NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bu Sri tidak ingin bertemu cucunya

“Mas, rumah siapa itu mas?” Tanya Lastri saat melihat bangunan dari bambu yang terbangun di tengah-tengah kebun mereka.

“Rumah kita, Lastri, mas mau jujur. Tapi, kamu jangan sedih, mas tidak bisa menutupi ini lebih lama lagi, dan mas menghargai kamu sebagai istri mas. Dan mas ingin berbagi suka maupun duka denganmu.” Jelas Adi. Lastri menatap mas Adi bingung. Apa semua ini? Rumah siapa itu? Lastri bertanya-tanya sendiri.

“Apa mas? Ceritakan tentang semua ini mas, rumah siapa itu mas.” Ujar Lastri, mas Adi mengajaknya duduk dekat pohon mangga, yang berada di sebelah gubuk yang baru Adi bangun.

Memang hanya berdinding bambu, dan beralasan tanah tapi rumah itu berdiri sendiri di tengah kebun, tidak terlalu luas tapi cukup dengan dua kamar, satu dapur dan satu ruang tengah bahkan kamar mandi yang terletak di luar ruangan.

“Dek, itu rumah kita.” Ujar Adi. Lastri pun terkejut, dia tidak menyaka mas Adi akan mengatakan itu rumah mereka. Lastri, tadi berpikir jika mas Adi telah menjual kebun mereka, dan pondok yang ada di tengah kebun itu milik orang lain. Bukan, milik mereka.

“Mas, kenapa bisa itu jadi rumah kita? Apa maksud kamu mas, aku masih belum paham. Kalau itu rumah kita, rumah Bu Sri gimana? Siapa yang akan tinggal disana mas, kalau kita tinggal di rumah ini? Mas, tapi di mana kamu dapat uang buat bangun rumah, ini rumah tidak murah mas.” Ujar Lastri, dia masih terlihat bingung dengan semuanya.

“Kamu, tidak usah khawatir. Uang ini mas udah kumpulkan sangat lama, walaupun hanya pondok sederhana tapi mas ingin nanti kita tinggal di tempat ini dengan anak-anak. Soal rumah ibuku, biar Herman saja yang tinggal, mas tidak mau bertengkar dengannya perkara rumah lagi, maaf dek, mas hanya bisa berikan pondok ini saja, bahkan pondok ini jauh dari kata sederhana dek.” Ucap Adi, dia merasa malu dengan sang istri.

Adi merasa dia tidak membawa Lastri pada kebahagiaan, tetapi menariknya pada jeratan kemiskinan. Tapi, Adi tidak akan menyerah dia akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan Lastri dan Rafa dan calon anak mereka juga.

“Ndak apa mas. Jangan berkecil hati, aku akan tetap bersama mas kemana pun mas bawa. Aku tidak tutup mata mas, mas orang yang rajin, sayang padaku dan anak-anak, itu sudah cukup bagiku mas. Mas juga membangun rumah ini untuk aku tinggali, aku seneng mas.” Ucap Lastri, ucapan lembut sang istri membuat Adi merasa lega.

Adi mengajak lastri untuk melihat-lihat rumah yang akan mereka tinggali. Rencananya, mereka akan tinggal sekitar tiga minggu lagi, setelah pondok ini mulai terisi oleh barang-barang.

Lastri menatap sekeliling, rumah ini memang sederhana tapi sangat akan bermakna baginya, “Alhamdulillah, akhirnya aku merasa lega, sebelumnya saat malam hari aku ngak bisa tidur, aku nggak bisa tidur memikirkan. Gimana, kalau sampai mbak Ratna dan suaminya pulang, bagimana kita akan tinggal bersama di rumah Bu Sri, apalagi, aku sadar Bu Sri lebih sayang pada mbak Ratna dan Herman. Aku kepikiran nasib anak-anaku nanti. Tapi, mas Adi begitu pengertian, dia menyiapkan ini untukku dan anak-anak, jadi setidaknya keluarga kami bebas bergerak di rumah kami sendiri.” Lastri, bernafas lega setelah diajak berkeliling melihat rumah mereka.

“Mas. Aku suka sekali mas, terimakasih mas.” Ucap Lastri penuh haru. Mas Adi pun menatapnya dengan senyuman senang. “Kita rawat rumah ini baik-baik ya.” Ujar Mas Adi.

Sementara di kota, karena perjudian yang tidak berhenti-henti. Herman mulai kehilangan uang-uangnya. Ratna pun mulai kesal dengan sang suami. Hasil, dari menjual saos oplosannya pun di gunakan untuk berjudi.

“Heh! Herman!! Kalau kamu judi lagi, nggak akan aku kasih makan kamu Herman! Lihat, aku tengah bunting juga! Kamu mau kasih makan anak kamu apa? Sial nasib ku Herman, punya suami macam kamu! Sekali lagi kamu berulah, kita cerai Herman.” Teriak Ratna, dia frustasi melihat kelakuan suaminya.

Bu Sri yang tengah mengepel pun lari ke arah kamar mereka, setelah mendengar teriakan Ratna. Yang ingin. Bercerai dengan anaknya.

“Jangan nak, jangan bercerai. Apa masalah kalian, lihat cucuku, kasian dia nak, jangan bercerai apa masalah kalian, biar ibu bantu.” Ucap Bu Sri, Ratna membuang muka saat Bu Sri datang.

“Udah, udah Bu jangan ikut campur. Itu Ratna cuma banyak pikiran. Udah, ibu lanjut kerja aja! Jangan ikut campur urusan rumah tanggaku.” Ucap Herman, dia mendorong-dorong ibunya agar keluar dari kamarnya.

Ratna menatap sinis ke arah Bu Sri. “Apaan juga nenek tua itu, malah dia yang bawa beban buat keluarga, ini!” Sindir Ratna.

“Duh. Lihat kan, ibu jadi ikut campur urusan kita. Aku sudah bilang kecilkan volume suara kamu! Udah, kamu jangan pusingin soal uang yang aku habiskan. Kita masih punya usaha jualan saos, udah pasti itu laku. Udah, uang yang aku pakai judi bakalan aku ganti.” ucap Herman, yang akhirnya membuat sang istri terdiam tetapi tidak dengan sorot matanya masih sangat kesal.

Bertahun-tahun berlalu. Kesehatan Bu Sri semakin menurun. Usaha jualan saos Herman masih ramai. Saos oplosan itu masih belum terendus jika itu produk oplosan, karena orang-orang masih belum terlalu perduli dengan hal itu.

Kerjaaan bu Sri makin bertambah,dia mengurus dua anaknya Ratna. Sementara, Adi tidak pernah mengunjungi ibunya lagi, sempat di ke tempat Ratna untuk berkunjung. Tetapi dengan tega, Bu Sri malah menutup pintu, dan tidak mau keluar saat tahu Adi datang untuk mengujunginya.

Sudah hampir tiga kali, Adi dan Lastri berserta dua anaknya datang untuk mengunjungi neneknya tapi tetap saja Bu Sri tidak mau bertemu sebab mereka. Adi tahu, Ratna dan Bu Sri ada di dalam rumah, tetapi mereka sengaja mengunci dirinya, saat mengetahui Adi datang dengan anak-anaknya.

Sungguh tega sekali Bu Sri, padahal uang untuk Adi bawa ke kota tidaklah sedikit. Dia menabung, demi bisa bertemu dengan sang ibu, tetapi Bu Sri malah tidak mau menemuinya. Bahkan, melihat cucu-cucunya yang bahkan sama sekali belum pernah dia gendong.

Apalagi, mata pencarian Adi sekarang sudah beralih ke kebun lagi. Pasar, yang dulunya tempat Lastri dan Adi berjualan sekarang sudah pindah lebih jauh. Mereka tidak bisa ikut berjualan di pasar itu lagi, karena untuk berangkat kesana jalan kaki, mereka butuh waktu dua setengah jam.

“Pak, kok nenek ngga buka pintu? Nenek, ngga di rumah lagi ya pak? Terus, kita pulang lagi gitu pak? Ngga ketemu nenek lagi?” Tanya Rara dengan polosnya.

Adi dan Lastri saling menatap. Mereka tidak tahu harus ngomong apa dengan sang anak. “Iya nak, kita beli bakso aja dulu yuk, habis itu kesini lagi, mungkin nenek lagi keluar nak.” Ucap Adi, dia berusaha menghibur hati anaknya yang tengah lelah.

“Tapi, sandalnya ada.” Tujuk Rafa, mereka melihat sandal Bu Sri dan Ratna di depan rumah mereka. Lastri mengusap lembut rambut anaknya, “sudah, ikuti kata Bapak yuk. Kamu lapar kan nak, kita beli bakso dulu, habis itu kesini lagi.” Hibur Lastri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!