Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Tuan Ken Yang Berubah.
"Ini karna kecerobohan ku saja, lain kali akan berhati-hati."
"Hem..." Ken hanya berdehem, berjalan kearah meja yang terdapat telpon rumah menghubungkan kedapur.
"Bawakan makan malam kekamar." setelah mendengar jawaban Ken menutup.
"Tuan anda berlebihan, aku baik-baik saja. Kita makan dibawah saja, jangan buat mami khawatir."
"Haaah, sudahlah. Kita makan malam dikamar dan setelah itu istirahat."
"Tapi...."
"Jangan ada bantahan, kau mau aku menutup mulutmu?" tersenyum mengerikan.
"Tidak, baiklah aku diam."
'Mau apalagi Kei, pria itu tidak bisa dibantah.'
Ken kembali duduk disamping Kei, tangan sibuk memainkan ponsel.
"He'em,,, pasangan serasi." ucap Kei tanpa sadar. Ken menoleh.
"Kau juga pasti punya foto seperti itu." Kei tersenyum masam, 'heh... foto itu sudah lama aku hapus, untuk apa aku menyimpan foto dan sebuah kenangan yang menyakitkan. Jika bisa aku sudah pergi jauh, tapi sekarang aku terbelenggu disini.' menyimpan pemikiran sendiri, menghela nafas.
"Kenapa?" Kei menggeleng.
"Diponsel mu pasti ada foto pernikahan mu yang dulu, sini." Ken menyodorkan tangan ingin meminta ponsel Kei.
"Tidak ada."
"Tidak ada? kamu pikir aku percaya?"
"Ya, terserah anda."
"Berikan ponsel mu." Kei diam saja tidak memberikan ponselnya.
"Kau ingin aku mengulangi sampai 7 kali?" sudah menatap tajam, apa boleh buat Kei mengeluarkan ponsel dari saku.
"Haaaaah, ponsel apa ini?" Kei memutar bola mata. Ken melihat isi dalam ponsel tak ada yang aneh atau berbeda, fiture pun hanya sedikit.
"Kenapa tidak ada foto orang lain?" Ken merasa aneh.
"Aku sudah katakan, tidak menyimpan apapun." ucap Kei. Ken beranjak dari duduknya membuka laci.
Pluk... kartu kecil dilempar diatas meja.
"Pakai Card itu untuk membeli keperluan pribadimu." duduk kembali. Mata Kei melotot melihat kartu Black Card diatas meja. 'Benarkah untukku? benar-benar susah ditebak, sepertinya tuan Ken berubah. Tapi alasan apa yang membuatnya berubah, belum lama begitu membenciku dan menuduh memanfaatkan hartanya tapi lihatlah dia sendiri yang memberiku kartu tanpa batas? atau jangan-jangan dia hanya mengujiku? huh, membingungkan sekali.'
"Apa karna sakit kamu diam saja? bahkan tidak ada ucapan terima kasih." Kei benar-benar tidak percaya dengan sikap Ken.
"Karna apa anda memberikan kartu itu?"
"Kamu lupa aku suamimu,"
'Ya ya kamu memang suamiku tuan bengis, tapi hubungan kita tidak seserius itu.' Kei lebih suka menjawab dalam hati, dia bisa menambahkan umpatan. Jika menjawab langsung tidak mungkin punya keberanian.
tok...tok...
"Masuk." beberapa pelayan datang membawa makanan dan menaruh diatas meja.
"Keluarlah setelah selesai akan ku beritahu."
"Baik tuan muda, kami permisi."
Ken mengambil makanan.
"Tuan biar aku saja."
"Kamu masih sakit, diamlah."
'Ya Tuhan sikap apa lagi ini? tanganku baik-baik saja, bukankah anda terlalu lebay tuan.' Kei menghela nafas. Ken menyodorkan sendok didepan mulut Kei, Kei yang terkaget memundurkan kepala.
"Ayo makan." sedikit ragu Kei membuka mulut. Setelah itu Ken menyendok makanan untuk dia sendiri, Kei benar-benar aneh melihat ini semua. Bagai kasus yang rumit tidak bisa dipecahkan. Mereka berdua makan satu piring berdua, selesai menaruh piring dan mengambil tissu. Berjalan menuju telpon rumah lagi dan menyuruh membereskan sisa makanan.
Ceklek...
Tante Lyra masuk kekamar Ken. Dibelakang ada beberapa pelayan yang akan mengambil sisa makanan.
"Hei, ada apa? kenapa kalian tidak makan dimeja makan?" Tante Lyra ikut duduk disofa, melihat Ken dan Kei bergantian. Ken diam saja, memberi kesempatan agar Kei mau menjawab.
"Tidak pa-pa mi, ntah tu... em maksutku suamiku yang menyuruh pelayan mengantarkan makanan kekamar." mendengar itu Ken tersenyum, kata suamiku terdengar geli tapi menyenangkan.
"Tapi tunggu, wajah kamu kenapa sayang?" Tante Lyra melihat pipi Kei bekas tamparan tadi sedikit bengkak.
"Ini hanya luka kecil mi, tadi Kei tidak hati-hati terpeleset ditoilet." Kei berbohong.
"Apa karna alasan ini kamu menyuruh pelayan membawa makanan kekamar Ken?"
"Bisa dibilang begitu." Tante Lyra tersenyum tipis. 'Sepertinya sudah ada kemajuan' pikir Tante Lyra.
"Oh, sayang, itu pasti sakit sekali. Kamu tidak membawanya kerumah sakit Ken?"
'Oh, ya Tuhan. Apalagi ini? tidak anak tidak maminya kenapa memberi respon berlebihan. Kalian tidak tau dulu hampir setiap hari aku bertengkar dengan wanita siluman itu bahkan lelaki yang berstatus suami sah ku tidak membelaku sama sekali.'
"Mami ini tidak parah, besok juga sembuh."
"Kamu memang wanita yang kuat Kei. Mami beruntung bisa memiliki menantu sepertimu."
"Mami berlebihan, Kei yang beruntung bisa hadir ditengah keluarga ini."
'Sikapnya tidak berubah tetap baik, sepertinya memang baik dan tulus.' Ken membatin.
"Ya sudah mami kembali kekamar. Kamu langsung istirahat ya."
"Iya mi," Tante Lyra keluar kamar.
"Au'... tuan...!" Ken menggendong tubuh Kei.
"Wow, kau berteriak terlalu kencang."
"Maaf, kamu membuatku terkejut." jawab Kei.
"Aku hanya memindahkan mu keatas ranjang."
"Kenapa harus berlebihan, kaki ku tidak pa-pa pipiku yang bengkak kenapa harus digendong."
"Ah iya, aku akan membuat janji bertemu dokter."
"Untuk apa?"
"Untuk memeriksa keadaan kakimu apa bisa sembuh dengan operasi, jika bisa kita akan lakukan." Kei membuka mulut karna terkejut dan tidak percaya dengan yang barusan didengar.
"Hei..." Ken menyadarkan.
"Tuan tidak salah makan? atau atau..." Kei benar tidak percaya. 'Tuan jika kamu terlalu baik seperti ini itu menakutkan, aku tidak tau ada apa? alasan apa yang membuatmu berubah drastis seperti ini. Aku harus bagaimana?'
"Apa maksudmu? apa aku terlihat seperti itu?" Kei menggeleng.
"Jangan bingung dan jangan heran, yang perlu kamu ingat jangan membantah perintahku, aku tidak suka." beralih merebahkan tubuh diranjang.
"Anda memang susah ditebak tuan,"
"Kau tidak perlu menebaknya."
Kei juga merebahkan tubuh disamping Ken, semua pertanyaan begitu menggangu.
"Tapi aku tidak mau dioperasi."
"Kei, aku lelah tidurlah. Kalau tidak tidur jangan salahkan aku jika melakukan sesuatu."
"Baiklah, selamat malam tuan semoga mimpi indah." secepatnya Kei menjawab membenarkan selimut dan menutup mata. Ken tersenyum.
"Lakukan dengan benar Kei!" Kei membuka mata lagi. Alisnya nampak bersatu.
"Kau belum mencium ku."
"Aku?" setengah berteriak.
"Baiklah jika kamu tidak mau melakukan." cemberut dan merebahkan kepalanya lagi, menutup mata dengan rapat. Kei merasa gemas dengan lelaki disampingnya, mudah sekali merajuk. Mau tak mau harus melakukan, lelaki sejuta akal itu tersenyum dalam hati merasa berhasil karna Kei terbangun dan mendekatkan wajahnya. Ketika bibirnya sudah menempel Ken menahan agar Kei tidak melepaskan. Keduanya menikmati ciuman, tetapi Kei mendesis karna Ken begitu rakus menciumnya.
"Maaf, kamu kesakitan." Kei mengangguk.
"Tidurlah, aku tidak akan mengganggu lagi." Kei merebahkan tubuhnya kembali, Ken merubah posisi miring menghadap kearah Kei.
"Peluk aku." Kei hanya menatap bola mata Ken. Ken mengulurkan tangan dan memeluk tubuh Kei dengan hangat. 'sangat nyaman.' keduanya terlelap dengan saling memeluk memberi kehangatan. Tanpa tahu perasaan masing-masing, karna keduanya masih belum terbuka.
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣