Pertempuran Wanita Jelek

Di ruangan presdir seorang pemuda tampan terlihat duduk di kursi kebesarannya, terlihat bergonta-ganti membuka sebuah berkas laporan ke tumpukan berkas laporan lainnya, mencoba untuk fokus meneliti apa yang tersurat.

Namun yang terjadi semakin kesal saja dia. Sejak tadi ia tak bisa berpikir dengan baik. Tak ada daftar perkerjaan di otaknya.

“Ahhh, Vampir China itu, berani-beraninya dia marah padaku!” gerutu Zayn menutup kasar berkas laporan yang ada di tangannya.

Ya, Zayn masih mengingat pertengkaran pertamanya dengan Vampir China itu, perdebatan hanya karena kotak makan. Betapa mengerikan perempuan itu saat murka.

“Apa aku benar-benar harus mengacak-acak kantorku dan satu kota Jerman hanya untuk mencari kotak makannya!” Zayn kembali menggerutu sembari membuang berkas laporan yang ada di tangannya.

Ya ampun ini gila.

Zayn menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil memijat pangkal hidungnya, kepalanya teras berat memikirkan kemarahan Vampir China.

Bayangan tadi pagi terlintas di kepala Zayn bagaimana saat sarapan bersama Vampir China itu tidak seperti biasanya hanya diam.

Flash back ...

Zayn baru saja duduk di ruang makan untuk sarapan bersama tercengang menatap hasil masakan Alana yang ada di meja makan. Menu nasi goreng yang telah tersaji dihadapannya namun jika di teliti porsi di piring itu sangat sedikit hanya beberapa suap.

Zayn menatap Alana yang telah makan lebih dulu.

“Hei, kenapa kau memasak sedikit sekali,” protes Zayn menatap makan di piringnya.

Alana hanya diam tak menjawab, hanya menatap piring nasi gorengnya, asyik menyuap makanan. Ya dia masih kesal pada lelaki yang ada di hadapannya ini yang dengan santainya menghilangkan kotak makan ibunya.

Mengerti Vampir China ini masih merajuk karena perbedebatan semalam. Zayn pun memutuskan diam, mulai menyuap makanannya.

Zayn baru merasakan satu suapan terkesiap akan rasanya.

“Nasi goreng ini kering dan keras sekali,” protesnya lagi.

Ya, ampun menu sarapan pagi ini sangat lain sekali. Tidak enak seperti biasanya.

Namun Alana hanya diam tak menjawab.

“Nasinya keras banget kaya bikinan anak pramuka," celetuk Zayn tanpa sadar.

Oh, astaga Zayn kelepasan ....

Mendengar itu pandangan Alana seketika terangkat, melayangkan tatapan tajam penuh kilat amarah pada Zayn.

Apa dia bilang? Dia masih kesal, pemuda ini masih bisa mencibir masakannya.

Tatapan mata Alana bak pisau yang akan menghunus tubuh Zayn, mengerikan sekali.

Pandangan mereka beradu, Zayn menelan salivanya lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya pada piring, tertunduk diam sembari menyantap nasi gorengnya.

Ya Tuhan, ia membuat Vampir China semakin marah, wajahnya semakin mengerikan. Zayn cicit tak ada pembicaraan lagi darinya. Takut Vampir China ini semakin murka.

Zayn mengusap wajahnya frustrasi membayangkan pagi yang di lalui bersama Alana. Menu sarapan yang berimbas karena kemaraan Alana dan tak ada kata-kata ramah maupun senyuman. Benar-benar kotak makan yang menyebalkan.

Sampai kapan Vampir China itu akan marah?

Ada perasaan tak tenang menyelimuti perasaan Zayn, wajah marah itu selalu terkenang membuatnya tak bisa berpikir.

Dia ingin perempuan itu kembali tersenyum. Dan senyuman itu kembali jika dia mengembalikan kotak makan ibunya.

Ahhh, menyusahkan saja, decak Zayn lalu tangannya seketika terulur meraih gagang telepon.

“Ken ke ruanganku sekarang!” titah Zayn lalu kembali menaruh gagang telepon siap memberikan perintah.

Akhirnya dia menyerah.

Tak lama pintu ruangan Zayn terketuk kemudian tampak lelaki berjas hitam masuk, melangkah mendekat ke arah Zayn.

“Ya tuan, Ada apa?” tanya Ken.

Zayn mengela napas berat, sebenarnya ia ragu. Perintah ini seperti sangat konyol, akan tetapi dari pada ia terus mengingat wajah galak Alana yang sudah seperti menghantuinya. Ya, dia harus memberi titah ini.

“Ken, telusuri semua tempat yang kemarin kita datangi lalu ...”

Ah, lidah Zayn seakan keluh, apalagi menatap wajah Ken yang terlihat serius mendengarkan perintah apa yang akan dia berikan.

Demi apa-pun pentingkah perintah ini? Mencari kotak makan milik ibu Vampir China.

“Cari kotak makan yang berwarna hijau yang aku bawa kemarin.” Akhirnya perintah itu terucap.

“Hah.” Terdengar dari Ken, seakan tak percaya apa yang di dengar. Benarkah itu keluar dari mulut sang bos.

“Aku kehilangan kotak makan itu kemarin. Cari di setiap sudut kantor dan setiap tempat kita datangi dengan detail, kalau perlu satu kota Jerman ini,” hardik Zayn kepada Ken seakan menunjukkan frustrasinya.

Oh sungguh gila, dia benar-benar memberi perintah aneh, demi Vampir China itu.

Walau Ken tak mengerti, mengapa tugas itu di berikan, padahal hanya kotak makan biasa, dan si boss pasti bisa mendapatkan yang lebih baik namun Ken mengangguk menyetujui.

“Baik tuan saya akan memerintah orang untuk mencarinya.”

“Jika ada yang menemukannya tukar dengan uang berapa pun,” tekan Zayn.

“Baik tuan, tuan tenang saja kami akan menemukannya.”

“Pergilah. Cari sampai dapat.”

Ken menundukan kepala tanda hormat hendak keluar.

“Oh iya, jangan lupa kotak makan itu punya tanda inisial huruf S yang terukir seperti ular.”

Uhhh, semakin rinci saja perintahnya. Sesuai ucapan Alana.

“Baiklah tuan, kami akan mencarinya.”

Ken pun meninggalkan ruangan.

Tubuh Zayn merosot lemah bersandar di sandaran kursi. Bayangan Alana yang merajuk padanya kembali bermain di pikirannya.

Tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik, semalam mereka sudah seperti sepasang suami istri, ia seperti merasakan menjadi seorang suami yang sedang menerima omelan dari istrinya, seperti suami-suami lainnya. Uhg, terlihat manis sekali.

Relung hati Zayn menghangat.

“Ternyata begini rasanya di omelin istri,” gumam Zayn senyumnya semakin mengembang terasa lucu membayangkan perdebatan semalam.

Namun saat bayangan wajah galak Vampir China terlintas, bagaimana istrinya itu menggeprak meja dengan keras hanya karena kehilangan kotak makan seketika, Zayn bergidik ngeri.

“Kenapa aku jadi takut pulang ke rumah. Ternyata dia istri yang sangat mengerikan,” gumam Zayn seketika nyalinya cicit bak suami yang takut pada istrinya, setelah mendapatkan Omelan semalam dan tahu betapa galaknya istrinya itu.