Sequel "Diandra"
Pernah kecewa dimasa remaja membuat Kristal enggan menjalin hubungan dengan pria manapun. Menurutnya, tidak ada pria yang setia di dunia ini kecuali Papanya.
Kristal beranggapan, dirinya bisa hidup tanpa seorang pria atau pendamping. Kesuksesan dan kebahagiaan yang ia raih sekarang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu kembali dengan Langit, pria tampan yang menyukainya sejak remaja.
"Seperti yang pernah aku ucapkan dulu. Jika dia menyakitimu maka aku akan merebutmu kembali. Dan kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"
Akankah Kristal mau membuka hati? Atau ia tetap pada pendirian awalnya yaitu hidup sendiri seumur hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Acara makan malam yang harusnya hangat berubah masam. Wajah Ken terlihat kecut sedari tadi. Begitupun Mama Rani yang menahan kesal juga malu atas kejadian nasi goreng buatan Yazna.
"Kami pamit dulu. Terima kasih atas makan malamnya"
"Maaf atas kejadian tak mengenakkan tadi" Mama Rani kembali meminta maaf. Bagaimana tidak berulang kali meminta maaf, Ken menyemburkan nasi gorengnya hingga mengenai wajah Papa Gama dan Mama Dian.
"Tidak masalah. Lupakan saja"
"Kami langsung pulang ya, Pa, Ma" pamit Langit
"Iya. Hati - hati dijalan ya, Sayang"
Kristal segera masuk kedalam mobil bersama Langit. Hingga perlahan mobil itu meninggalkan halaman rumah keluarga Triyoga
"Kamu pasti sengaja mengerjainya kan?" tanya Langit dengan kekehannya
"Ya", jawab Kristal santai, "Cara mereka menyambutku terlalu berlebihan. Seharusnya mereka memikirkan perasaanmu dan juga Yazna"
"Orang tua Ken sepertinya masih mengharapkanmu"
"Makanya aku enggan meladeninya. Aku tidak mau dianggap memberi harapan. Padahal sudah jelas jika kita punya kehidupan masing - masing"
Langit setuju dengan apa yang Kristal katakan. Lebih baik bersikap tegas daripada membuat orang lain berharap.
"Kita akan pulang kemana?" pertanyaan Kristal membuat Langit menatap istrinya
"Aku sudah meminta Mama membereskan Elsa"
Kristal menatap suaminya serius, "Maksudnya?"
"Elsa sudah Mama bawa ke luar kota. Dan Mama akan menahannya disana"
"Dia masih bisa kabur kalau cuma ditahan keluar kota" sahut Kristal sedikit berdecak
"Kamu belum tahu Mama seperti apa. Tidak akan ada lagi Elsa di rumah kita. Selamanya"
"Baguslah. Aku juga malas kalau dia terus berada di rumah kita"
Langit fokus pada kemudi mobilnya. Hari - hari mereka akan kembali berdua karena Mama Maura sudah harus keluar kota karena urusan pekerjaan.
Begitu sampai di rumah langit dan kristal langsung menuju ke dalam kamar. Jika kalian mengira keduanya langsung tidur maka jawabannya salah besar. Ibu hamil itu tiba-tiba menginginkan makanan buatan sang suami. Dan baru kali ini Langit mendengar permintaan Kristal yang dirasa sedikit aneh.
"Kamu mau makan apa tadi?" tanya Langit meyakinkan pendengarannya.
"Aku sedang ingin makan sosis yang dililit dengan mie kuning. Kemudian digoreng menggunakan telur yang di kocok" ucapnya begitu antusias.
Langit merasa sedikit heran dengan permintaan istrinya. Selama ini Kristal tidak pernah makan makanan yang banyak mengandung pengawet. Namun Langit mengerti jika saat ini wanita yang menjadi istrinya itu sedang mengidam, maka Langit segera membuatkan apa yang Kristal inginkan. Karena tidak memiliki bahan makanan untuk membuat makanan yang kristal inginkan, Langit harus keluar ke minimarket untuk membeli bahan-bahan untuk membuat sosis dengan lilitan mie kuning. Beruntung minimarket berada tidak jauh dari Kompleks perumahannya. Hingga dengan mudah langit mendapatkan bahan-bahan yang diinginkan oleh istrinya.
Begitu tiba di rumah, rupanya Kristal sudah menunggunya di meja makan. Sambil terkekeh pelan, Langit segera mengeluarkan bahan-bahan dari dalam plastik lalu membuat sosis mi
Tak membutuhkan waktu lama sepiring sosis dengan lilitan mie kuning siap untuk dimakan. Melihat wajah Binar istrinya, membuat Langit gemas sendiri.
"Enak", ucapnya sambil mengunyah sosis itu hingga tersisa sedikit
"Habiskan. Aku senang jika kamu menyukainya" Langit menatap istrinya dengan senyum manis. Iya ingat pernah membaca buku beberapa hari yang lalu. Ibu hamil harus selalu dalam keadaan senang. Dengan begitu suasana hatinya akan selalu baik dan berpengaruh pada perkembangan janinnya juga.
"Kamu tidak mau mencobanya Mas?" Kristal menawarkan sosis itu pada suaminya.
Langit menggeleng pelan. "Kamu saja. Bukankah kamu yang menginginkannya?"
"Terima kasih, Sayang"
"Sama-sama", Langit masih mengamati istrinya yang asik mengunyah sosis buatannya. "Kamu mau makan yang lain lagi?"
"Aku sudah kenyang. Aku mau tidur setelah ini" sahut istri Langit begitu santai
Langit menyeringai, "Tidak ada yang gratis di dunia ini, Sayang"
Kristal berdecak kesal. "Kenapa kamu pamrih sekali pada Istri dan anakmu? menyebalkan!"
Pria tampan itu terkekeh pelan. "Malam ini kamu aku bebaskan. Tapi tidak dengan besok malam. Jadi, sebelum aku berubah pikiran, sebaiknya kita segera tidur"
Kristal tentu tak menyia - nyiakan hal itu. Wanita yang sedang hamil muda tersebut segera menuju ke kamar untuk beristirahat.
🌻🌻🌻
"Kamu yakin akan bekerja hari ini?" Langit kembali bertanya pada istrinya
Kristal mengangguk, "Aku sudah beberapa hari libur. Pasti banyak pekerjaan yang terbengkalai"
Langit sedikit mendengus kesal, "Kamu tidak bekerja pun, aku masih bisa membiayai semua kebutuhanmu"
"Aku tahu", Kristal menatap suaminya, "Bahkan jika hanya ongkang - ongkak kaki saja. Uangmu akan mengalir deras ke rekeningku. Tapi bukan itu masalahnya, Mas. Ini tentang hobi dan kesukaanku. Kesenangan yang menghasilkan uang, bukankah menyenangkan?"
Langit mengusap wajah istrinya, "Kamu selalu bisa membuatku luluh, Sayang. Akupun tidak akan mengekangmu untuk melakukan apapun yang kamu suka. Kamu bebas melakukan apapun, asal kamu paham tugasmu sebagai istri"
Kristal berdiri lalu duduk dipangkuan suaminya, "Aku paham, Sayang. Kamu tetap prioritasku di atas hal apapun"
Langit mengecup bibir istrinya sekilas, "Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu jika sikapmu seperti ini, hm?"
Kristal terkekeh, "Waktunya berangkat. Bukankah kamu ada metting penting pagi ini?"
"Ya. Sebenarnya aku malas. Tapi mau bagaimana lagi. Jika aku tidak bekerja, bagaimana aku bisa membahagiakanmu"
"Aku akan bahagia apapun keadaannya asal itu denganmu", ciuman kilat dari Kristal membuat Langit enggan beranjak
"Kenapa rasanya aku malas untuk pergi kerja ya?"
"Jangan membuat orang menunggu"
"Baiklah, ayo kita pergi".
Mobil Langit perlahan meninggalkan halaman rumah. Begitu mobil Langit sudah menjauh, sebuah mobil yang sudah terparkir dari tadi di depan rumah berlantai dua tersebut ikut pergi.
Langit sendiri tidak merasa curiga, mobilnya terus melaju menuju butik milik Kristal. Begitu sampai di depan butik dan setelah berpamitan, Kristal segera keluar dari dalam mobil. Kakinya yang ramping mulai menapaki lantai yang terbuat dari keramik
"Hati - hati, Sayang"
Belum mendapat jawaban, jantung Langit dibuat tak karuan melihat tubuh Kristal terpental jauh beberapa kilometer di depan.
"Kristal!!!"