NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:357
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Bu Sri malang

“Ratna, ratna sini dulu Ratna…” panggil Bu Sri dari kamar sempit. Ratna dan Herman meletakan Bu Sri di kamar paling belakang dekat kamar mandi dan dapurnya. Disana, Bu Sri tinggal dengan perabotan sederhana hanya dipan, kasur tipis dan laci kecil.

Di sudut kamar, masih banyak sarang laba-laba yang bergelantungan. Aroma bau tak sedap dari kamar mandi tercium jelas dari kamar Bu Sri sekarang. Kamar penuh sesak, namun Bu Sri tidak menuntut dia sudah seneng perkara bisa tinggal bersama Herman dan Ratna.

“Apaan sih, nenek tua peot banyak bac*t, tinggal sehari dong bikin sakit kuping gue!” Gerutu Ratna, yang tengah menonton tv. Dia seakan tidak perduli dengan panggilan dari ibu mertuanya itu.

Berkali-kali, Bu Sri memanggil Ratna. Ratna malah membesarkan suara tv nya, agar suara Bu Sri kalah dengan suara dari berita di tv. “Ratna…Ratna, menantuku dengan suara ibu!?” Teriak Bu Sri, semakin kencang.

“Aragghhh!! Nenek tua, itu bikin pusing. Sehari saja dia tinggal di sini gue setres!! Ngapain sih dia itu!” Amuk Ratna, dia berjalan dengan mengentak-henrakan kakinya ke kamar Bu Sri. Suara langkah kaki itu semakin dekat ke kamar Bu Sri, lantas Ratna membuka pintu dengan kencang.

Brakkk!!!

“Astaghfirullah…” ucap Bu Sri terkejut. Memandang menantunya yang kini berdiri di ambang pintu dengan tangan bersedekap, namun Bu Sri segera tersenyum saat melihat wajah Ratna.

“Nak, ibu minta tolong…” ucap Bu Sri dengan suara seraknya. Aroma minyak oles menyengat ke seluruh kamar sempit tanpa ventilasi itu. “Mau, minta tolong apa bu!!” Ucap Ratna dengan suara keras, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keramahan seperti siang tadi.

Bu Sri tersenyum tipis, dia mengambil minyak olesnya dari belakang bantal tidurnya. “Olesin minyak, di kaki sama punggung ibu nak.” Ucap Bu Sri. Ratna lantas mendelik, dia tidak percaya akan di perintah oleh mertuanya itu.

Mata Ratna mengarah ke kaki Bu Sri yang keriput dan daki dalam pandangannya. Uwekk, sepontan Ratna mual-mual di depan Ibu mertuanya, dia melihat jarinya yang putih dengan dua cincin emas yang di belikan Herman.

“Aku? Ibu suruh aku? Ibu pikir ibu siapa! Aku itu bukan pembantu ibu ya! Ibu cuma numpang di rumah aku! Ibu pikir aku nggak ada kerjaan lain apa! Olesin saja sendiri Bu! Aku mah, jijik!” Kata Ratna, sesak nafas Bu Sri lantas kambuh. Nafasnya naik turun tidak beraturan.

“Apalagi ini! Ngak usah drama dehh!!” Kesal Ratna melihat Bu Sri, lantas Ratna keluar dengan menutup pintu Bu Sri kencang. “Amit-amit, dia mati depan mata gue!” Ucap Ratna, lantas meninggalkan Bu Sri sendirian di kamar.

Keesokan harinya di desa, Adi dan Lasri sibuk dengan usaha barunya. Di seberang rumahnya sekarang telah di bangun pasar sementara, dari lahan yang awalannya kosong. Sekarang telah, ramai di isi oleh tenda pedagang.

Adi tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengais rezeki. Mereka, akan menjual jajanan tradisional, Lasri sangat pandai membuat jajanan tradisional, dulu saat belum menikah dengan Adi Lastri pernah berjualan jajanan tradisional juga.

“Mas, singkongnya jangan lupa cari yang muda, biar empuk pas di kukus. Mas, pulangnya jangan lupa mampir ke warung mpok asih juga, beli gula aren mas. “Ucap Lastri, sembari meniup tungku dengan rafa yang berada di pangkuannya.

“Iya, mas juga mau ambil ubi! Kayaknya ubinya udah siap panen. Buat, bikin getuk.” Sahut Adi, sembari mengambil peralatan untuk dibawa ke ladang. Sebelum, dia turun dari rumahnya Adi sempat nyeruput kopi yang tinggal sedikit. “Assalamualaikum.” Ucap Adi, sebelum akhirnya benar-benar melangkah ke ladang.

Rafa sangat anteng dalam gendongan Lastri. Sejak dua hari jualan, Lastri sudah memiliki tabungan, Adi dan Lastri sengaja makan sederhana dari hasil kebun. demi bisa menabung demi anak-anak mereka. “Alhamdulillah, ini rezeki anak soleh Ibu, dan Bapak. Sekarang, kamu sudah punya tabungan nak.” Ucap Lastri dengan penuh syukur.

Pukul, setengah tujuh pagi kedua suami istri itu bahu membahu menata meja buat jualannya. Baru saja membuka warung, pelangan sudah berkunjung datang. Rasa jajanan yang enak, serta lengkap dan isinya banyak. Membuat pelangan datang silih berganti.

“Alhamdulillah, mas… kita dapat lumayan hari ini, dua puluh lima ribu mas. Ini uangnya, kita tabung setengah dan kita beli ikan sedikit ya mas. Kasihan, mas sudah kerja susah payah, kita kadang-kadang harus makan enak juga mas.” Ucap Lastri sembari tersenyum, dia sudah sangat ingin makan ikan dari sejak seminggu lebih. Tapi, Lastri tidak berani meminta pada mas Adi. Dan sekarang, hasil dagang mereka lumayan jadi Lastri bisa makan ikan.

“Ya, kamu beli saja di pasar nanti ya. Siapa tau masih ada. Biar mas yang beresin ini dan jaga Rafa. Kamu berangkat saja.” Ucap Adi. Dengan langkah senang Lastri berjalan masuk ke dalam pasar. Adi mengeleng lihat tingkah sang istri, kadang dia merasa kasihan dan dia juga sangat bersyukur punya istri seperti Lastri.

Saat setelah mendapatkan ikan. Lastri mendadak teringat dengan ibu mertuany. “Seandainya, ibu ada di rumah. Dia pasti senang banget lauknya ikan. Ibu sangat suka dengan ikan. Semoga, di rumah Herman, mbak Ratna kan masakan ibu ikan setiap hari. Agar, ibu bisa makan enak.” Gumamnya sembari berjalan ke rumah.

Sementara di rumah Ratna. Ratna hanya memasak dua ikan saja. Untuknya dan suaminya Herman. “Mas, kamu antar makanan ke kamar ibu kamu gih! Aku ogah, semeja makan lagi sama ibu kamu!! Bau, minyak olesnya itu, bikin aku mual-mual!!” Kata Ratna.

“Kamu kasih ibu ini saja? Sepotong tempe sama timun?” Tanya Herman. Dia meliat piring ibunya hanya berisi empat sendok nasi, dengan sepotong tempe gosong sama sepotong ujung timun. Ratna lantas melirik sinis ke Herman.

“Apa?!! Berharap apa kamu sama aku! Kamu cuma kasih uang aku sedikit saja!! Kamu pikir kamu bisa kasih ibu kamu paha ayam? Hah!” Bentak Ratna, membuat nyali herman mencuit seketika. “Iya, iya. Maaf. Aku bawa ke kamar ibu.” Ucap Herman, Ratna lantas mendengus.

Herman lantas berjalan ke kamar ibunya. Dia mencium bau pesing dari kamar ibunya. Meliat pintunya terbuka, Bu Sri lantas melihat ke arah anaknya. “Herman, nak…?” Ucap Bu Sri, yang bangun dari kasurnya dia menopang tubuhnya dengan tangan gemetar.

Herman melihat ibunya yang sakitnya semakin parah. “Bu, mending ibu balik saja ke rumah adi! Kayaknya, Adi lebih pinter urus ibu daripada aku. Aku sibuk bu.” Ucap Herman, mencari alasan dia tidak mau Ibunya sekarat di rumahnya, dan dia harus mengurus semuanya sendirin. Itu mimpi buruk bagi Herman.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!