabkan sprei dan bantal basah. Sementara Mala sibuk mengejar-ngejar  si bungsu Mia dengan handuk di kedua tangan.

Susah payah mengelap tubuh Mia dan mengoleskan minyak telon di perut Mia. Wangi semerbak khas bayi menyeruak di seluruh ruangan yang dilewati Mia … masih dengan menjerit-jerit tentunya. Selesai mengenakan baju Mia, arah pandangan Mala terlihat lelah menyadari betapa berantakannya ruangan kamar anak-anak dan juga ruangan tengah tempat Mia menumpahkan kotak mainan. Kadang ketika emosi Mala memuncak ingin sekali rasanya berteriak pada dua anak remaja yang asyik bermain ponsel … yang Mala harap, mereka mau berinisiatif membereskan ruangan tanpa diperintah.

Tidak semua harus Mamah, kan?

Malas membuang energi untuk mengomeli anaknya, Mala mengambil sapu dan mulai membereskan barang. Sebelumnya ia mewanti-wanti si kecil untuk duduk diam, tapi seperti biasa … si kecil mengangguk dan terus melemparkan mainan. Mala menarik napas jengkel. Memutuskan membersihkan kamar Bram saja dulu, pastinya Mia tidak akan berlarian di sana.

Klek …

Lampu menerangi ruangan, sontak Mala terkejut. Lurus dari pintu langsung menghadap sebuah lemari kayu yang memiliki cermin besar pada pintunya.

Wajah siapa itu? Mala terkesiap ….

Perlahan disentuhnya rambut berantakan yang tadi dijambak-jambak oleh Mia saat dibantu mengenakan pakaian. Langkah Mala mendekati cermin, makin dekat makin malu dan makin tak mengenali wajahnya sendiri. 

Di sana, pada pantulan cermin itu … sebuah wajah tua dan suram. Kelelahan luar biasa tergambar jelas pada raut mukanya. Uban di pucuk kepala menari-nari terkena kipas yang tadi dibiarkan menyala oleh Bram. Salah satu kebiasaan buruk dari Bram yang Mala benci. Berbuat semaunya, seenaknya, membiarkan lampu menyala, membiarkan kipas menyala, membiarkan barang-barang berantakkan … seolah semua pasti akan dibereskan oleh Mala. 

Bram mengandalkan Mala untuk itu, tetapi tak mau Mala mengandalkannya untuk mencari nafkah keluarga.

Huft!

“Mirip nenek-nenek,” gumam Mala. Masih memandangi pantulannya di cermin dengan rasa frustrasi. 

“Apa begini wujud depresi?” gumam Mala berbicara sendiri.

Daster ungu yang sobek sedikit di bagian leher, karena terus cuci pakai, cuci pakai … terlihat menyedihkan. Apalagi dalam pantulan cermin itu, wanita berdaster ungu yang mengenggam sapu, hmm … sungguh terlihat menyedihkan. Mengingatkan diri Mala pada cerita nenek sihir pada majalah anak-anak yang dibacanya ketika masa kanak-kanak.

Wajah yang terasa galak, suram dan apatis … apa ini yang Bram lihat setiap hari dari diriku? Pantas saja ia mencari hiburan di luar rumah. Belum tentu benar tapi Mala mulai merasa begitulah yang terjadi.

Mala melempar sapunya, menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Diperhatikan lagi pipi yang menurun kendati usia Mala belum empat puluh tahun. Kalau tidak salah 39 di tahun ini, kenapa aku sudah seperti nenek-nenek?

Mala menyisir rambut yang jarang dilakukan, selalu terburu-buru, selalu ingin cepat-cepat … seolah tubuhnya sendiri tak layak mendapat perhatiannya.

Mala mulai menyadari kekeliruannya selama ini. Bekerja terlalu keras, sampai kejam pada tubuh sendiri. Uang pas-pasan yang Bram beri sebenarnya tidak cukup untuk membesarkan tiga anak perempuan mereka sekaligus perawatan rumah kontrakan yang berukuran cukup besar. Untuk itu diam-diam Mala selalu menambah uang dapur dengan hasil jualan penganan yang sebisa mungkin ia lakukan ditengah hiruk pikuknya menjaga anak seperti Mia.

Mala belum tahu apa sebabnya, tetapi Mia memang sedikit berbeda dengan kedua kakaknya juga anak-anak seusia Mia pada umumnya. Mala ingin memeriksakan Mia ke dokter, tapi lagi-lagi selalu ada saja barang di rumah ini yang butuh perbaikan. Bram menganggap keanehan Mia hanyalah khayalan Mala, ‘mengada-ada saja’, katanya.

Kali ini Mala mengusap pipi. Turun pada leher dan merambah dada … direnggutnya daster ungu dari tubuhnya yang kaku. Merobeknya seakan benci melihat wujud sendiri. Sampai akhirnya Mala hanya mengenakan pakaian dalam. Jelas terlihat kulitnya masih kencang dan segar. Tubuh yang jarang sekali dipeluk pria kendati Mala memiliki seorang suami.

Tak ada yang aneh dengan tubuhku, tetapi mengapa wajahku terlihat lebih tua?

Cek … cek … cek ….

Suara cicak kembali bersahutan. Ada banyak sekali cicak di jendela kamar. Mala merinding dan cepat-cepat membuka pintu lemari kayu. Mengambil celana pendek dan kaus over size yang mulai jarang ia kenakan… kini bermaksud mengenakan itu kembali. Mengabaikan ketidaknyamanan pinggang yang tertekan karet celana.

Sedikit dendam diambil semua daster miliknya, menumpuknya di pojok pintu … Mala bermaksud membuangnya. Terlalu berhemat membuatnya tak pernah membeli pakaian baru, jika harus membeli … daster menjadi pilihannya karena itu yang paling murah. Memang sangat nyaman dikenakan, saat beberes rumah, mengurus balita dan pekerjaan rumah lainnya. Rumah terlihat bersih, nyaman, sayangnya … jarang Bram melihat itu … saat Bram pulang di malam hari atau malam larut atau dini hari atau bahkan esok pagi … acapkali rumah dalam kondisi berantakan kembali. Si kecil yang terus merengek dan hiperaktif membuat Mala kelelahan dan akhirnya tertidur dengan membiarkan kondisi rumah yang kembali berantakan setelah lima kali dirapikan dalam satu hari yang sama. Sialnya, Bram mencemooh kondisi rumah dan diri Mala yang payah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Nurika Hikmawati
Semangat terus ya Mala... kamu pasti biaa bngkit
Nurika Hikmawati
gantian coba kamu yg di rumah Bram!
Nurika Hikmawati
ceritanya bagus, penulisannya enak dibaca.
Nurika Hikmawati
kasihan sekali mala... sabar ya mala
Nurhikma Arzam
agak seram ya boo
Nurhikma Arzam
curiga sama bram asem
Janti: emang asem sie dia
total 1 replies
Nurhikma Arzam
kereen nih semangat thor
Janti: makasih yaa
total 1 replies
Meliora
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
Janti: Makasih yaa👍
total 1 replies
Dulcie
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
Janti: makasih kk udah mampir👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!