NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

“Mengapa kamu tidak mau menolongku tadi?”

“Menolong nona? Bisa-bisa Tuan James memenggal kepalaku, nona.”

Dengan spontan Celline memegang lehernya. Benny yang melihat itu, bibirnya tiba-tiba mengulas senyum.

“Sepertinya Nona Celline ini wanita yang polos dan lugu.” Kata Benny dalam hati.

“Nona, tolong bilang pada Tuan James, saya mau pulang dulu.” Benny pun bangkit sambil membawa cangkirnya ke dapur.

“Kenapa kamu tidak bilang saja sendiri? Apa kamu tidak bisa lihat, kalau aku begitu sangat takut padanya?”

“Takut? Mengapa nona harus takut pada Tuan James? Tuan tidak akan makan nona sampai habis. Dia pasti akan menyisakan nona sedikit.”

Mendengar ucapan Benny barusan, Celline langsung merosot dari kursi yang dia duduki. Benny berjalan dan melirik sedikit, kemudian pergi meninggalkan Celline sendirian.

*****

Keesokan harinya………

Matahari bersinar dengan cerahnya, namun tidak seperti Celline. Langitnya mendung karena kejadian semalam. Belum lagi bibirnya yang kini terlihat masih bengkak.

Tok…. Tok….. Tok…..

“Nona Celline, waktunya sarapan.”

“Iya, pak.”

Kemudian Celline keluar dari dalam kamar, setelah mandi. namun, dengan dandanan yang alami. Itulah Celline gadis dengan apa adanya. Dia hanya akan dandan saat akan pergi keluar rumah seperti bekerja.

“Pak, saya mau makan di sana saja ya!” Celline menuju ke arah dapur. Dia berbisik pada kepala pelayan, karena takut makan satu meja dengan James.

“Jangan, nona, nanti tuan bisa marah!”

Celline seolah-olah jadi mati kutu. Akhirnya dia duduk kembali di meja makan sambil menunggu James turun. Selang beberapa menit kemudian, James muncul. Seketika itu juga, hawa dingin menyeruak di sekitar meja makan.

Celline terusa saja menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah James.

“Makanlah!” Seru James dengan nada dingin seperti biasanya. Karena James sudah bicara, Celline pun berani mengangkat wajahnya.

“Ada apa dengan bibirnya?” Tanya James dalam hati yang sekilas melihat ke arah Celline.

“Ah…. Dasar sial!” Gerutu James saat mengingat kalau itu adalah hasil karyanya semalam.

Akhirnya keduanya makan dengan suasana hening. Hanya ada suara sendok dan garfu. Suara kecapan Celline pun hampir tak terdengar.

Seolah-olah Celline tidak mengunyah makanan itu. Gadis itu mungkin langsung menelannya begitu saja. Suasana kaku dan canggung itu pun akhirnya berakhir. Semua makanan yang ada di piring sudah habis tak tersisa.

“Bolehkah aku kembali ke kamarku?” Tanya Celline dengan takut-takut.

James hanya menganggukkan kepalanya sekali saja. Kemudian dia pergi meninggalkan meja makan. Selepas kepergian James, akhirnya Celline bisa menghirup oksigen dengan bebas.

Di dekat James, membuat gadis itu selalu saja merasa tegang. Karena tidak ada hal yang ingin dia lakukan lagi, maka dia membawa semua makanan yang ada di atas meja makan ke dapur.

“Jangan, non! Jangan!” Larang kepala pelayan.

“Tidak apa-apa, pak.”

“Nanti tuan marah.”

Perkataan kepala pelayan barusan membuat Celline jadi tertegun. Kemudian dia memilih kembali ke kamarnya.

“Non, tunggu!” Kata kepala pelayan sambil merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah botol salep dari dalam kantong bajunya. Lalu diberikannya pada Celline.

“Apa ini, pak?”

“Kata tuan, salep ini dioleskan ke bibir Nona Celline. Kalau boleh tahu, bibir Nona Celline tersengat apa sampai bengkak seperti itu?”

Seketika Celline memegang bibirnya yang masih terlihat bengkak itu karena ulah James.

*****

Siang itu udara terasa sangat panas sekali, sampai-sampai Celline harus membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Udaranya terasa sangat pengap. Tadi dia sudah menyalakan ACC kamar, tapi malah kedinginan.

Celline merasa mual-mual dan muntah. Perut Celline rasanya seperti diaduk-aduk. Rupanya angin alam lebih bersahabat bagi tubuh gadis itu.

“Non, Nona Celline!” Panggil kepala pelayan.

“Ada apa, pak?” Tanya Celline sambil membukakan pintu. Dilihatnya kepala pelayan sudah berdiri tegak di depan kamarnya.

“Waktunya makan siang, non.”

“Tapi, aku belum lapar, pak.”

“Jangan begitu, non. Nanti tuan marah sama saya, kalau Non Celline tidak makan.”

“Kenapa bapak yang kena marah?” Dahi Celline mengkerut, seolah tampak sedang berpikir keras.

“Nona Celline tidak boleh telat makan. Nona harus kuat dan sehat, supaya bisa melahirkan anak yang sehat juga.”

Dengan mata membulat, Celline langsung memutar manik matanya dengan sempurna. “Memangnya Tuan James bilang apa lagi sama bapak, pak?” Celline mulai kepo. Rasa ingin tahunya mulai muncul mengenai sosok pria yang menikahinya beberapa waktu yang lalu itu.

Tidak tahu mengapa, Celline hanya merasa semakin penasaran ingin tahu mengenai James. Kepala pelayan pun menggeleng pelan.

“Sudah, non. Tuan James tidak bilang apa-apa lagi.”

“Oh!” Mulut Celline membulat membentuk huruf O kecil.

Pada akhirnya Celline pun makan, hanya seorang diri di meja makan yang besar dan panjang itu. Untuk apa meja sebesar ini, kalau penghuni rumah besar ini hanya segelintir saja, pikir Celline sambil terus melahap makanan yang sudah disiapkan di atas meja.

Sama seperti kemarin, Celline hendak membawa makanan itu ke dapur. Dia bisa membereskan makanannya sendiri. Celline sudah terbiasa melayani, bukan dilayani. Lama-kelamaan Celline jadi tidak nyaman berada di sana.

Karena asyik melamun, Celline sampai asal mengangkat mangkuk yang ternyata masih panas. Alhasil, kuah sayur yang masih panas itu pun jatuh dan tumpah mengotori lantai mansion.

“Ya Tuhan, Nona Celline! Bagaimana ini?! Kenapa bias tumpah, non? Duduk, duduk sini dulu, non.”

Kepala pelayan langsung menarik kursi dan membantu mendudukkan Celline di atas kursi itu.

“Waduh….. Gawat! Tuan pasti akan marah!” Terlihat sekali wajah cemas dan khawatir di wajah kepala pelayan yang sudah mengkerut itu.

“Tidak apa-apa, pak. Saya baik-baik saja.” Celline berusaha untuk menutup kakinya.

“Bisa dalam masalah saya nanti, non. Bisa-bisa saya kena amukan Tuan James nanti, non.”

“Pak, Celline tidak apa-apa.”

“Tidak apa-apa bagaimana, non? Kulit nona jadi merah seperti ini. Sebentar lagi melepuh. Sebentar saya ambilkan salep dulu, non.”

Dengan cepat kepala pelayan itu menuju kotak P3K. Setelah mengambil obatnya, kepala pelayan langsung mengoleskan obat itu ke kaki Celline. Kaki Celline tampak mulai memerah. Benar kata kepala pelayan itu, mungkin sebentar lagi akan melepuh.

“Sudah, pak. Saya baik-baik saja.”

“Saya telepon Tuan James sekarang ya, non?”

“Jangan, pak!!” Celline langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak usah, pak. Saya mau ke kamar saja. Nanti dioles salep ini lagi, pasti akan baik.” Celline berjalan menuju kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamar, Celline langsung memeriksa kakinya kembali. Kakinya kini terlihat banyak olesan salep. Rupanya kepala pelayan itu terlalu banyak menaruh salepnya, sampai kulitnya dipenuhi salep.

Karena terasa sedikit panas, untuk meredakan nyeri yang mulai terasa, kemudian Celline meminum obat pereda rasa nyeri.

Setengah jam kemudian, Celline malah ketiduran, sampai tanpa terasa malam pun menjelang. James pulang saat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Jalanan di ibukota terlihat macet parah hari ini, sehingga membuatnya pulang sedikit terlambat.

“Dimana Celline?” Tanya James pada kepala pelayan yang membawakan tas kantornya.

“Itu…. Nona Celline masih tidur.”

“Masih tidur? Dasar wanita pemalas?!” Gerutu James sambil berjalan menuju kamar Celline.

Dibukanya kamar itu, dia mau melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dengan perlahan James masuk ke dalam kamar Celline.

James memicingkan matanya, menatap kaki Celline yang terlihat memerah. “Ada apa dengan kakinya?”

Dengan rasa penasaran James mendekat dan memeriksa dengan jelas.

“Pak Dar…..” Teriak James dengan keras. Raut wajah pria itu mengeras seperti memendam amarah.

Kepala pelayan dating dengan tergesa-gesa, “Iya, tuan.”

“Kaki Celline kenapa, Pak Dar?”

“Itu…. Kaki Non Celline terkena kuah sup panas tadi siang, tuan.” Jawab kepala pelayan takut. Jujur saja, dia sangat takut sekali kalau dipecat.

“Ceroboh sekali dia!” Ujar James. Kemudian dia menyuruh kepala pelayan itu pergi.

Kini James menatap wajah Celline yang masih tertidur pulas. Entah karena efek obat atau karena memang Celline suka tidur. Namun, Celline tak kunjung bangun, padahal sedari tadi ada suara ribut-ribut di dalam kamarnya.

“Bagaimana kamu bisa menjaga calon anakku nanti? Selama dia ada di dalam perutmu nanti. Menjaga dirimu sendiri saja tidak mampu.” Cibir James dengan sinis.

Bersambung......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!