Balapan, dugem, judi, merokok sudah menjadi dunia dan rutinitas Alanzo Gilbartan setiap hari. Si ketua geng motor dengan muka ala dewa Yunani dan kekayaan yang lebih. Sombong dan urakan adalah dua dari wataknya. Tidak ada yang boleh membuat masalah, semua harus tunduk, atau ia akan terkena batunya.
Hingga ia bertemu dengan Sheryl, cewek misterius dengan sikap tenang dan senyuman santai yang mengalahkan harga dirinya.
Sheryl membuat masalah saat pertama kali bertemu dengannya. Sheryl memiliki Rahasia yang tak ia tahu.
Saat dirinya dan anggota geng lainnya mencari tahu tentang Sheryl di internet, kejanggalan terjadi. Mereka selalu mendapati #ERROR 404.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayndf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Why Are U, Sheryl?
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Sheryl kala Bu Zeline masih tetap melanjutkan penjelasanya pada benda di LCD tanpa menyadari jika sedari tadi Sheryl memilin jarinya secara kasar.
“Gergaji mesin ini dinamakan gergaji chainsaw. Cara penggunaannya yang pertama kalian harus memasang keping rantai, yang kedua mengisi bahan bakar,” ucapnya menerangkan gambar juga video di LCD yang menampilkan gergaji mesin yang biasanya untuk memotong kayu di hutan.
“Yang ketiga, saya akan tunjuk kalian untuk membacanya!” Bu Zeline terlihat memilih seorang siswa. “Kamu Sheryl! Baca yang nomor 3!”
Deg! Cewek itu tergemap di tempat dengan mata yang melebar, sebuah ekspresi yang tidak pernah siswa di kelas ini tangkap selama ini. Antara kaget dan takut? Semua ekspresi ketakutan dengan wajah ngeri itu nyatanya sedari tadi tak lepas dari perhatian Leon dan Omero. Kedua cowok itu sudah mengerutkan kening terlebih dahulu mendapati ekspresi Sheryl yang seperti itu.
Semua orang sibuk menunggu Sheryl membacanya di layar LCD, tapi cewek itu malah berdiri dari duduknya dengan wajahnya yang merah. “Saya,” ucapnya tersengal.
“Saya izin keluar!” Dengan cepat, Sheryl berjalan maju ke depan menuju pintu yang dihalangi bu Zeline. Alanzo hanya menatap hal itu aneh.
“Kamu mau kemana?!” tegas bu Zeline memegang tangan Sheryl yang bergetar dan langsung mendapat tepisan cewek itu. “Apa sopan tiba-tiba izin saat guru menunjuk kamu?! Kamu mau alasan pergi? Padahal ini cuma membaca nomor 3 loh, Sheryl!”
“Saya mau pergi!” balas Sheryl lebih tegas.
“Kamu mau pergi bolos? Kamu anak beasiswa loh, bisa-bisa kamu—“ Tak butuh wanita itu menjelaskan lagi, Sheryl langsung pergi berlari dari kelas itu. Tak peduli soal sopan santun lagi saat wanita itu sedang berbicara. Dengan tubuh bergetar, Sheryl berjalan seperti orang linglung.
Ia memencet-mencet HP-nya dengan susah payah, berusaha menghubungi seseorang. Namun, karena jarinya yang bergetar serta nafasnya yang kian sesak, Sheryl tidak bisa menghubunginya. Cewek itu mulai mengeluarkan air mata. Ia berlari ke arah gerbang sekolah yang tertutup rapat. Dengan gegabah, Sheryl berusaha membuka gerbang yang nyatanya terkunci.
“BU-BUKA! BU-BUKA! BUKA GERBANGNYA!” tuntut Sheryl terbata-bata, menggodor-gedor gebang keras. Ia menarik-narik ganggang gerbang itu dengan kasar, berusaha membuka gemboknya. “BU-KAAA!”
Sheryl mengusap air matanya yang menetes kala ia tak bisa mengontrol tubuhnya yang semakin bergetar disertai memori-memori gelap di masa lalu yang mulai merambat di otaknya. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak nafas.
Mendapati suara siswi yang meraung-raung, seorang satpam yang tadinya sedang berkeliling, kini mendatangi dirinya. “Loh! Loh! Loh! Ini kenapa toh?!”
“BU-BUKA GERBANGNYA!” teriak Sheryl padanya. Satpam itu terkejut bukan main dengan suara Sheryl yang menggelegar di gendang telinganya.
“Kamu kenapa?!” tanyanya panik.
“Buka ....” Sheryl masih berusaha menggedor-gedor gerbang, penampilannya sudah sangat kacau kali ini.
“Mohon maaf sebelumnya, saya gak bisa bukain pintu gerbang sebelum jam pulang. Apalagi ini masih jam pertama. Saya hanya menjalankan tugas dan tidak mau kehilangan pekerjaan saya!” Mendengar itu, lutut Sheryl lemas. Ia terduduk di tempat, tenaganya seolah habis. Tubuhnya masih bergetar dengan tampilan yang awut-awutan. Setetes darah mengalir dari hidungnya.
Sheryl terduduk, memeluk lututnya sendiri lalu kedua tangannya ia gunakan memegang kepalanya yang terasa pusing.
“YA AMPUN! NONA SHERYL!” pekik seorang pria paruh baya, berlari menghampiri dirinya. Pak satpam pun dibuat bingung saat pak Herman—kepala sekolah—itu terlihat panik dan menyebut Sheryl dengan sebutan ‘Nona’.
“Bu-buka ...!” ucapnya melirih hampir tergeletak di tanah.
“Buka gerbangnya! Cepat!” perintah pak Herman pada satpam yang kini membuka gerbang secara tergesa-gesa. Melihat itu, Sheryl berdiri dari duduknya dengan lemas. Sheryl ingin berjalan ke luar gerbang, tapi sebelum itu pak Herman mencegahnya.
“Nona mau kemana? Bahaya kalau Nona pergi sendiri!” Dengan cepat, Sheryl menghepas tangan Herman dengan nafas yang masih tak beraturan dan darah yang terpapang di hidung. Pak Herman sudah tidak berani lagi untuk memegang Sheryl. Wajahnya masih tampak khawatir. “Saya bisa sediakan mobil sekolah, atau saya yang akan antar Nona!”
Sheryl menggelengkan kepala cepat. Cewek itu berjalan setengah berlari ke arah sebuah taksi yang memang sudah tersedia di seberang. Pak Herman tampak panik. Ia segerah mengerahan satpam-satpam yang berdatangan. “Walaupun nona Sheryl naik taksi, cepat awal dia dari belakang menggunakan mobil! Separuh dari kalian, pastikan gak ada siswa atau guru yang tahu soal hal ini! Hapus rekaman CCTV bagian gerbang!”
Kemudian para satpam mulai berpencar membagi tugas, sedangkan pak Herman terlihat menghubungi seseorang.
***
Tak sempat membayar maupun mengucap terimakasih pada supir taksi, Sheryl langsung saja berlari ke dalam rumahnya. Hal yang membuat supir itu menunggu di luar. Dengan tubuh yang masih bergetar, cewek itu segerah memasuki kamar minimalisnya. Ia menggeledah berbagai macam barang yang ada di dalamnya, tapi tak kunjung menemukan sesuatu yang ia cari. Kamar yang tadinya rapi, kini menjadi seperti kapal pecah.
Sheryl mengacak-acak rambutnya frustasi dengan air mata yang tak kunjung reda. “Argghh!” teriaknya.
Kini pintu kamar terbuka lebar, menampakkan Eros, Dian, dan Yanuar yang sedang melotot kaget di sana. Eros segera menghampiri Sheryl untuk mencegah cewek itu melakukan sesuatu yang menakutkan. Sedangkan Yanuar keluar rumah untuk membayar taksi dan memastikan tidak ada yang melihat ataupun mendengar kekacauan yang sedang terjadi.
“Kak Sheryl! Tenangin diri, Kak!” ucapnya. Sheryl menatap mata Eros tajam sebelum kemudian melangkah keluar ruangan dan kini menuju kamar Eros lalu menggeledah sesuatu di sana.
Eros pun masih mengikut dan berusaha mencegah cewek itu.
“Kemana?! Kemana, Ros?!” tanyanya dengan nafas tersengal.
“Aku gak akan biarin Kakak minum obat itu!” tegas Eros memegang kedua lengan Sheryl yang langsung ditepis olehnya. Sheryl semakin mengobrak-abrik kamar Eros untuk menemukan apa yang ia inginkan. Ia yakin, jika di kamarnya tidak ada, maka Eros pasti yang menyembunyikannya. “Kak Sheryl! Dengerin aku, Kak!”
Sheryl tidak mendengar. Ia kini membuka loker meja Eros dengan kunci yang ditaruh di bawah sarung bantal. Cewek itu menemukan sebuah tablet yang benar memang disembunyikan oleh Eros darinya. Eros menyahut obat itu dari tangan Sheryl. “Kak Sheryl gak bisa minum obat ini lagi!”
Namun, dengan kasar Sheryl menyahutnya kembali. “Ini obat dari dokter gue! Biarin gue tenang, Ros!” Eros terdiam. Kini, ia membiarkan Sheryl meminum obat benzodiazepine yang memang ia dapat dari dokter. Beberapa saat kemudian, perlahan perasaan tenang langsung menyerbu dirinya. Tidak ada lagi getaran di tubuhnya, tidak ada lagi memori-memori menyeramkan di kepalanya. Jantungnya mulai normal.
Sheryl terduduk lemas di lantai dengan air mata yang menetes. “Gue bodoh, Eros ... Gue bodoh ... Maaf ....” Melihat kekacauan itu, tanpa sadar air mata Eros juga menetes.
“Kak Sheryl gak salah, coba dari awal lagi ya?” Ia memeluk tubuh ringkih Sheryl.
Ini semua karena tragedi itu.
***
A/N:
Hayoo, sapa nih yang kaget, yang biasa liat Sheryl tuh nampilin wajah yang tenang-tenang aja eh dibalik itu semua ada rahasia tersembunyi? Tapi aku yakin kalian ga bakal kaget² amat kalo dah baca yang eps 18😙
See u gess janlup like and komen!!😘