reeva dipaksa menikahi seorang pria dewasa penerus grup naratama, kehidupan reeva berubah 180°, entah kehidupan bagaimana yang akan reeva jalani.
dukung karya saya yah 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh empat
"aku akan antar kamu ke bandara!" suara birru memecah keheningan pagi itu, di meja makan reeva sarapan dengan tenang, berhadapan dengan birru dan vania yang tersenyum menatapnya. Di mata wanita itu terlihat semburat kemenangan, reeva menyadari namun reeva sudah tidak perduli.
"nggak perlu, nayaka akan jemput aku nanti" nada suara reeva terdengar datar, gadis itu menyudahi makannya ketika panggilan dari nayaka masuk.
"halo ka, iya kita ketemu di bandara aja, aku otw" reeva bangun dari duduknya, tanpa permisi ia meninggalkan meja makan. Senyum simpul vania tersungging di bibirnya, sekilas reeva melirik senyum itu. Namun reeva memutuskan untuk tidak lagi perduli, hatinya terlanjur sakit.
Reeva menyadari bahwa ini semua kesalahannya, tak ada yang meminta dia untuk jatuh cinta pada birru, lantas mengapa sekarang ia harus sakit hati. Reeva sudah bersiap, jika seandainya birru akan mengirimkan dokumen perceraian mereka nanti. Saat ini reeva akan fokus membangun masa depannya.
Reeva melangkah berlalu dari meja makan itu, ia ingin menjemput kopernya, namun ucapan birru yang melangkah mengikutinya menahan langkah kaki reeva.
"aku akan usahakan untuk sering mengunjungimu, belajarlah dengan giat di sana"
Reeva tak menjawab, ia hanya menatap wajah tampan suaminya itu, ada rasa sedih menyelusup ke dalam hatinya. Mengapa ia harus jatuh cinta pada pria seperti birru, yang jelas-jelas tidak pernah menganggap ia ada.
Reeva mengulurkan sesuatu, birru memicingkan matanya. Mata itu seakan bertanya.
"aku tidak mungkin lagi memakai kartu ini, karena aku—"
"apa maksudmu?, itu milikmu reeva dan aku tidak akan memblokirnya, pakailah untuk hidupmu disana"
Reeva tercenung, ia berdiri tanpa bicara. Sungguh birru membuatnya bingung, apa maksud pria ini sebenarnya, mengapa seakan birru masih mempertahankan pernikahan mereka.
"bagaimana bisa kartu ini masih milikku, bukankah antara kita sudah tidak ada lagi hubungan?"
"apa maksudmu?" mata yang memicing dan kening birru yang mengerut, menunjukkan kebingungan.
"tak ada hubungan?kamu istriku, dan aku suamimu, lantas hubungan yang mana yang kamu tanyakan?"
"bukankah kamu bilang, jika aku melangkahkan kakiku meninggalkan rumah ini dan pergi ke perancis, kamu anggap di antara kita sudah tidak ada lagi hubungan apa-apa?" ujar reeva keheranan, matanya menatap birru kebingungan.
"ya tuhan..."seru birru memukul jidatnya sendiri, kedua tangannya merengkuh pundak reeva dan mengenggamnya erat.
"aku bilang begitu, jika kamu pergi tanpa ijinku, aku pikir kamu pintar, ternyata kamu bodoh" senyum birru lembut, menjawil hidung reeva yang melengos malu.
"aku akan sering mengunjungimu di sana, usahakan selesaikan dengan baik, dan reeva aku harap, kamu hanya mengikuti program itu selama setahun saja, kuliahmu selesaikan di sini saja"
Reeva menatap birru yang masih memegang erat pundaknya, sungguh reeva tidak mengerti pria ini, sebenarnya mau birru apa.
"lantas mengapa kamu mempertahankan vania di rumah ini?" bisik reeva lirih, ia tak mau wanita itu mendengar pembicaraan mereka, matanya menuntut jawaban.
"nanti, suatu saat aku akan cerita padamu, tapi tidak sekarang, waktumu tidak cukup"
"ahhh...iya" reeva tergeragap, matanya melirik jam dinding,
"aduh, aku harus pesan taksi lagi"
"biar aku antar yah!, ambillah kopermu, aku tunggu di mobil" birru tersenyum lembut, reeva mengangguk dan berlari ke kamarnya.
Reeva dengan cemas, menunggu birru yang memarkirkan mobilnya, sebenarnya hati reeva berat untuk pergi, namun untuk meminta birru menahannya ada rasa malu luar biasa. Jujur saja reeva tak ingin pergi, reeva ingin berada di sisi birru selamanya.
Reeva menatap birru yang menyeret kopernya santai, hati reeva kembali melow, sungguh ia tak mau jauh dari pria ini.
Tiba-tiba ponsel reeva berdering, reeva tersentak, tangannya meraba ponsel yang berada di dalam tas sandangnya.
Mata besar indahnya memicing heran 'ibu' batin reeva, ibu tidak pernah meneleponnya selama ini, gemetar tangan reeva menggulir panggilan itu ke mode terima,
"assalamualaikum bu..."
[ree...ayah ree...] tangisan ibunya terdengar menyesakkan, seumur hidup reeva, ia tidak pernah mendengar ibunya itu menangis,
"ada apa dengan ayah bu?.." suara reeva tercekat di tenggorokan tangannya bergetar. Birru yang berada di depan reeva menatap reeva intens.
[ayah, kecelakaan ree..]
Wajah reeva memucat, tubuhnya bergetar hebat, ponsel di tangannya meluncur tanpa sadar, untungnya birru dengan cepat menyambar ponsel itu dan menerima panggilan dari ibu mertuanya itu. Sementara tangannya sebelah lagi, menyambar tubuh reeva yang hampir luruh ke lantai.
"iya..bu, rumah sakit mana?, baik kami akan kesana" birru menutup panggilan itu, kini kedua tangannya memeluk tubuh reeva yang lemas.
"ayah...ayah..." gumam reeva dengan air mata mulai berjatuhan, bagaimanapun saat ia di rumah, hanya ayahnya lah tempat reeva bergantung dan bermanja, di saat ibunya lebih sibuk mengurusi rania.
"jangan berpikiran buruk reeva, semoga ayah tidak apa-apa, kita harus kesana sekarang" ucapan birru menyadarkan reeva, dengan air mata yang masih membasahi pipinya, reeva bersandar sepenuhnya ke tubuh birru yang memeluknya, reeva tak bertenaga. Berbagai pikiran buruk merasuki pikirannya.
Birru menuntun tubuh lemah reeva menuju mobil, namun panggilan seseorang membuat langkah mereka terhenti.
"reee....." reeva menoleh, matanya masih basah oleh air mata. Pria muda itu terlihat terengah-engah.
"penerbangan kita sebentar lagi ree," seru nayaka, matanya memicing curiga melihat reeva yang menangis. Matanya kemudian menatap birru penasaran,
"anda siapa yah?"
Birru menyeringai kesal, wajah pria muda ini membuatnya cemburu, binar matanya yang menatap reeva membuat hatinya memanas.
"apa yang anda lakukan pada reeva?" tanya nayaka curiga, air mata reeva membuat benaknya berpikir yang tidak-tidak.
"saya suami reeva, kamu siapa?" suara angkuh birru cukup membuat nayaka terbelalak kaget
"su..suami?"
"maaf ka..sepertinya aku tidak bisa ikut program beasiswa itu, maaf yah, aku harus pergi" suara reeva terdengar parau, tangannya meminta birru untuk menuntunnya ke mobil. Birru menuntun reeva dan mendudukkan istrinya di kursi, menutup pintu sebelah reeva, sebelum birru masuk ke dalam mobil, matanya masih sempat menatap pria muda yang terlihat tercekat tak percaya itu. Senyum birru tersungging di bibir, ada rasa lega di hatinya, sebab ia tahu pria muda itu menyukai reeva.
Bersambung....